Lima cerita paling menegangkan sandera kabur dari tawanan teroris
Muhammad Sofyan berhasil kabur dari tawanan kelompok Abu Sayyaf di Filipina tanpa keterlibatan operasi militer.
Salah satu anak buah kapal warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina berhasil melarikan diri. Dia adalah Muhammad Sofyan, ABK dari kapal tunda TB Charles milik PT Rusianto Bersaudara yang ditawan sejak 23 Juni lalu.
Merujuk arsip BBC, sandera yang sukses melarikan diri berkat perjuangan sendiri barulah warga asli Filipina. Dengan demikian Sofyan menjadi warga asing pertama yang berhasil kabur dengan selamat atas perjuangan sendiri.
-
Kapan Pasar Wisata Tawangmangu diresmikan? Pada tanggal 8 Maret 2009, bangunan baru Pasar Wisata Tawangmangu diresmikan.
-
Kapan Pasar Weleri diresmikan? Sejatinya gedung itu telah diresmikan pada Desember 2023.
-
Apa yang ditemukan di lokasi penggalian selain tengkorak Zaman Perunggu? Selama lima pekan terakhir, tim arkeolog yang terdiri dari 110 mahasiswa, staf dan sukarelawan dari Universitas Bournemouth juga menemukan makam lima jasad manusia dari Zaman Besi dan tulang belulang hewan, termasuk sapi, kuda, babi, kambing di sebuah tempat penyimpanan kuno di lokasi itu.
-
Kapan Pasar Dondong ramai pengunjung? Suami dari Ibu Martini mengatakan kalau Pasar Dondong ramai pada musim-musim tertentu. Dulu pasar itu bisa ramai sampai jam 9 pagi. Tapi sekarang jam 7 pagi pasar itu sudah sepi.
-
Kenapa pendaki dilarang mendirikan tenda di Pasar Anjaya? Para pendaki diberitahu untuk tidak mendirikan tenda di sini karena diyakini bahwa hal tersebut dapat membuka pintu bagi mereka untuk mendengar suara gemuruh keramaian dari pasar setan yang tersembunyi.
-
Kenapa Museum Kenangan Semeru dibangun? Museum yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Sumberwuluh bersama mahasiswa KKN Universitas Jember itu dapat menjadi media edukasi tentang bencana erupsi.
Salah satu upaya kabur paling mendebarkan seperti Sofyan dialami tiga WN Filipina pada 11 Oktober 2001. Bertram Benasing saat itu berusia 21 tahun bersama adiknya yang masih remaja, serta Michael Abellion (20), memanfaatkan kelengahan para penculik. Karena sudah ditahan lebih dari setengah tahun, mereka mulai meraih sedikit kepercayaan oleh anggota Abu Sayyaf.
Bertram dan dua orang lainnya memanfaatkan celah saat diperintahkan mencari air bersih dan memetik pisang. Ketiganya kabur dengan cara berjalan satu hari satu malam menuju pantai, lalu berenang mencari pertolongan.
Gringo Villaruz dan Rod Allain Pagaling, dua-duanya penjaga pantai Filipina, juga pernah ditawan berbulan-bulan oleh Abu Sayyaf di Sulu. Mereka kabur pada pertengahan Agustus 2015 ketika militan terlalu fokus menghadapi serangan militer Filipina tengah malam.
Gracia Burnham, warga Amerika Serikat yang selamat dari Abu Sayyaf pada 2001, bebas berkat operasi militer Filipina. Itupun dengan pengorbanan besar karena sang suami, Martin, tewas tertembak di tengah kekacauan.
Lorenzo Vinciguerra, tawanan Abu Sayyaf lainnya dari Swiss, berhasil kabur pada Desember 2014 usai disandera dua tahun. Vinciguerra memperoleh momentum berkat adanya serangan markas Abu Sayyaf oleh helikopter tempur Filipina.
