Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Mencalonkan Diri Jadi Wali Kota, Anaknya Ditunjuk Sebagai Wakil
Duterte akan mencalonkan diri bersama dengan putranya sebagai calon wakil wali kota.
Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (79), mendaftarkan dirinya sebagai calon wali kota Davao, yang merupakan kota kelahirannya, pada Senin (7/10). Duterte menyerahkan dokumen pendaftarannya kepada Komisi Pemilihan Umum di Kota Davao, di mana ia pernah menjabat sebagai wali kota selama hampir dua dekade sebelum terpilih sebagai presiden pada tahun 2016.
Duterte bakal didampingi putranya, Sebastian Duterte sebagai calon wakil wali kota. Sebastian saat ini menjabat sebagai Wali Kota Davao.
- Jokowi Mulai Buka-bukaan, Ini Sederet Curhatan Sulitnya Pindahkan Ibu Kota
- Istana Buka Suara soal Jokowi Bakal Keluarkan Perppu Pilkada Usai Putusan MK
- Jokowi Minta Menteri PUPR Bangun Ratusan Danau Kecil di IKN: Untuk Turunkan Suhu di Kota
- Di Hadapan Wali Kota se-Indonesia, Jokowi Keluhkan Banyak Kota yang Macet
Menurut laporan CNN, Kamis (9/10), Duterte dikenal dengan kebijakan-kebijakan kontroversialnya, termasuk perang melawan narkoba yang keras yang telah mengakibatkan banyak korban jiwa. Meskipun Duterte membantah mendukung tindakan pembunuhan di luar hukum terhadap para tersangka narkoba, ia sering mengeluarkan ancaman untuk membunuh mereka dan memerintahkan polisi untuk mengambil tindakan tegas terhadap tersangka yang melawan saat ditangkap.
Walaupun pemerintahannya berfokus pada penanganan masalah narkoba, Duterte mengakui bahwa isu tersebut masih menjadi tantangan besar. Saat berkampanye untuk kursi kepresidenan, ia berjanji untuk menuntaskan masalah narkoba dalam waktu tiga hingga enam bulan, namun setelah terpilih, ia mengakui bahwa ia meremehkan besarnya masalah yang ada.
Salah satu kebijakan kontroversial lainnya adalah keputusan Duterte untuk menarik Filipina dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada tahun 2019, yang dianggap oleh banyak kritikus sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab.
Kesehatan Memburuk
Setelah masa kepresidenan Duterte yang penuh gejolak berakhir pada 2022, ia menyatakan niat untuk pensiun dari dunia politik, meskipun telah beberapa kali mengubah pernyataan tersebut. Putrinya, yang kini menjabat sebagai wakil presiden, Sara Duterte, mengungkapkan pada Juni bahwa ayahnya dan dua saudaranya berencana untuk mencalonkan diri sebagai anggota senat yang terdiri dari 24 orang.
Namun, Duterte mengungkapkan kepada para wartawan di Davao pada Sabtu (5/10), kondisi kesehatannya yang menurun tidak memungkinkan dirinya untuk menjalani kampanye yang berat untuk posisi nasional. Meskipun telah meninggalkan kursi kepresidenan, Duterte tetap memiliki popularitas yang tinggi, tetapi kelompok hak asasi manusia dan para lawan politiknya kemungkinan akan berupaya keras untuk mencegah kembalinya dia ke arena politik.
Dia dan keluarganya juga terlibat perselisihan dengan penggantinya, Presiden Ferdinand Marcos Jr., yang secara terbuka dicap sebagai pemimpin yang lemah dan pecandu narkoba oleh Duterte. Marcos membalas tuduhan tersebut dengan menertawakan dan menyebut Duterte sebagai pengguna fentanil, sejenis opioid yang kuat.
Sara Duterte mengundurkan diri dari posisinya sebagai sekretaris pendidikan dan kepala badan antipemberontakan di bawah pemerintahan Marcos pada Juli, menandakan hubungannya dengan Marcos mulai retak karena perbedaan pandangan, termasuk penolakan tegas pemerintah Marcos terhadap tindakan agresif China di Laut China Selatan yang diperebutkan.
Marcos memperkuat hubungan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya ketegangan wilayah dengan China sejak tahun lalu. Selama masa jabatannya, Duterte menjaga hubungan baik dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, sambil mengkritik kebijakan keamanan AS serta pemerintah Barat lainnya.