Pakar Analisis Perubahan Wajah Netanyahu Sebelum dan Setelah Perang Gaza Dimulai, Banyak Kerutan Tanda Stres
Pakar menganalisis dua foto Netanyahu yang diambil sebelum tanggal 7 Oktober 2023 dan empat bulan setelah agresi Israel di Jalur Gaza.
Pakar menganalisis dua foto Netanyahu yang diambil sebelum tanggal 7 Oktober 2023 dan empat bulan setelah agresi Israel di Jalur Gaza.
- FOTO: Nestapa Gadis 5 Tahun di Jalur Gaza Menderita Kekurangan Gizi Imbas Perang, Beratnya Kini Hanya 9 Kg
- Jurnalis Israel: Kita Telah Kalah Perang di Gaza, Kalah Total dan Kebenaran Ini Harus Disampaikan
- Mesir Usulkan Gencatan Senjata 14 Hari di Gaza, Minta Hamas Bebaskan 40 Tawanan Israel
- Israel Segera Akhiri Serangan Darat di Gaza dan Tarik Semua Pasukan, Ini Alasannya
Pakar Analisis Perubahan Wajah Netanyahu Sebelum dan Setelah Perang Gaza Dimulai, Banyak Kerutan Tanda Stres
Pada 7 Oktober 2023 pagi, Benjamin Netanyahu bangun dari tidurnya dan menyadari Hamas baru saja menyerang Israel. Pasukan perlawanan Palestina tersebut melakukan operasi Badai Al-Aqsa, meruntuhkan tembok perbatasan dan menyerang Israel selatan yang berbatasan dengan Jalur Gaza.
Netanyahu serta para pejabat intelijen dan keamanannya kaget. Mereka kebingungan.
Sumber: The Jerusalem Post
Netanyahu dan pemerintahannya mendapat kritik tajam dari warganya karena serangan mengejutkan Hamas tersebut. Mereka menolak bertanggung jawab atas lemahnya penjagaan perbatasan sehingga Hamas bisa melancarkan operasinya.
Israel kemudian melancarkan agresi brutalnya di Jalur Gaza sejak saat itu, membunuh hampir 30.000 warga sipil dan melukai puluhan ribu lainnya.
Sejak awal agresi di Gaza, publik Israel mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab atas serangan Hamas. Netanyahu menolak bertanggung jawab. Dalam beberapa kesempatan, dia mengatakan akan menyelidiki hal tersebut setelah perang di Gaza berakhir. Namun sebulan kemudian, pernyataannya berubah. Dalam wawancaranya dengan media Amerika Serikat, Netanyahu mengatakan bertanggung jawab melindungi warga Israel.
Pakar menilai, perang Israel di Gaza membuat emosi Netanyahu terganggu dan mengalami stres. Ini dilihat dari perubahan wajahnya seperti dianalisis oleh pakar.
Tami Elashvili, pencipta metodologi untuk menganalisis orang melalui fitur wajah menganalisis dua foto Netanyahu, seperti dilaporkan media Israel, Maariv.
Foto pertama diambil pada 28 September 2023, sembilan hari sebelum serangan Hamas, sedangkan foto kedua diambil pada 31 Januari 2024, hampir empat bulan setelah serangan tersebut dan agresi di Gaza. Elashvili mengalisis wajah Netanyahu dalam dua foto tersebut.
Hasilnya, foto pertama dinilai menggambarkan Netanyahu yang "kurang pesimis, dengan alis yang tebal mengindikasikan rasa percaya diri dan karisma".
Namun dalam foto kedua, ada indikasi stres dan terganggu secara emosional.
"Alisnya sangat tipis hingga hampir tidak ada. Hal ini menandakan akibat dari trauma yang parah. Matanya terangkat ke atas, bagian bawahnya berwarna putih, menandakan tekanan kuat yang dia alami saat ini. Sisi bibir menunjukkan pesimisme yang lebih mendasar dibandingkan sebelum perang. Mata terkulai dan menyipit. Secara emosional, dia hancur. Dagu lebar dan persegi yang menjadi ciri orang-orang dengan peran manajerial penting sebelum perang telah menyusut," jelas Elashvili.
"Rambut sebelum perang menyembunyikan dahi dan setelah perang lebih terbuka," lanjutnya, seraya menambahkan ini "kurangnya persembunyian" setelah 7 Oktober.
"Setelah perang, dia menjadi sangat kurus, dan karena itu wajahnya lebih bersudut."
Dia juga mengatakan alis yang tidak rapi menunjukkan Netanyahu tidak stabil secara mental dan emosional.
"Sebelum perang, alisnya rapi. Sekarang, tidak. Ini menunjukkan bahwa sebelum perang, Netanyahu sangat fokus, dan tahu apa yang diinginkannya dan tujuannya. Semua orang menyadari fakta bahwa Bibi (panggilan Netanyahu) tahu bagaimana mengekspresikan dirinya. Namun kenyataannya saat ini berbeda. Sekarang terbukti bahwa dia sangat kacau secara emosional dan mental dan tidak tahu bagaimana melakukan sesuatu, dan ada badai dalam dirinya. Dia berada dalam posisi yang buruk secara emosional, teknis, dan mental."