Di bawah ini merdeka.com hadirkan lima cerita paling menegangkan sandera berhasil kabur dari sekapan teroris:
Siswi Nigeria lari ke hutan kabur dari penculikan Boko Haram
Amina Tsawur, 17 tahun, tidak pernah membayangkan dia bakal diculik oleh kelompok ekstrem militan Boko Haram di Nigeria. Dia akhirnya berhasil melarikan diri.
Amina bersama sekitar 300 siswi sekolah menengah lainnya di Chibok, Negara Bagian Borno, Nigeria, diculik saat sedang mengikuti ujian di sekolah 14 April 2014 lalu.
"Waktu itu sekitar pukul 23.00 dan kami sangat takut ketika mendengar suara tembakan. Kami tidak tahu harus bagaimana atau lari ke mana," kata Amina, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Ahad (11/5/2014).
Amina mengisahkan ketika sedang dalam penangkapan para penculik bersenjata itu melecehkan teman-teman siswinya dan mengancam akan membunuh mereka dan para guru.
"Kami mengira mereka tentara. Mereka menyuruh kami naik ke truk dan ketika mereka bertakbir, kami tahu mereka Boko Haram. Kami mulai menangis dan berteriak minta tolong. Tapi mereka menyuruh kami diam atau kami akan dibunuh."
Hingga kini Amina masih trauma atas penculikan itu. Dia takut teman-temannya diperkosa atau disakiti oleh para militan Boko Haram pimpinan Abubakar Shekau.
"Mereka membawa kami ke semak-semak. Mereka terus membawa truk sepanjang malam hingga pagi. Setelah tiba di suatu tempat mereka menyuruh sebagian dari kami memasak, sebagian lagi disuruh mencuci dan menggiling jagung."
Menurut Amina para militan Boko Haram itu menyuruh para siswi itu berhenti sekolah dan mereka akan menikahi para siswi itu.
"Mereka juga menyebut para guru dan pemerintah orang kafir dan layak dibunuh."
Amina akhirnya menceritakan bagaimana dia berhasil melarikan diri.
Salah seorang anggota Boko Haram, kata dia, suatu kali menyuruh dia berpisah dari tawanan lain. Dia mengikuti perintah itu lalu lari ke dalam hutan dan akhirnya sampai di sebuah jalan besar. Seorang pengendara motor akhirnya menyelamatkan dia ke kota terdekat, Damboa, di tepi hutan, sekitar 80 kilometer dari Ibu Kota Negara Bagian Borno, Maiduguri.
Sekitar 50 siswi lainnya dilaporkan berhasil kabur dari tawanan Boko Haram.
Cerita gadis Yazidi berhasil kabur dari tawanan ISIS
Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menculik Adiba Shakir Agustus 2014 lalu. Ketika dia sampai di sebuah rumah di Raabia, Irak, salah seorang penculiknya menerima telepon.
Beberapa saat kemudian kelima pria penculik di apartemen itu membawa senjata mereka dan pergi ke luar.
Shakir, gadis 14 tahun dalam ketakutan itu, lalu mendengar suara truk meninggalkan apartemen. Selepas itu sunyi.
Buat pertama kali sejak 20 hari lalu dia dan gadis lain yang ditawan di apartemen itu dalam keadaan sendiri tanpa penjagaan. Pintu apartemen tidak dikunci.
Militan ISIS menculik Shakir dari sebuah desa di sebelah timur laut Irak di wilayah Sinjar. Dia lalu dibawa ke perbatasan Suriah dan mempersembahkannya sebagai "hadiah" bagi para militan di garis depan. Dia akan dipaksa masuk Islam dan dipaksa menikah dengan salah satu dari mereka.
"Ketika mereka meninggalkan kami, saya panik. Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya melihat sebuah tas berisi banyak ponsel lalu saya menelepon kakak saya," kata Shakir kepada Yayasan Thomson Reuters melalui telepon dari sebuah kamp pengungsi Irak, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Kamis (4/9).
Lewat telepon, Samir, kakak Shakir, menyuruh adiknya itu pergi ke rumah terdekat dan meminta bantuan dan petunjuk arah buat menuju perbatasan tempat para tentara Kurdi memerangi kelompok ISIS.
