Korea Utara Luncurkan Rudal Bukan Pakai Satelit GPS Buatan AS, Tapi Glonass Rusia
Pyongyang Senin lalu kembali meluncurkan rudal keempat dalam dua pekan terakhir dan rudal itu tampaknya adalah dua rudal balistik dengan daya jelajah jarak pendek.
Korea Utara meluncurkan rudalnya dengan bantuan satelit navigasi Rusia, bukan GPS buatan Amerika Serikat. Demikian menurut para pengamat.
Pyongyang Senin lalu kembali meluncurkan rudal keempat dalam dua pekan terakhir dan rudal itu tampaknya adalah dua rudal balistik dengan daya jelajah jarak pendek. Rudal Korut itu kemudian jatuh di perairan Semenanjung Korea, kata Kepala Staf Pasukan Gabungan Korea Selatan, seperti dilansir laman South China Morning Post, Selasa (18/1).
-
Kapan kepala ular raksasa tersebut ditemukan? Pasca kejadian gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala richter ini telah merusak beberapa bangunan dan salah satu sekolah hukum di kota ini. Pada proses pembongkaran ternyata pada pondasi bangunan ini ditemukan sebuah patung yang berasal dari zaman Aztec 500 tahun lalu.
-
Di mana Ujung Kulon Janggan berada? Lokasinya berada di Janggan, Poncol, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur.
-
Kapan patung kepala ular raksasa itu ditemukan? 'Kepala' ular raksasa warna-warni muncul dari bawah gedung fakultas hukum di salah satu universitas di Mexico City, Meksiko, setelah gempa mengguncang wilayah tersebut tahun lalu.
-
Di mana Pulau Ular yang dihuni ular-ular langka itu berada? Pulau kecil yang disebut juga sebagai Pulau Ular berada di Brasil. Secara administrasi, Pulau Ular ini bernama Ilha da Queimada Grande. Lokasinya di lepas pantai bagian tenggara Brasil. Wilayah tersebut adalah bagian dari Negara Bagian Sao Paulo.
-
Apa itu Umbut Rotan? Salah satu makanan tradisional khas suku Dayak yang unik itu adalah Umbut Rotan atau Juhu Umbut Rotan.
-
Kapan Uu Ruzhanul Ulum berpamitan dan melakukan botram bareng warga? Momen perpisahan usai menjabat selama lima tahun dibagikan Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum.
Korut juga menguji coba rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari lalu kemudian melepaskan rudal balistik Jumat pekan lalu, kata kantor berita pemerintah Korut, KCNA.
Uji coba ini dilakukan setelah sebelumnya Amerika Serikat pekan lalu menerapkan sanksi baru terhadap Korut karena peluncuran rudal itu. AS kembali menyerukan agar Pyongyang kembali mau membahas isu denuklirisasi yang terputus sejak 2019.
Pyongyang kian sering menguji coba rudal mereka dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua rudal balistik antarbenua dengan daya jelajah lebih dari 6.000 kilometer pada 2017. Uji coba itu mereka lakukan tanpa bantuan satelit navigasi AS, GPS.
"Tak satu pun dari negara anti-AS (seperti Korut) yang mau memakai GPS karena mereka khawatir ada kemungkinan bisa diganggu dan disusupi oleh militer AS," kata Andrei Chang, pemimpin redaksi Kanwa Defence Review yang berbasis di Kanada.
Chang menuturkan Korut memilih memakai sistem navigasi BeiDou buatan China atau satelit navigasi global buatan Rusia (Glonass).
Namun menurut sumber dekat di militer China di Beijing, sistem BeiDou yang sudah berfungsi penuh sejak 2020 tidak menyediakan layanan navigasi bagi negara lain yang ingin meluncurkan rudal.
Sumber itu mengatakan Korut memakai satelit Glonass Rusia yang cakupannya tidak seluas GPS untuk uji coba meluncurkan rudal.
"Para ahli di Pyongyang menganalisis sistem BeiDou dan Glonass lalu memutuskan satelit buatan Rusia itu lebih cocok dengan lokasi geografi Korea Utara untuk meluncurkan rudal di dataran tinggi," kata sumber itu.
"Terlebih lagi, sudah menjadi rahasia umum Korut mengambil keuntungan dari negara bekas Uni Soviet itu yang telah memberikan teknologi rudal jarak menengah kepada Pyongyang setelah menandatangani Perjanjian Rudal Nuklir Jarak Menengah dengan AS."
Perjanjian yang diteken pada 1987 itu diabaikan oleh Washington pada 2019. Dalam perjanjian itu baik AS maupun Uni Soviet bersedia menghancurkan semua sistem peluncuran rudal nuklir dari darat dan kapal dengan jarak 500 hingga 5.500 kilometer. Namun Moskow sudah memberikan teknologi itu kepada Pyongyang," kata si sumber.
Sementara itu sistem navigasi China BeiDou selama ini sudah dipakai oleh Iran dan Pakistan untuk keperluan militer, kata sumber di Beijing itu.
(mdk/pan)