Pelaku pengeboman WTC makin santer mengarah ke Saudi
Jajaran kerajaan Negeri Petro Dolar dituding membiayai Al Qaidah dan kegiatan mereka.
Peristiwa 11 September 2001 hingga kini masih menjadi catatan hitam dan kelam warga dunia dan membuka mata sejagat akan gerakan terorisme. Di sisi lain, kejadian itu juga membuktikan adanya konspirasi besar memakan hampir 3.000 nyawa demi memuluskan jalan Amerika Serikat menginvasi Afghanistan dan menggempur Al Qaidah sebagai satu-satunya tersangka dalam kasus mengerikan itu.
Gedung menara kembar World Trade Center (WTC) di Kota New York diserang oleh pesawat yang diyakini dibajak oleh sekelompok anggota Al Qaidah. Selain itu terorisme juga mengatah ke pusat pertahanan Pentagon dan Gedung Putih. Namun dua misi terakhir gagal.
Tim investigasi segera dibentuk bernama pasukan penyelidik peristiwa 9/11. Mereka pun segera menyimpulkan ini seluruhnya didalangi oleh Al Qaidah dan pemimpinnya, Usamah Bin Ladin. Tanpa banyak pikir mantan Presiden George Walker Bush saat itu masih menjabat segera menggempur Afghanistan untuk menjatuhkan Taliban.
Namun banyak teori bertentangan soal runtuhnya WTC dan terorisme yang akhirnya memunculkan dugaan peristiwa 9/11 ini merupakan konspirasi besar dan telah diperhitungkan dengan matang demi mengkambing hitamkan Bin Ladin.
Richard Gage, seorang arsitek telah berpengalaman selama dua dekade dalam bidang konstruksi serta telah berkecimpung dalam banyak proyek perancangan bangunan anti-api dan anggota dari Institusi Arsitek Amerika mendirikan organisasi arsitek dan insinyur untuk mengungkap kebenaran peristiwa 11 September. Anggotanya terdiri dari ratusan artsitek dan teknisi berpengalaman di bidangnya. Mereka mengeluarkan pernyataan yang menyangkal pernyataan Komisi 9/11 bentukan pemerintah Bush yang menyatakan WTC hancur akibat ledakan oleh tabrakan dan penyebaran avtur dari pesawat dibajak teroris.
Para arsitek yang tergabung dalam organisasi tersebut menyatakan runtuhnya menara kembar itu akibat bahan peledak. Terutama pada runtuhnya menara ketujuh setelah berbagai penyelidikan terhadap rekaman video dan analisis lapangan. Menurut mereka sangat tidak wajar dan tak dapat diterima secara ilmu pengetahuan apabila menara tujuh terletak jauh dari menara Utara dan Selatan rata dengan tanah sebab pesawat hanya menabrak gedung satu dan dua saja.
Selain itu tidak ditemukannya kotak hitam pesawat sekelas Boeing 747 yang canggih menjadi tanda tanya besar. Apalagi federasi lalu lintas pesawat dunia menghilangkan rekaman pengatur penerbangan. Tentu ini sangat janggal.
Beberapa fakta lain juga mengejutkan yakni terlibatnya kerajaan Arab Saudi dalam peristiwa nahas itu.
Dilansir dari surat kabar Russian Today (2009), seorang saksi mantan anggota Taliban mengatakan dia melihat sendiri kepala dinas intelijen Saudi Turki al-Faisal memberikan cek senilai Rp 3,2 triliun pada salah seorang pemimpin ekstremis itu.
Kemarin salah satu tersangka terorisme runtuhnya WTC, Zakaria Masawi kini dipenjara seumur hidup mengklaim Saudi berada di balik konspirasi paling mengerikan dalam sejarah abad 21 itu. Salah satu pangeran dari Negeri Petro Dolar ini membayar pilot profesional untuk melatih anggota Al Qaidah cara mengemudikan pesawat.
Masawi dan 19 teroris membajak pesawat yang ditabrakkan ke gedung WTC mendapat pelatihan menerbangkan burung besi yang seluruhnya didanai oleh pangeran Saudi. Dia juga mengklaim pangeran itu meluluskan semua permintaan pemimpin ekstremis Usamah Bin Ladin untuk kegiatan terorismenya.
Pemerintah Saudi melalui kuasa hukumnya menolak mentah-mentah tudingan itu. Mereka mengatakan tidak terlibat dan tidak memiliki peran apa pun dalam tragedi WTC ini. Tentu saja sebagai sekutu Amerika tak berusaha menyelidiki klaim tersebut lantaran bakal berpengaruh pada ekonomi mereka terutama impor minyak yang saat ini masih dikuasai oleh Ibu Kota Riyadh.