Samir mengatakan tentara Kurdi akan membantunya ke tempat aman.
"Waktu itu rasanya sebuah pertaruhan. Saya tidak tahu siapa kawan, siapa musuh," kata Shakir.
Akhirnya Shakir dan seorang teman perempuannya memutuskan mencoba peruntungan mereka. Mereka kabur lalu mengetuk sebuah pintu rumah tetangga.
"Kami menceritakan kondisi kami dan mereka menunjukkan arah menuju perbatasan."
Mereka lalu pergi menuju garis perbatasan.
"Saya tidak bisa berjalan tegak. Kaki saya gemetaran dan jantung berdetak sangat cepat. Kami lari lalu jalan dan tak pernah menoleh ke belakang," ujar Shakir.
Setelah dua jam berada di jalan mereka mendengar suara tembakan. Saat mendekat mereka melihat para tentara Kurid. Shakir dan temannya berlari mendekati mereka.
"Saya menangis dan tertawa sekaligus. Kami bebas."
Adiba Shakir adalah salah satu dari sedikit etnis Yazidi berhasil kabur dari sekapan militan ISIS yang menguasai wilayah utara Irak dan Suriah dalam beberapa bulan terakhir.
Shakir tinggal di sebuah desa kecil bersama 25 anggota keluarganya. Ketika mereka mendengar militan ISIS menuju desa, mereka segera melarikan diri desa terdekat. Tapi para militan ISIS menangkap mereka lebih dulu.
"Mereka berjanji tidak akan menyakiti jika kami menyerah. Mereka memisahkan perempuan dan anak-anak dari kaum laki-laki. Mereka mengambil semua perhiasan, uang , ponsel, dan kendaraan kami," kenang Shakir.
Dia lalu dipisahkan dari ibu dan keluarganya. Setelah berhasil kabur, Shakir kini tinggal di kamp pengungsi di Irak. Di sana dia bertemu kembali dengan dua kakaknya. Dia kini belum tahu nasib ke-22 anggota keluarganya yang lain.
"Terkadang saya tidak bisa tidur waktu malam. Saya sangat mengkhawatirkan mereka."
Keluarga sandera di mal Kenya pura-pura mati lalu berhasil kabur
Seorang ibu yang disandera oleh para penyerang sebuah mal di Kenya masih mampu menjaga dirinya untuk tidak panik dan sempat berpikir untuk melindungi dua anaknya.
Dikutip dari situs the Huffington Post, ketika sekelompok pria bersenjata menerobos masuk ke mal Westgate September 2013, perempuan tidak diketahui namanya itu menyuruh kedua anaknya pura-pura mati supaya tidak disakiti oleh para penyandera.
Stasiun televisi NBC NEws merilis cuplikan video memperlihatkan sejumlah pengunjung mal yang berhasil selamat dari sandera. Di antara pengunjung yang selamat itu termasuk si ibu dan kedua anaknya. Seorang polisi berpakaian preman terlihat mengawal para pengunjung yang selamat.
Lebih dari 60 warga sipil tewas dalam penyerangan di mal itu.
Tiga sandera di kafe Sydney kabur dari pintu depan dan belakang
Tiga orang yang disandera oleh dua lelaki bersenjata di kafe Lindt, Kota Sydney, Australia berhasil kabur. Dua orang terlihat keluar dari pintu depan sedangkan yang satu lagi dari pintu belakang.
Ketiga orang yang berhasil keluar dari kafe tersebut seluruhnya laki-laki. Pertama terlihat seorang bapak mengenakan jas biru tua dan bercelana bahan cokelat keluar dari pintu depan diikuti seorang pria dengan kemeja putih dan celana bahan hitam. Mereka berdua langsung diamankan polisi yang berjaga.
Berselang beberapa detik, seorang pegawai toko lari terbirit-birit dan juga langsung diamankan polisi. Lelaki yang terakhir masih menggunakan apron atau celemek milik toko tersebut.
