Israel Bunuh 10 Warga Palestina Saat Antre Membeli Tepung di Gaza Selatan
Israel tidak hanya melanjutkan aksi kekerasan terhadap warga Palestina, tetapi juga menyebabkan mereka mengalami kelaparan yang parah.
Israel membunuh sekitar 10 warga Palestina yang sedang mengantre membeli tepung di Rafah, Gaza selatan, menurut laporan Al Jazeera pada Senin (9/12). Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud melaporkan, terbatasnya bantuan kemanusiaan yang dapat masuk melalui perbatasan selatan membuat warga yang berada di Gaza selatan juga tak terhindar dari kelaparan, sama seperti di wilayah utara.
Serangan udara Israel pada Senin pagi di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara juga membunuh tiga orang.
- Tentara Israel Ungkap Mereka Diperintahkan Bunuh Warga Palestina Tanpa Pandang Bulu, Walaupun Membawa Bendera Putih
- Israel Lakukan Pembersihan Etnis di Jalur Gaza, Usir 100.000 Warga Palestina dalam 24 Jam
- Israel Jebak 100.000 Warga Palestina di Zona Pemusnahan Massal Gaza, Dikepung Tank Lewat Darat dan Dibom dari Udara
- Israel Segera Akhiri Serangan Darat di Gaza dan Tarik Semua Pasukan, Ini Alasannya
“(Korban) berusaha ... mencari makanan di sekitar lingkungan mereka ketika mereka diserang oleh drone. Mereka langsung tewas. Jenazah mereka masih ada di jalan dan tidak ada yang bisa mencapai lokasi yang dibom," lapor Hani Mahmoud dari Deir el-Balah di Jalur Gaza.
Jabalia saat ini terjebak dalam pengepungan Israel yang telah berlangsung selama 65 hari, sehingga ribuan warga Palestina mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan makanan dan air, yang menyebabkan banyak orang kelaparan.
“Jabalia telah berubah menjadi kuburan," kata Mahmoud.
Totalnya pada Senin, Israel membunuh 22 warga Palestina di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak. Di sisi lain, pemadaman listrik mengancam keselamatan lebih dari 100 pasien di rumah sakit yang berada di utara wilayah tersebut.
Di Gaza Tengah, di luar Rumah Sakit Al-Aqsa, koresponden Al Jazeera melaporkan penumpukan jenazah di ruang mayat rumah sakit setelah serangan udara Israel terbaru yang menghancurkan sebuah gedung tempat tinggal di kamp pengungsi Bureij.
“Setidaknya sembilan anggota dalam satu keluarga, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut,” jelas Mahmoud.
“Penderitaan terus berlanjut di sini di Rumah Sakit Al-Aqsa, di mana para penyintas dan kerabat datang pagi-pagi untuk mengambil jenazah dari ruang mayat rumah sakit. Pada satu titik, ruang mayat rumah sakit penuh dengan jenazah dan tidak ada cukup ruang untuk jenazah lebih banyak lagi.”
Pasokan Listrik di Rumah Sakit Terputus
Kepala Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara, Hussam Abu Safia, menyatakan lebih dari 100 pasien berada dalam kondisi berisiko tinggi akibat terputusnya pasokan listrik, oksigen, dan air. Dia menjelaskan, serangan udara serta penembakan oleh Israel baru-baru ini telah merusak infrastruktur rumah sakit, menyebabkan gangguan pada pasokan air dan listrik di beberapa bagian fasilitas tersebut.
"Situasinya sangat kritis. Kami merawat pasien di unit perawatan intensif dan beberapa lainnya yang menunggu operasi. Akses ke ruang operasi hanya dapat dilakukan setelah pasokan listrik dan oksigen kembali normal," tutur Abu Safia.
Saat ini, rumah sakit tersebut merawat 112 pasien terluka, termasuk enam di unit perawatan intensif dan 14 anak-anak.
"Serangan yang terus berlangsung di sekitar rumah sakit menghalangi kami untuk melakukan perbaikan," ujarnya.
Pada Jumat (6/12), Israel mengonfirmasi bahwa mereka beroperasi di sekitar rumah sakit yang terletak di Beit Lahiya, tetapi mengklaim tidak melakukan serangan langsung terhadap rumah sakit yang berdekatan dengan kamp pengungsi Jabalia. Rumah Sakit Kamal Adwan merupakan salah satu dari sedikit fasilitas medis yang masih berfungsi di bagian utara Gaza.
Pada hari yang sama, serangan Israel mengakibatkan tewasnya empat staf rumah sakit. Sejak perang genosida yang dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 44.700 warga Palestina di Jalur Gaza, menurut data dari otoritas kesehatan setempat, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.