PBB: Rekonstruksi Gaza Butuh Waktu 80 Tahun, Jauh Lebih Parah daripada Ukraina
PBB: Rekonstruksi Gaza Bisa Makan Waktu 80 Tahun, Lebih Parah daripada Ukraina
Program Pembangunan PBB (UNDP) kemarin merilis laporan tentang rekonstrusi kerusakan parah di Gaza akibat bombabrdir Israel.
- Penyelidikan Resmi PBB: Israel Terbukti Bersalah Atas Kejahatan Perang dan Kemanusiaan di Gaza
- PBB: Israel Hancurkan Separuh dari Seluruh Bangunan di Gaza, Kerugian Capai Rp652 Triliun
- PBB Akhirnya Sebut Israel Telah Melakukan Genosida terhadap Rakyat Palestina di Gaza
- Mengapa AS Ingin Bangun Pelabuhan di Gaza dengan Alasan untuk Kirim Bantuan Kemanusiaan?
PBB: Rekonstruksi Gaza Butuh Waktu 80 Tahun, Jauh Lebih Parah daripada Ukraina
Menurut UNDP upaya rekonstruksi Gaza bisa memakan Waktu 80 tahun dengan biaya mencapai USD 40 miliar atau Rp 644 triliun.
Namun, jika perang bisa dihentikan dan pengiriman material konstruksi bisa lima kali lebih cepat dibandingkan pada 2021, terakhir kali serangan Israel di Gaza, maka upaya rekonstruksi bisa berlangsung lima kali lebih cepat, artinya rampung pada 2040.
Abdullah al-Dardari, Asisten Sekretaris Jenderal dan Direktur Biro Regional UNDP untuk Negara-negara Arab, mengatakan kepada The National.
“Beberapa donor harus sadar bahwa mereka harus mengambil risiko dengan menginvestasikan sedikit uang,” katanya kepada kantor berita The National dari Uni Emirat Arab, seperti dilansir the Cradle, Kamiis (2/5).
“Itulah mengapa kami mengatakan mari kita kumpulkan USD 2 miliar (Rp 32 triliun) [sebagai awal], yang memungkinkan kita menyediakan penghidupan yang bermartabat bagi satu juta warga Palestina, yang akan meningkatkan jumlah tersebut menjadi USD 3 miliar (Rp 43 triliun), namun tetap saja, itu masih dalam batas wajar.”
“Kita dihadapkan pada dilema, namun tidak ada seorang pun yang mau menginvestasikan uang dalam jumlah besar di Gaza sebelum mereka melihat proses perdamaian yang serius dan kredibel. Namun untuk melihat proses perdamaian yang serius dan kredibel, sekali lagi, kami tidak tahu apa yang diperlukan,” tambah Dardari.
UNDP mengatakan lebih dari 70 persen rumah di Gaza hancur oleh Israel selama enam bulan terakhir, dan memperingatkan angka tersebut bisa mencapai 80 atau 90 persen seiring dengan berlanjutnya perang.
Selain itu, mereka mengatakan layanan sipil dan masyarakat di wilayah tersebut “tidak lagi memiliki mesin apa pun, mereka tidak dapat mengelola limbah padat, mereka tidak dapat menyediakan layanan kota apa pun.”
“Tidak seperti perang sebelumnya, kehancuran di Gaza saat ini memiliki cakupan dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dan ditambah dengan hilangnya rumah, mata pencaharian, sumber daya alam, infrastruktur serta kapasitas kelembagaan, mungkin memiliki dampak yang mendalam dan sistemik selama beberapa dekade mendatang,” kata Rola Dashti , Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA) kemarin.
“Penilaian ini memproyeksikan Gaza akan sepenuhnya bergantung pada bantuan eksternal dalam skala yang belum pernah terjadi sejak tahun 1948, karena Gaza akan dibiarkan tanpa perekonomian yang berfungsi, atau sarana produksi, kemandirian, lapangan kerja, atau kapasitas untuk berdagang,” tambah pejabat tinggi PBB.
Bulan lalu, Badan Pekerjaan Ranjau PBB (UNMAS) mengungkapkan pemindahan sejumlah besar puing-puing dan persenjataan yang belum meledak akibat kampanye pemboman Israel bisa memakan waktu hingga 14 tahun.
“Gaza memiliki lebih banyak puing dibandingkan Ukraina, dan sebagai gambaran, garis depan Ukraina memiliki panjang hampir 1.000 kilometer sementara Gaza memiliki panjang 40 km,” kata Mungo Birch, kepala program UNMAS di wilayah Palestina, kepada media awal pekan ini.