Peneliti Temukan Penduduk Mesir Kuno yang Bangun Piramida Kena Racun Tembaga
Peneliti mengungkap dampak pembangunan piramida Gizza bagi masyarakat biasa di sekitar lokasi itu.
Pembangunan piramida Giza di Mesir sekitar 4.500 tahun lalu ternyata menuai dampak berbahaya bagi penduduk Mesir kuno.
Para pekerja pembangun piramida kemungkinan terpapar tembaga dalam jumlah yang cukup signifikan. Peristiwa itu boleh jadi adalah contoh paling awal dari kontaminasi logam.
-
Dimana piramida Mesir dibangun? Temuan Dari Luar Angkasa Ungkap Piramida Mesir Dibangun Menggunakan Air Ilmuwan mengungkap piramida-piramida Mesir lokasinya dekat dengan jalur air di masa lalu.
-
Bagaimana piramida Mesir dibangun? Penemuan penting di bagian kuno Sungai Nil menjadi kunci jawaban bagaimana pembangunan piramida di Mesir dilakukan berabad-abad lalu.Jalur air yang kini telah mengering di Giza kemungkinan besar dimanfaatkan sebagai jalur transportasi untuk mengangkut bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan piramida Mesir.
-
Dimana piramida Mesir? Sebagai contoh, selama dinasti ke-25 (sekitar tahun 712 hingga 664 SM), Mesir diperintah oleh firaun-firaun dari Nubia (sekarang Sudan modern dan beberapa bagian Mesir selatan).
-
Apa yang ditemukan ilmuwan dalam penelitian mereka tentang piramida? Tim menemukan jika pasir kering, maka akan terbentuk gumpalan-gumpalan yang membuat benda-benda yang bergerak menjadi lebih sulit, tapi jika menambahkan air dalam jumlah yang tepat, maka cairan tersebut akan mencegah gumpalan dan membuat pasir menjadi lebih halus.
-
Siapa yang membangun piramida? Piramida berusia 3.000 tahun ini ditemukan di sekitar Sungai Taldy, wilayah Karaganda, dan dinamakan 'Piramida Karazhartaz'.Dikutip dari laman The Brighter Side, Kamis (10/10), piramida ini dibangun kebudayaan Begazy-Dandibay dan memberikan wawasan terkait peradaban yang berkembang di Zaman Perunggu Akhir.
Penemuan tembaga dalam sampel tanah purba dapat berdampak pada garis waktu saat area tersebut pertama kali dihuni, dan juga kondisi kehidupan orang Mesir biasa yang bukan bangsawan pada saat itu.
Dilansir Gizmodo, keberadaan tembaga beracun juga menunjukkan industri pembuatan alat yang berkembang pesat. Selain itu, penelitian baru ini mengungkapkan polusi industri memiliki sejarah yang lebih dalam daripada yang biasanya diketahui.
Pada 2019, tim ahli geokimia dari Universitas Aix-Marseille Prancis mengebor tanah di pelabuhan Khufu, pelabuhan berusia 4.500 tahun—pelabuhan tertua dalam sejarah yang diketahui—di dekat situs yang menjadi rumah bagi piramida firaun Khufu, Khafre, dan Menkaure.
200 tahun lebih awal
Pelabuhan tersebut terletak di sepanjang anak sungai Nil yang sudah tidak ada lagi. Ilmuwan kemudian memeriksa sampel itu menggunakan teknik yang dikenal sebagai spektrometri tanpa plasma untuk mengukur kadar tembaga dan logam lainnya, seperti aluminium, besi, dan titanium.
Dengan menggunakan penanggalan karbon, tim yang sama melaporkan dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan dalam Geology, bahwa kontaminasi tembaga dimulai sekitar 3265 SM, yang berarti area tersebut dihuni oleh manusia 200 tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Kontaminasi mencapai puncaknya 750 tahun kemudian, sebelum akhirnya mereda sekitar 1000 SM. Kadar tembaga "5 hingga 6 kali lebih tinggi dari latar belakang alami," kata Alain Véron, seorang anggota fakultas di Universitas Aix-Marseille Prancis yang mengerjakan penelitian ini, kepada Eos.
Menurut peneliti, keberadaan tembaga kemungkinan merupakan tanda industri pembuatan alat yang berkembang pesat. Penemuan arsenik, elemen semi-logam yang secara historis digunakan oleh pekerja logam untuk memperkuat logam lain, dalam sampel menunjukkan para pekerja mungkin telah membuat alat seperti bilah, pahat, dan bor. Alat-alat ini akan sangat penting untuk pembangunan kompleks piramida.
Kerusakan ginjal dan hati
Pencemaran tembaga di lingkungan dapat menimbulkan beberapa dampak buruk pada kehidupan manusia dan hewan. Meskipun sejumlah kecil logam itu penting untuk beberapa fungsi biologis manusia, seperti menghasilkan energi dan membentuk pembuluh darah, paparan yang berlebihan dapat menyebabkan muntah, diare, mual, dan sakit perut. Paparan jangka panjang dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, termasuk kerusakan ginjal dan hati.
Dampak apa, jika ada, yang diderita orang Mesir kuno akibat pencemaran tersebut tidak diketahui, tetapi keberadaan logam tersebut dalam sampel tanah memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang cara hidup mereka.
Meskipun banyak penelitian dilakukan terhadap piramida, termasuk bagaimana piramida dibangun, dan kehidupan firaun, Véron mengatakan studi baru ini menawarkan sekilas kehidupan orang Mesir kuno sehari-hari.
Tentang bagaimana orang-orang non-elit hidup dan bekerja, karena mereka membuat peralatan yang digunakan untuk membangun beberapa monumen paling abadi dalam sejarah manusia