Protes Kesewenangan Pemerintah Arab Saudi, Tiga Tahanan Politik Mogok Makan
Tiga tahanan politik terkemuka Arab Saudi; narablog Raif Badawi, aktivis Khaled al-Omari, dan pengacara juga aktivis HAM Waleed Abu al-Khair, melakukan mogok makan di penjara untuk memprotes kondisi di dalam tahanan mereka dan sel isolasi dimana mereka ditahan.
Tiga tahanan politik terkemuka Arab Saudi; narablog Raif Badawi, aktivis Khaled al-Omari, dan pengacara juga aktivis HAM Waleed Abu al-Khair, melakukan mogok makan di penjara untuk memprotes kondisi di dalam tahanan mereka dan sel isolasi dimana mereka ditahan.
Akun "Prisoners of Conscience" di Twitter, yang memantau situasi para tahanan politik Arab Saudi, mengatakan pada Minggu malam bahwa Abu al-Khair dan Badawi mulai mogok makan pada 11 Desember lalu sebagai protes penempatan mereka di dalam sel isolasi. Demikian dilansir dari laman Alaraby, Selasa (24/12).
-
Kapan patung unta di Arab Saudi ditemukan? Sederet patung unta berukuran sesuai aslinya ditemukan pada 2018 lalu di Arab Saudi utara.
-
Siapa kapten Timnas Arab Saudi? Kapten Tim Nasional Arab Saudi adalah Salem Al-Dawsari, sementara Asnawi Mangkualam menjabat sebagai kapten Timnas Indonesia.
-
Kapan Timnas Indonesia main lawan Arab Saudi? Timnas Indonesia akan menghadapi Arab Saudi dalam laga pertama putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, pada Jumat (6/9/2024) dini hari WIB.
-
Kapan Timnas Indonesia bertanding melawan Arab Saudi? Maarten Paes akhirnya melakukan debutnya bersama Timnas Indonesia dan hasilnya cukup mengejutkan. Sebelumnya, Paes diperkirakan tidak akan tampil saat Timnas Indonesia bertandang ke markas Timnas Arab Saudi pada matchday 1 Grup C ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, yang berlangsung pada Jumat (06/09/2024).
-
Bagaimana Arab Saudi menyamakan skor melawan Timnas Indonesia? Sangat yakin. Arab Saudi akhirnya berhasil menyamakan skor pada menit ke-45+3. Tendangan Musab Al-Juwayr mengenai Calvin Verdonk sebelum bola masuk ke gawang Timnas Indonesia.
Akun tersebut mengatakan Khaled al-Omair mulai mogok makan pada Minggu malam kemarin untuk memprotes penahanannya yang sewenang-wenang dan UU "anti terorisme" yang dijadikan dasar penahanannya.
Raif al-Badawi menulis di blognya tentang liberalisme politik dan ditangkap pada 2012 atas tuduhan menistakan Islam melalui jaringan elektronik. Saat ini dia telah menjalani hukuman penjara 10 tahun, dan juga dijatuhi hukuman 1000 cambukan dan dicambuk secara terbuka 50 kali pada tahun 2015.
Kuasa hukumnya Waleed Abu Al-Kheir, yang mendirikan Pemantau HAM di Arab Saudi juga ditangkap pada 2014 dan dihukum penjara 15 tahun atas tuduhan "merusak rezim dan pejabat" dan "menghasut opini publik".
Awal bulan ini, Amnesty International mengecam Arab Saudi karena perlakuannya yang “keterlaluan” terhadap Abu al-Khair, yang telah melakukan mogok makan sebelumnya untuk memprotes kesewenang-wenangan kerajaan tersebut.
Khaled al-Omair, yang mulai mogok makan pada Minggu, dijatuhi hukuman delapan tahun penjara pada 2008 karena mencoba mengkoordinir demonstrasi menentang perang Israel di Gaza yang dimulai pada 27 Desember tahun itu. Setelah dibebaskan pada 2017 (enam bulan setelah hukumannya berakhir), ia ditangkap kembali pada 2018 setelah mengajukan pengaduan ke Pengadilan Kerajaan terhadap seorang petugas penjara yang menyiksanya.
Al-Omair menyelundupkan pesan yang ditulis di atas tisu berisi, Saya dengan ini menyatakan bahwa saya akan melakukan mogok makan dari hari Minggu 22 Desember 2019 sampai saya dibebaskan tanpa syarat dan tanpa batasan, karena saya ditahan lebih lama dari periode hukum tanpa dakwaan dan tanpa dibawa ke pengadilan, dan tanpa memperoleh hak saya yang dijamin oleh hukum. "
"Saya juga menyatakan bahwa saya menolak untuk mengakui Undang-Undang Anti-Terorisme dan undang-undang serupa lainnya karena mereka dirancang untuk membungkam siapa pun dengan pendapat yang berbeda dari pendapat pemerintah," tambahnya.
Dia juga mengatakan telah mencoba beberapa kali untuk bertemu dengan perwakilan Komisi Hak Asasi Manusia Saudi dan Penuntutan Publik tetapi permintaannya ditolak, dan "dengan segera meminta" wawancara dengan seorang utusan Dewan HAM PBB.
Ribuan tahanan politik tersiksa di penjara Saudi. Arab Saudi tak hanya menangkap aktivis, tapi juga termasuk ulama reformis dan aktivis perempuan dan hak asasi manusia. Beberapa menjalani hukuman penjara yang panjang dan yang lain menghadapi hukuman mati dengan tuduhan palsu dan tidak jelas. Para tahanan juga meninggal dalam tahanan karena perlakuan buruk dan kelalaian medis.
(mdk/pan)