Pecah kongsi terparah di Timur Tengah sejak era Perang Teluk
Pecah kongsi terparah di Timur Tengah sejak era Perang Teluk. Negara-negara Arab Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Yaman, Libya, kemarin memutus hubungan diplomatik dengan Qatar atas alasan negara itu mendukung terorisme.
Negara-negara Arab Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Yaman, Libya, kemarin memutus hubungan diplomatik dengan Qatar atas alasan negara itu mendukung terorisme terutama kelompok Ikhwanul Muslimin yang selama ini dianggap sebagai musuh politik di kawasan.
"Pemerintah Republik Mesir memutuskan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Qatar karena permusuhan yang terus menerus terjadi antara otoritas Qatar dan Mesir," demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Mesir, seperti dilansir dari laman Rusia Today, Senin (5/6).
Peristiwa mengejutkan ini menyusul tudingan terhadap Emir Qatar Sheikh Tamim Bin-Hamad yang dikatakan menentang keputusan Negara Teluk dan Amerika Serikat dalam melawan Iran. Dia juga dituduh mengatakan Hamas, Hizbullah, dan Ikhwanul Muslimin bukan organisasi teroris tapi gerakan perlawanan serta menyebut Hamas satu-satunya organisasi yang mewakili rakyat Palestina.
Dilansir laman Haaretz, Senin (5/6), Qatar sudah membantah semua tudingan itu dan mengatakan ada peretas membobol situs kantor berita Qatar dan menyiarkan pernyataan-pernyataan sang Emir. Juru bicara Qatar menyebut ini adalah perang siber yang bertujuan merusak nama baik Qatar. Qatar mengatakan semua ini adalah konspirasi antara UEA dan lobi pro-Israel di Washington bersama para mantan pejabat senior.
Arab Saudi, UEA, dan Bahrain kemarin sudah menyatakan menutup semua perbatasan, baik darat, air, dan udara bagi Qatar. Saudi memberi waktu selambatnya 14 hari bagi warga Qatar untuk segera angkat kaki dari negaranya. Tak hanya itu Qatar juga dikeluarkan dari pasukan koalisi dalam perang di Yaman. Koalisi mengklaim selama ini Qatar mendukung kelompok teroris Al Qaidah dan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Menanggapi keputusan Negara Teluk itu, kementerian Luar Negeri Qatar kemarin menyatakan mereka kini tengah menghadapi kampanye kebohongan dan akal-akalan.
"Kampanye hasutan ini berpijak pada kebohongan yang sudah mencapai tahap akal-akalan," kata kementerian luar negeri Qatar.
Diplomat Iran Hamid Abutalebi menyebut kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Saudi beberapa waktu lalu sebagai penyebab timbulnya perpecahan di Teluk ini.
"Apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari tarian Trump di Riyadh," kata dia dalam akun Twitter.