Julid Fi Sabilillah, Perang Netizen Indonesia Melawan Israel di Dunia Maya
Julid Fi Sabilillah, Perang Netizen Indonesia Melawan Israel di Dunia Maya
Gerakan ini mengincar akun-akun media sosial tentara Israel dan para pendukung zionis.
- Ternyata Indonesia Larang Kibarkan Bendera Israel Sejak 2019, Ini Aturannya
- Data Terbaru, Kekuatan Militer Indonesia Ternyata Jauh Lebih Unggul Dibanding Israel
- Curhat Tentara Israel sampai Gila Diserang Netizen Indonesia di Medsos
- Indonesia Bantah Tuduhan Israel Soal Rumah Sakit di Gaza Digunakan Hamas
Julid Fi Sabilillah, Perang Netizen Indonesia Melawan Israel di Dunia Maya
Netizen Indonesia ramai-ramai menyerang akun-akun media sosial sejumlah tentara Israel dan mereka yang dianggap pendukung zionis atau berdirinya negara Yahudi di tengah penyerangan Israel ke Gaza, Palestina selama hampir dua bulan terakhir.
Gerakan dengan tagar #JulidFiSabilillah dari Indonesia mengungkap akun-akun pribadi sejumlah tentara Israel dan para pendukung Zionis dan membombardirnya dengan pesan-pesan berisi dukungan bagi Palestina.
Menurut laporan, akun media sosial dan nomor WhatsApp sejumlah tentara Israel disebarkan di dunia maya sehingga menjadi bulan-bulanan komentar dan pesan serta panggilan telepon dari orang Indonesia dan Malaysia.
Sejumlah tentara Israel itu kemudian sampai menutup akun atau menutup kolom komentar dan yang lainnya malah kehilangan akunnya.
Erlangga Greschinov, nama samaran akun orang Indonesia memulai gerakan Julid Fi Sabilillah ini ketika dia menyebarkan akun media sosial tentara Israel pada 16 November.
Erlangga mengaku dia merasa perlu mengambil tindakan setelah melihat tentara Israel merayakan serangan ke Gaza di akun Instagram mereka.
"Mereka berjoget di reruntuhan Kota Gaza dan saat itu saya bertanya-tanya: 'mengapa orang-orang ini seperti tidak punya rasa bersalah sama sekali atas kejahatan yang mereka lakukan'?"
"Pada saat itulah saya menulis di Twitter 'bagaimana kalau kita serangan tentara-tentara ini dan banyak orang yang mau bergabung," kata Erlangga, seperti dilansir laman Channel News Asia, Sabtu (2/12).
Gerakan yang digagas Erlangga bertujuan menyerang narasi dari media dan tentara Israel yang menggambarkan orang Palestina secara negatif, kata dia.
"Ketika kami menyerang, kami ingin menyampaikan pernyataan persuasif tentang bagaimana seharusnya memperlakukan orang Palestina dan bagaimana kita menghadapi propaganda Israel," kata Erlangga.
Dia menyebut gerakan ini memiliki beberapa tujuan strategis, termasuk meraih kepercayaan tentara Israel agar bisa mendapatkan informasi pribadi mereka dan mengadu domba orang Israel lewat informasi.
Erlangga juga mengatakan sejumlah orang Malaysia bergabung dengan gerakan itu tapi fokus saat ini adalah memobilisasi dan mengkoordinasi netizen Indonesia.
"Saya tidak bisa bahasa Malaysia dan semua pengumuman yang saya tulis pakai bahasa Indonesia. Butuh waktu untuk membuat terjemahannya tapi jika ada orang dari negara lain mau bergabung tentu kami menerima," kata dia.
Ketika ditanya apakah dia tidak takut dengan kemungkinan ancaman terhadap dirinya di masa depan, Erlangga menjawab Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel.
"Israel yang merasa terancam dengan gerakan kami bisa datang ke sini dan coba saja kalau mau berbuat sesuatu di sini. Kami akan menyambut mereka," kata dia.
Profesor Komunikasi dan Studi Budaya dan Media Universitas Nottingham di Malaysia, Dr Joanne Lim mengatakan bentuk gerakan ini adalah contoh "ikut bertanggung jawab" di mana netizen merasa mereka punya tanggung jawab sosial utuk menyerukan penghentian kekejaman di Gaza.
"Melalui media sosial netizen merasakan ada tujuan, ada rasa saling memiliki, artinya mengambil tindakan ketimbang sekadar menyerah pada ide bahwa tidak ada gunanya, yang akhirnya bisa berujung pada keputus-asaan," kata Dr Lim.
Dia juga menyebut mengungkap informasi tentara Israel dan kaum zionis bisa dilihat sebagai bentuk rasa putus asa yang didorong kebutuhan untuk bersuasa dan berpendapat.