Misteri Bagaimana Orang Mesir Pindahkan Batu Piramida Terungkap, Begini Caranya
Banyak yang penasaran bagaimana orang Mesir Kuno membangun piramida, memindahkan batu-batu ke padang pasir di mana biasanya piramida di bangun, mengingat zaman dulu belum ada peralatan canggih yang memudahkan kerja konstruksi.
Piramida adalah salah satu peninggalan peradaban Mesir Kuno. Piramida ini dijadikan tempat peristirahatan terakhir atau makan para raja atau penguasa di zaman dulu.
Banyak yang penasaran bagaimana orang Mesir Kuno membangun piramida, memindahkan batu-batu ke padang pasir di mana biasanya piramida di bangun, mengingat zaman dulu belum ada peralatan canggih yang memudahkan kerja konstruksi.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Sarsina? Para arkeolog di Italia telah berhasil mengungkapkan sebuah penemuan menakjubkan di kota Sarsina. Penemuan ini diumumkan Kementerian Kebudayaan Italia (MIC) dalam keterangan persnya.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Kastil Ayanis? Para arkeolog menemukan beberapa artefak bela diri saat melakukan penggalian di sebuah kastil kuno di Turki. Artefak bela diri tersebut berisi tiga perisai perunggu, baju besi, dan sebuah helm perunggu yang berasal dari 2.700 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Inggris? Baru-baru ini arkeolog menemukan kapak genggam prasejarah di Inggris. Ilmuwan takjub dengan ukuran perkakas berusia 300.000 tahun ini, yang dinilai sangat besar.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di kota kelahiran Sinterklas? Para arkeolog menemukan sejumlah hiasan plakat kaca dengan desain yang sangat indah saat menggali di kota kelahiran Sinterklas.
Orang Mesir kuno harus menarik patung besar dan batu piramida seberat 2,5 ton dengan kereta luncur besar melintasi padang pasir, tanpa alat mekanis modern.
Penelitian baru menunjukkan bagaimana mereka menambahkan sedikit air ke pasir secara signifikan untuk mengurangi gesekan saat memindahkan batu maupun patung tersebut. Ini trik cerdas yang memungkinkan orang Mesir mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan hingga setengahnya.
Untuk membuat istana pasir yang bagus, material yang digunakan bukan pasir kering. Dengan menambahkan air, pasir menempel satu sama lain, dan bentuk istana atau kastil dapat bertahan lama.
Hal yang sama berlaku saat memindahkan atau pengangkutan pasir: Menambahkan air mengurangi gesekan benda apa pun yang bergerak di atas pasir. Dengan jumlah kelembapan yang tepat, tetesan air mengikat butiran pasir menjadi satu.
Tim internasional yang dipimpin Daniel Bonn dari Universitas Amsterdam menguji gesekan pasir kering dan basah dengan menarik kereta luncur berbobot melintasi permukaan di atas nampan.
Dengan pasir kering, tumpukan akan terbentuk di depan kereta luncur, menghambat pergerakannya. Dan saat mereka menambahkan air, gaya yang dibutuhkan untuk menarik kereta luncur dan jumlah gesekan berkurang.
Saat air membuat pasir menjadi lebih kaku, timbunan semakin kecil dan semakin kecil sampai tidak ada penghalang yang terbentuk di depan kereta luncur yang bergerak.
Eksperimen tersebut mengungkapkan, gaya tarik yang dibutuhkan menurun sebanding dengan kekakuan pasir. Ketika air ditambahkan, jembatan kapiler muncul; tetesan air kecil ini berfungsi seperti lem untuk mengikat butiran pasir menjadi satu.
Dengan jumlah air yang tepat, pasir gurun yang basah kira-kira dua kali lebih kaku dari pasir kering, memungkinkan kereta luncur meluncur jauh lebih mudah.
"Saya sangat terkejut dengan jumlah gaya tarik yang dapat dikurangi - sebanyak 50 persen - yang berarti bahwa orang Mesir hanya membutuhkan separuh orang untuk menarik pasir basah dibandingkan dengan yang kering," jelas Bonn kepada Washington Post.
Tapi sama seperti istana pasir, terlalu banyak air juga tidak baik. Saturasi air disertai dengan penurunan kekakuan. Dengan kadar air yang sangat tinggi, jembatan kapiler (yang biasanya berfungsi seperti lem) mulai menyatu dan menghilang, dan gesekan saat pergeseran atau pengangkutan tersebut meningkat lagi. Ini keseimbangan yang rumit.
"Jika Anda menggunakan pasir kering, itu tidak akan berhasil juga, tetapi jika pasirnya terlalu basah, itu juga tidak akan berhasil," kata Bonn kepada LiveScience.
"Ada kekakuan yang optimal," lanjutnya, dikutip dari IFL Science, Rabu (31/5).
Jumlah ideal air jatuh antara 2 dan 5 persen dari volume pasir.
Pada lukisan dinding makam Djehutihotep, terlihat seorang pekerja menyiramkan air ke atas pasir di depan kereta luncur yang membawa patung kolosal. Kereta luncur itu tidak lebih dari papan kayu besar dengan tepian terbalik.
"Ahli Mesir telah menafsirkan air sebagai bagian dari ritual penyucian," ujar Bonn.
"Dan tidak pernah mencari penjelasan ilmiah," pungkasnya.
Temuan ini diterbitkan dalam Physical Review Letters pekan lalu.
(mdk/pan)