"Tiga orang yang berhasil keluar ini telah kami amankan dan sedang diinterogasi. Polisi masih terus melakukan usaha terbaik mereka," ujar Deputi Komisioner Kepolisian setempat, Catherine Burn, seperti yang dilansir stasiun televisi CNN Internasional, Senin (15/12/2014).
Korban sandera sekitar 40 orang kafe sekaligus toko cokelat Lindt ini sudah berlangsung selama enam jam. Diduga mereka disandera oleh kelompok ekstremis Front Jabat al Nusra lantaran beberapa sandera diperintahkan untuk mengibarkan kain hitam bertuliskan aksara Arab.
Sofyan kabur dari Abu Sayyaf dengan cara berenang ke laut
Di tengah perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-71, jauh dari Tanah Air di tengah laut lepas, Muhammad Sofyan (28) meraih kebebasannya. Dia mempertaruhkan nyawa demi lepas dari cengkeraman Abu Sayyaf yang menyanderanya di Kepulauan Sulu, selatan Filipina. Kabur atau tidak sama sekali. Berenang di laut lepas pun dilakoni pelaut asal Indonesia ini setelah lebih dari dua bulan ditawan oleh para simpatisan ISIS tersebut.
Sepanjang sejarah, baru kali ini sandera asing Abu Sayyaf berhasil kabur tanpa keterlibatan operasi militer.
Sofyan, berdasarkan laporan Inquirer, terus berlari dan berlari menuju tepi pantai. Sofyan kabur dengan cara berenang ke menyusuri perairan dangkal di sela hutan bakau antara Barangay Bual dan Bato-Itum, Kepulauan Sulu.
Rabu (17/8) pagi pukul 07.32 waktu setempat, Sofyan berhasil meraih kembali kebebasannya. Dia tersangkut di jala nelayan lokal. Warga kemudian membawanya ke kantor polisi untuk mendapat pertolongan. Sofyan yang sehari-hari tinggal di Takalar, Sulawesi Selatan, kini telah berada dalam perlindungan polisi Filipina.
"Sandera berlari, kemudian berenang ke laut," kata Mayor Filemon Tan, juru bicara militer Filipina seperti dilansir Reuters.
Tentara Filipina belum mengetahui kondisi enam sandera pelaut Indonesia yang masih ditawan. "Kami sedang mengerahkan sumber daya untuk memantau dan menyelamatkan sandera lainnya," kata Tan.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi telah berkoordinasi dengan Menlu Filipina Perfecto Yasay untuk evakuasi Sofyan. Tim dari KBRI Manila dan KJRI Davao sudah berada di Zamboanga City guna mengawal proses pemulangan sang pelaut pemberani itu.
Sri Dewi, istri Sofyan yang kini berada di Takalar, sudah menerima kabar keberhasilan suaminya kabur dari Abu Sayyaf. "Gembira karena sudah dengar kabarnya. Mau dua bulan baru ada kabar," kata Dewi.
Sofyan adalah satu dari tujuh awak kapal Charles milik PT Rusianto Bersaudara yang ditawan sejak 23 Juni lalu. Mereka diculik oleh faksi Abu Sayyaf pimpinan Al Habsy Misaya. Para teroris itu menuntut tebusan 250 juta Peso.
Pelaut Indonesia menjadi korban penculikan agresif Abu Sayyaf sepanjang tahun ini. Setidaknya 24 anak buah kapal disekap, baru 11 yang bebas. Militan sudah memenggal dua sandera asal Kanada tiga bulan lalu, gara-gara tebusan tak dibayar. Selain sandera asal Tanah Air, warga asing yang masih ditawan Abu Sayyaf adalah lima orang Malaysia, satu warga Norwegia, dan satu dari Belanda.
Belum jelas bagaimana nasib enam rekan Sofyan lainnya yang masih ditawan Abu Sayyaf. Keenam orang itu adalah Ismail, Muhammad Nasir, Kapten Ferry Arifin, Robin Piter, Mabrur dan Edi Suryono.
Â
(mdk/pan)