Pidato di Sidang Umum PBB, Retno Marsudi Kritik Dewan Keamanan Karena Tak Bisa Hentikan Agresi Israel di Gaza
Ini merupakan pidato terakhir Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia di Sidang Majelis Umum PBB.
Indonesia kembali menegaskan sikapnya tegasnya menentang penjajahan Israel di Palestina, khususnya perang genosida yang sedang berlangsung saat ini. Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dalam pidato terbarunya di Sidang Majelis Umum PBB ke-79 menyampaikan Indonesia tak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina.
"Indonesia tidak dapat, saya ulangi, tidak dapat, tetap diam dan tenang menyaksikan ketidakadilan yang terus menerus dialami oleh rakyat Palestina," tegas Retno dalam sambutannya di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat (AS), pada Sabtu (29/9).
- Majelis Umum PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Permanen Serta Tanpa Syarat di Gaza, AS dan Israel Menolak
- Begini Nasib Relawan MER-C Indonesia di Gaza Israel Serang & Bombardir RS Indonesia
- Menlu Retno: Indonesia Bisa Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza jika Dapat Mandat dari PBB
- Konflik Palestina dan Israel, Menlu Retno Minta Eropa Dukung Gencatan Senjata di Jalur Gaza
"Indonesia selalu dan akan terus mendukung rakyat Palestina dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan hak atas negara Palestina yang merdeka," lanjutnya.
Retno juga menyoroti ketidakaktifan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) dalam menghentikan agresi Israel, terutama ketika lebih dari 41 ribu jiwa di Gaza telah menjadi korban.
"Apakah itu tidak cukup? Apakah Dewan Keamanan hanya akan bertindak ketika kekejaman Israel sudah meluas? Ketika semua warga Palestina terpaksa mengungsi? Atau ketika seratus ribu warga Palestina telah kehilangan nyawa? Atau ketika konflik bersenjata di kawasan ini pecah? Itu sudah terlambat!" lanjutnya dengan tegas.
Pertanyakan Pidato Netanyahu
Retno juga mengomentari pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang disampaikan dalam forum tersebut pada Jumat (27/9). Pada saat itu, delegasi Indonesia dan beberapa negara lainnya melakukan aksi walk out ketika Netanyahu berpidato.
"PM Netanyahu menyatakan bahwa Israel mencari dan mendambakan perdamaian. Apakah itu benar? Bagaimana kita bisa mempercayai pernyataan tersebut? Ketika dia berada di sini kemarin, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Beirut. PM Netanyahu sepertinya ingin konflik ini berlanjut... Kita harus menghentikannya," tegasnya.
"Saya tekankan lagi, kita harus menghentikannya. Kita perlu mendesak Israel untuk kembali ke jalur solusi politik demi tercapainya solusi dua negara."
Dukung Solusi Dua Negara
Pendekatan solusi dua negara masih dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar untuk menyelesaikan penjajahan Israel.
"Sebagian besar negara anggota PBB sangat mendukung ide solusi dua negara. Ini adalah momen yang tepat untuk merealisasikannya," kata Retno, sembari mendorong lebih banyak negara untuk mengakui eksistensi Negara Palestina.
"Jika kita semua melakukan hal ini, pasti akan memberikan pengaruh yang signifikan. Pengakuan terhadap Palestina saat ini adalah investasi untuk menciptakan dunia yang lebih damai, adil, dan berperikemanusiaan di masa depan," tambahnya.
Ia juga menekankan perlunya Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah konkret dalam mencapai perdamaian, menghentikan kekerasan, dan mengakhiri kekerasan Israel di Palestina.
"Sekali lagi, Indonesia mendesak Anggota Tetap Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan nyata, agar segera menghentikan pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Israel dan mengakhiri impunitas yang mereka nikmati," tegas Retno.
Ia menegaskan bahwa DK PBB seharusnya berupaya menjaga perdamaian, bukan malah mendukung pihak-pihak yang melakukan kekerasan.
"Tidak bertindak sama dengan terlibat," pungkasnya.