"Jika Israel Menyerang Rafah, Kami Tak Ada Tempat Lain Lagi Kecuali ke Kuburan"
Setelah menyatakan Rafah adalah zona aman untuk warga sipil, Israel mengancam akan menyerang daerah tersebut yang kini menampung 1.5 juta warga Palestina.
Setelah menyatakan Rafah adalah zona aman untuk warga sipil, Israel mengancam akan menyerang daerah tersebut yang kini menampung 1.5 juta warga Palestina.
-
Apa yang dilakukan Israel di Rafah? Israel hari ini melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah selatan Jalur Gaza di Rafah hingga menewaskan ratusan warga sipil Palestina.
-
Siapa yang mencatat kebiadaban Israel di Gaza? Ini salah satu kebiadaban Israel yang diungkap Euro-Med Monitor. Kebiadaban dan kekejian Israel selama operasi genosida mereka di Jalur Gaza, Palestina, tak ada habisnya. Baru-baru ini, lembaga pemantau HAM Eropa, Euro-Med Monitor mengungkapkan kebiadaban Israel yang sangat di luar akal manusia.
-
Apa yang ditemukan oleh para tentara Israel di perbatasan Gaza? Dua tentara cadangan Israel baru-baru ini menemukan sebuah lampu minyak kuno dari zaman Bizantium yang berumur 1.500 tahun di perbatasan Gaza.
-
Bagaimana menurut mantan Wakil Kepala Mossad, Ram Ben-Barak, Israel kalah dalam perang di Gaza? “Perang ini tidak memiliki tujuan yang jelas, dan hanya memperlihatkan kekalahan Israel,” kata Ben-Barak.
-
Apa isi selebaran yang dijatuhkan Israel di Gaza? Selebaran Ramadan yang ditulis dalam bahasa Arab itu berisi seruan agar "memberi makan mereka yang membutuhkan dan berbicaralah yang baik". Di saat yang sama ratusan ribuan penduduk Gaza saat ini sedang kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air bersih.
"Jika Israel Menyerang Rafah, Kami Tak Ada Tempat Lain Lagi Kecuali ke Kuburan"
Sekitar 1,5 juta warga Palestina, sebagian besar pengungsi, terjebak di kota kecil Rafah di Gaza selatan.
Mereka kehilangan rumah mereka di daerah lain di Gaza karena gempuran brutal Israel sejak 7 Oktober, yang telah menewaskan lebih dari 28.000 orang.
Sumber: Al Jazeera
Israel sebelumnya menetapkan Rafah sebagai "zona aman", tapi kini mengancam melakukan serangan darat di sana, membuat jutaan orang terjebak, ketakutan, dan tidak tahu harus kemana lagi.
Dunia internasional mengutuk rencana Israel menyerang Rafah. Tetapi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dia mempertimbangkan untuk melanjutkan rencana tersebut dengan dalih untuk "membasmi Hamas".
Di tengah situasi ini, ketakutan dan kepanikan menghantui warga Palestina di Rafah.
- Israel Terima 50.000 Ton Senjata dari AS Sejak 7 Oktober, Dikirim 607 Kali dari Udara dan Laut
- Menteri Israel Serukan Tentara Tembak Anak-Anak dan Perempuan Gaza yang Dekati Perbatasan
- Warga Israel di Perbatasan Halangi Puluhan Truk Bantuan Masuk ke Gaza
- Israel Segera Akhiri Serangan Darat di Gaza dan Tarik Semua Pasukan, Ini Alasannya
Ada warga yang harus mengungsi beberapa kali dan kini tidak tahu harus menuju kemana lagi karena tidak ada lagi tempat aman di Gaza.
"Kami berada di daerah berbeda setiap bulan. Tempat terakhir kami di Khan Younis, dan sekarang kami di Rafah," kata salah seorang warga Gaza, Umm al-Abed Fayyad, yang telah mengungsi empat kali.
Ketika ditanya terkait ancaman serangan Israel di Rafah, Umm al-Abed Fayyad mengatakan tidak ada lagi tempat tujuan lainnya.
"Israel ada di mana-mana. Kemana lagi kami pergi?" cetusnya, menyatakan orang-orang di sekelilingnya "lapar dan telantar".
"Tidak peduli seberapa sering mereka mengancam, kami tidak akan berpindah lagi, dan Insyaallah, kami akan menang. Kami akan bertahan dan tetap sabar."
Kondisi menyedihkan juga menimpa pengungsi lainnya, Asaad Hassan yang sedang sakit. Dia hanya berharap bisa pulang ke rumahnya dan agresi Israel dihentikan.
"Kami tidak punya tempat tujuan lagi kecuali kuburan, kalau mereka melakukan ancaman mereka untuk menginvasi Rafah," cetusnya kepada Al Jazeera.
Umm Badr Abu Salme mengatakan dia dan keluarganya pindah ke Rafah atas perintah tentara Israel yang mengatakan daerah itu lebih aman.
"Kami datang ke Rafah, dan sekarang mereka meminta kami untuk pergi," ujarnya kepada Al Jazeera.
"Akan ada pembantaian. Tidak ada tempat lain lagi. Rafah adalah pengungsian terakhir kami. Perang ini harus berhenti," ujarnya.
"Siapapun yang bergerak dibunuh. Kami tidak punya tempat aman lainnya."
Tenaga medis, Mohammed Madi yang mengungsi beberapa kali sejak dia terpaksa meninggalkan rumahnya di Kota Gaza, mengatakan jika penjajah Israel menyerang Rafah, maka akan timbul bencana.
"Tapi saya tidak akan meninggalkan Rafah karena mau kemana lagi?" ujarnya.
Madi menambahkan, sebagian besar Gaza telah hancur. "Saya akan mati di sini sebelum saya pergi."
"Kami menyerukan negara-negara Arab untuk mengambil keputusan dan mengakhiri perang genosida terhadap Gaza."
Seorang jurnalis dan warga Rafah, Alaa Salameh mengatakan penjajah Israel tidak mengikuti hukum internasional. Karena itu jika mereka menyerang Rafah, maka tidak ada lagi tempat aman.
"Perlu ada tekanan global untuk mencegah potensi kejahatan ini terjadi," ujarnya.
Dia menambahkan, Israel telah membunuh ribuan orang Palestina dalam serangan udaranya di Rafah dalam beberapa bulan terakhir.