Sejarah Kerajinan Perak di Koto Gadang, Terkenal sejak Zaman Penjajahan Belanda
Kerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau
kerajinan tanganKerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau
Sejarah Kerajinan Perak di Koto Gadang, Terkenal sejak Zaman Penjajahan Belanda
Kebanyakan orang mungkin akan mengira jika kerajinan perak hanya ada di Kotagede, Yogyakarta saja. Jangan salah, ternyata di Pulau Sumatera tepatnya Kabupaten Agam, Sumatera Barat juga terdapat produk kerajinan dari perak. Koto Gadang merupakan sebuah nagari atau desa di Kabupaten Agam yang terkenal dengan kerajinan peraknya. Masyarakat setempat sudah mengenal kerajinan perak ini sejak zaman penjajahan Belanda.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Bagaimana kerangka-kerangka raksasa tersebut diawetkan? Kerangka ini tingginya sekitar 2,4 sampai 3 meter, telah dimumifikasi seperti mumi-mumi Mesir kuno.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan Utara? Lempeng tektonik berumur 120 juta tahun dengan ukuran seperempat dari Samudera Pasifik terungkap berada di Kalimantan Utara setelah sebagian besar bagian kerak Bumi masuk ke dalam lapisan dalam Bumi.
-
Bagaimana gerakan tari Sulintang? Tarian ini begitu lembut, gerakannya mirip lilin yang tertiup angin.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
Kerajinan perak dari desa ini dulunya begitu populer. Tak sedikit orang-orang Belanda yang menyukai kerajinan tangan tersebut mulai dari kalung, cincin, dan gelang.
Sejak 1911
Sejarah perkembangan kerajinan perak di Koto Gadang ternyata sudah begitu lama.
Produk perak dari desa ini sudah dikenal sejak tahun 1911, khususnya saat bangsa-bangsa Eropa yang datang ke Sumatera.
Kepopuleran kerajinan perak ini semakin terlihat dari kegemaran para wanita-wanita Belanda mengoleksi olahan perak dalam bentuk aksesoris.
- Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
- Jejak Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Berawal dari Perusahaan Besar Milik Belanda di Pantai Timur Sumatra
- Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya
- Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
- Wisata di Kaliurang Hits yang Asri, Lengkap dengan Harga Tiketnya
- Tol Fungsional Jogja-Solo Dibuka untuk Arus Balik Lebaran 2024
Memiliki Ciri Khas
Dilansir dari laman indonesiakaya.com, kerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau. Hal ini sedikit menimbulkan kesan tidak menyolok mata saat digunakan.
Tak hanya itu, perak dari Kota Agam ini sendiri terkenal halus dalam setiap jengkal pembuatannya sehingga menghasilkan bentuk yang indah. Dengan begitu, kerajinan ini membuat orang-orang Eropa saat itu begitu terkesan akan hasilnya.
Berkurangnya Perajin Perak
Melansir dari Antara, eksistensi kerajinan perak di Koto Gadang kini semakin memudar. Hal ini disebabkan oleh jumlah perajin perak di Koto Gadang yang sudah berkurang drastis, sehingga tingkat produksi otomatis menurun.
Padahal setiap kali waktu liburan tiba, banyak wisatawan yang datang ke Sumatera Barat secara khusus datang ke Koto Gadang untuk mencari suvenir perak dengan desain khas Minangkabau.Dulunya, kerajinan perak merupakan sumber penghasilan utama masyarakat sekitar.