Jejak Kaki Purba Jadi Bukti Anak-Anak Bermain Ciprat Air Sejak 11.500 Tahun Lalu
Jejak kaki bocah-bocah itu ditemukan di Taman White Sands, New Mexico, Amerika Serikat, lokasi yang kini banyak ditemukan peninggalan arkeologi.
Kebiasaan anak-anak bermain ciprat air di genangan ternyata punya sejarah panjang. Fosil jejak kaki yang ditemukan di lokasi arkeologi New Mexico memperlihatkan sekelompok anak yang hidup setidaknya 11.500 tahun lalu bermain ciprat air. Tapi keadaan dunia pada saat itu tentu sangat berbeda.
Jejak kaki bocah-bocah itu ditemukan di Taman White Sands, lokasi yang kini banyak ditemukan peninggalan arkeologi. Di taman itu juga ada playa--dasar danau yang mengering--dengan luas sekitar 100 kilometer persegi. Di playa itu ditemukan banyak jejak manusia, mammoth, kucing bertaring tajam, dan makhluk lain dari zaman prasejarah di Amerika Utara. Sejumlah jejak kaki menandakan manusia sudah mencapai Amerika 23.000 tahun lalu--sekitar 8.000 tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
-
Siapa yang memimpin misi arkeologi ini? Misi arkeologi ini dipimpin Ramadan Helmy sebagai Kepala Misi dan Direktur Kepurbakalaan Sinai Utara.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi para arkeolog? Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir yang mengumumkan temuan ini pada 23 Juli lalu menyampaikan, artefak ini bisa memberikan pemahaman lebih luas terkait "rahasia peradaban Mesir kuno", termasuk praktik penguburan pada masa itu dan juga peran kota pesisir tersebut dalam perdagangan dengan negara lain di zaman kuno.
Matthew Bennett dari Universitas Bournemouth, Inggris mempelajari jejak-jejak kaki itu selama bertahun-tahun. Bennett dan timnya mampu mengukur berapa usia dari manusia yang meninggalkan jejak kaki itu dan seberapa cepat mereka berjalan atau berlari.
"Semuanya tergambar di jejak itu tentang apa yang terjadi," kata Bennett, seperti dilansir laman New Scientist.
Dalam laporan penelitiannya yang belum dipublikasi, Bennet dan timnya menemukan sekelompok jejak kaki yang memperlihatkan kisah menarik. Semua berawal dari jejak kaki kukang raksasa sepanjang 40 sentimeter dengan tinggi hewan itu kemungkinan mencapai 3 meter dari ujung hidung sampai ekornya.
Kemudian tim menemukan ada tiga sampai lima anak muncul. Kumpulan jejak kaki mereka berada di sekitar jejak kaki kukang raksasa itu. Dari bentuk jejak kaki mereka yang mengubah jejak kaki kukang, bisa diketahui tanah di tempat itu cukup basah, kata Bennett. Memang hampir mustahil mengetahui apa yang sebenarnya terjadi saat itu, tapi pemahaman yang paling mungkin adalah jejak kaki kukang itu membuat air menggenang sehingga berlumpur dan tempat itu membuat anak-anak itu tergoda untuk main ciprat air.
(mdk/pan)