PBB Prediksi Bulan Depan Separuh Populasi Palestina di Gaza Akan Meninggal dan Kelaparan karena Agresi Israel
Israel disebut sengaja membuat warga Gaza kelaparan dengan membatasi masuknya bantuan kemanusiaan sebagai metode perang.
Israel disebut sengaja membuat warga Gaza kelaparan dengan membatasi masuknya bantuan kemanusiaan sebagai metode perang.
- PBB Peringatkan Nyawa Seluruh Warga Palestina di Gaza Utara Terancam, Dikepung Tentara Israel Tanpa Makanan dan Obat-Obatan
- PBB Ungkap Berapa Banyak Warga Gaza Masih Terkubur di Bawah Puing Bangunan
- Menteri Israel Ini Ingin Tinggal di Gaza Setelah Mengusir Warga Palestina
- PBB: Gaza Alami Kelaparan Massal Akibat Pengeboman dan Blokade Israel
PBB Prediksi Bulan Depan Separuh Populasi Palestina di Gaza Akan Meninggal dan Kelaparan karena Agresi Israel
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) PBB dan World Food Program menyampaikan, lebih dari 1 juta warga Palestina bakal mengalami tingkat kelaparan yang fatal pada pertengahan Juli. Pemblokiran akses bantuan menuju Gaza oleh Israel menyebabkan banyak warga meninggal akibat kelaparan.
"Antara pertengahan Maret dan pertengahan Juli, setengah dari populasi Jalur Gaza (1,1 juta orang) diperkirakan akan menghadapi kondisi bencana dan seluruh penduduk Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi krisis atau tingkat makanan akut yang lebih buruk," kata laporan gabungan kedua organisasi PBB tersebut, dikutip dari The Cradle, Kamis (6/6).
“Menurut Komite Peninjau Kelaparan (Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu), pada Maret 2024, semua bukti menunjukkan percepatan besar kematian dan kekurangan gizi terkait kelaparan."
Laporan tersebut menyatakan, pergerakan akses bantuan kemanusiaan telah dibatasi Israel baik itu menuju ke Gaza, maupun di dalam wilayah tersebut.
"Bantuan kemanusiaan tetap menjadi sumber utama barang-barang penting sejak awal Oktober, mengingat pembatasan berat yang sedang berlangsung pada impor barang-barang komersial," tambah laporan itu.
Konsekuensi dari agresi Israel telah menyebar ke arah timur menuju Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, di mana "insiden kekerasan, pembatasan mobilitas dan penutupan perbatasan telah berkontribusi pada kontraksi PDB tahun-ke-tahun sebesar 22 persen pada kuartal keempat tahun 2023," lanjut laporan itu.
FAO dan WFP telah mengajukan rekomendasi darurat, termasuk proposal oleh The Flash Appeal for Palestine, yang meminta USD 2,8 Miliar, atau sekitar Rp45,6 Triliun untuk bulan April hingga Desember 2024.
Dana ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta orang di Gaza dan 800.000 orang di Tepi Barat.
Sekitar USD782,1 juta atau sekitar Rp12,7 triliun akan dialokasikan untuk intervensi ketahanan pangan.
Intervensi ini termasuk memastikan pasokan bahan bakar dan gas memasak untuk membantu upaya kemanusiaan dan membantu menjaga layanan seperti pabrik dan toko roti dalam kondisi kerja. Mereka juga berusaha membantu memulihkan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan untuk memastikan produksi pangan yang berkelanjutan.
Skema lainnya adalah membangun koridor kemanusiaan yang aman untuk membantu akses bahan makanan ke Jalur Gaza.
Kantor media pemerintah Gaza pada Senin menyampaikan, ribuan anak berusia lima tahun ke bawah dapat meninggal akibat kelaparan sistematis yang dilakukan oleh Israel.
"Lebih dari 3.500 anak di bawah usia lima tahun berisiko meninggal di Jalur Gaza karena kebijakan kelaparan, kekurangan makanan, tidak adanya suplemen gizi, dan pencegahan bantuan oleh pendudukan," bunyi pernyataan itu.
Menurut laporan Oxfam, Israel telah secara aktif menunda masuknya bantuan yang dibutuhkan ke Gaza dan beberapa penundaan ini telah berlangsung hingga 20 hari.
Truk-truk bantuan kemanusiaan yang terjebak di persimpangan Rafah telah melaporkan barang-barang makanan membusuk di atas kapal sebelum mencapai daerah kantong yang terkepung.
Negara-negara lain yang disorot bersama Palestina dalam laporan FAO-WFP sebagai titik-titik rawan kelaparan adalah Mali, Sudan, Haiti, dan Sudan Selatan.