Pendeta di Kota Kelahiran Yesus Tantang Umat Kristen Pendukung Israel datang ke Palestina: Perang di Gaza Adalah Genosida
Pendeta Palestina akui perang yang terjadi di Gaza merupakan aksi genosida.
Pendeta Palestina akui perang yang terjadi di Gaza merupakan aksi genosida.
Pendeta di Kota Kelahiran Yesus Tantang Umat Kristen Pendukung Israel datang ke Palestina: Perang di Gaza Adalah Genosida
Seorang pendeta asli Palestina asal Betlehem bernama Rev. Dr. Muntheer Isaac memohon kepada para pemimpin dan umat Kristen di seluruh dunia untuk peka terhadap situasi yang ada di Palestina.
Ia bahkan menyarankan kepada para pemimpin dan umat kristen di dunia yang mendukung Israel untuk datang dan berbicara dengan penduduk lokal Kristen Palestina.
Hal itu untuk mengetahui dampak apa yang umat kristen di Palestina dapat bila mendukung Israel.
Dalam pesannya ia menjelaskan situasi yang terjadi di tanah kelahiran Yesus Kristus tersebut.
Seperti apa ulasannya? Melansir dari akun Instagram @cordovamediaid, Rabu (5/6) berikut informasi selengkapnya.
Muntheer Isaac menjelaskan saat Israel berdiri di sebuah tanah yang dihuni oleh jutaan pribumi Palestina, Israel menganggap bahwa tindakan mereka merupakan nubuat dan standar dari Tuhan."Pesannya adalah mengingatkan mereka bahwa ketika negara Israel didirikan, itu tidak didirikan di atas tanah yang kosong. Itu didirikan di atas tanah yang terdapat jutaan pribumi Palestina di sana, termasuk umat Kristen Palestina. Dan negara yang mereka dukung, negara yang mereka rayakan sebagai penggenapan nubuat dan sebagai standar dari Tuhan," ucapnya.
Umat Yahudi bertekad untuk merampas Palestina sebagai wilayahnya. Sampai akhirnya banyak jatuh korban dari masyarakat Palestina, termasuk umat Kristen setempat.
"Bagi umat Yahudi untuk menjadikannya (Palestina) sebagai sebuah negara (Israel). Ratusan ribu penduduk Palestina, termasuk umat Kristen Palestina dipaksa untuk pergi dan tidak pernah bisa kembali. Ada lebih dari 30 gereja yang ditutup ketika Israel didirikan karena penduduk Palestina diusir dari tanahnya," sambungnya.
Pendeta berdarah Palestina itu memohon kepada seluruh pemimpin Kristen untuk membuka mata dan melihat siapa yang menjadi pelaku dan korban genosida yang terjadi di Palestina. Dia juga menyatakan apa yang dilakukan Israel di Gaza adalah genosida.
"Jumlah kami terus menurun maka kami memohon datang dan dengarkanlah. Datanglah dan berbicara dengan kami (Kristen Palestina). Dan pesan saya untuk para pemimpin Kristen sekarang adalah sedang ada perang yang sangat-sangat brutal terjadi di Gaza," jelasnya.
"Perang yang saya deskripsikan dengan menggunakan kata genosida. Karena ini adalah perang yang bahkan menggunakan kelaparan sebagai senjata dan umat Kristen menderita akibat perang itu," tambahnya.
Baginya, perang bukanlah jalan terbaik dan masih ada banyak cara untuk meraih sesuatu.
"Ini waktunya bagi para pemimpin Kristen mengakui bahwa perang bukanlah jalannya," ucpanya.
Muntheer Isaac memberi pesan agar semua umat Kristen melihat dari perspektif yang luas dan tidak mengikuti kepentingan politik.
Semua umat Kristen harus menghentikan aksi genosida yang telah membunuh wanita dan anak-anak di Gaza.
"Maka pesannya adalah sebuah undangan untuk mendengarkan, untuk mempelajari dan untuk menghindari perspektif yang dangkal dan menyederhanakan yang itu tidak dilandaskan pada teks kitab suci, tetapi lebih dilandaskan kepada kepentingan politik."
"Dan saya akan memohon bahwa kita harus menghentikan perang ini di Gaza. Itu membunuh banyak sekali anak-anak, perempuan, nyawa yang tidak bersalah, itu harus dihentikan. Pasti ada jalan lain.
Sebagai penutup, Muntheer Isaac menantang seluruh pemimpin dan umat Kristen dunia untuk datang langsung ke Palestina dan melihat apa yang terjadi di tanah itu.
"Dan sebagai pengikut Kristus, kita harus menempuh jalan perdamaian dan keadilan dan kita harus menghindari polarisasi yang menyederhanakan baik dan jahat," jelasnya.
"Datang dan dengarkanlah. Datang dan pahamilah atas apa yang terjadi. Dan saya memohon, sebagai pendeta Kristen dari Betlehem Saya memohon Anda untuk datang dan mendengarkan," tutupnya.