Setelah 2 Tentara Indonesia, Serangan Sengaja Israel Kembali Lukai Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, Sudah Lima Tentara Jadi Korban
Kepala staf tentara Irlandia yang bertugas di UNIFIL mengatakan serangan Israel itu jelas disengaja.
Seorang tentara pasukan perdamaian PBB (UNIFIL) di selatan Lebanon kembali luka setelah pasukan Israel melepaskan tembakan secara sengaja ke arah mereka.
Dalam pernyataan kemarin, UNIFIL mengataka tentara itu terluka ketika sedang berada di markas mereka di selatan Kota Naquora pada Jumat malam.
- Detik-Detik Israel Serang Menara Pemantau Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, TNI Terlempar Saat Proyektil Meledak
- Israel Serang Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon dengan Bom Fosfor Putih, Belasan Tentara Terluka
- Israel Hancurkan Menara Pemantau Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, Terang-Terangan Langgar Hukum Internasional
- Israel Terus Gempur Lebanon, Bagaimana Nasib Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia?
"Dia segera menjalani operasi di rumah sakit Naqoura untuk mengeluarkan peluru dari tubuhnya dan kini dia dalam keadaan stabil," kata pernyataan UNIFIL, seperti dilansir BBC, Minggu (13/10).
Kepala Staff Pasukan dari tentara Irlandia Letnan Jenderal Sean Clancy mengatakan dia tidak percaya serangan Israel sebelumnya terhadap tentara Indonesia adalah tidak disengaja.
"Menara pemantau yang ditembaki oleh sebuah tank adalah target yang berukuran kecil dan itu pasti disengaja," kata dia kepada stasiun televisi RTE.
"Dari sudut pandang militer, itu bukan tindakan tidak disengaja. Itu tindakan yang disengaja."
UNIFIL mengonfirmasi markas mereka di Naqoura mengalami ledakan untuk kedua kalinya dalam waktu 48 jam, sehari setelah serangan oleh pasukan Israel pada lokasi yang sama.
Dalam ledakan yang terjadi dekat menara pengawas pada Jumat (11/10/2024), dua anggota penjaga perdamaian PBB asal Sri Lanka terluka. Sebelumnya, dua anggota TNI yang bertugas di UNIFIL juga mengalami cedera akibat serangan Israel.
"Ini adalah situasi yang serius, dan UNIFIL menegaskan bahwa keselamatan serta keamanan personel dan aset PBB harus dijamin, dan integritas gedung PBB harus selalu dihormati," ungkap misi PBB, seperti dilansir oleh Al Jazeera pada Sabtu (12/10). "Setiap serangan yang disengaja terhadap penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional." Salah satu penjaga perdamaian yang terluka telah dilarikan ke rumah sakit di Tyre, sementara yang lainnya mendapatkan perawatan di lokasi kejadian.
"Pasukan penjaga perdamaian kami tetap berada di tempat kejadian," kata misi PBB, menambahkan bahwa pasukan tambahan telah dikirim untuk memperkuat posisi tersebut. Dalam pernyataannya, militer Israel mengklaim sedang melakukan penyelidikan menyeluruh terkait insiden di mana dua anggota penjaga perdamaian "tidak sengaja" terluka di Lebanon selatan.
Mereka menyatakan telah memberikan instruksi kepada personel UNIFIL untuk berada di daerah yang dilindungi dan tinggal di sana beberapa jam sebelum kejadian.
Komentar Sekjen PBB
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Jumat menegaskan bahwa insiden penyerangan oleh Israel tidak dapat diterima dan tidak boleh terulang.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga menyatakan kemarahan mereka terkait penargetan terhadap pasukan penjaga perdamaian UNIFIL, serta meminta Israel untuk menahan diri dari segala bentuk "tindakan permusuhan" terhadap mereka.
Sementara itu, China mengungkapkan "kekhawatiran yang mendalam dan kecaman keras" terhadap serangan Israel terhadap operasi perdamaian PBB. Kementerian Luar Negeri India menekankan bahwa "semua pihak harus menghormati integritas gedung PBB dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan keselamatan pasukan penjaga perdamaian PBB serta menjaga kesucian mandat mereka."
Para pemimpin dari Prancis, Italia, dan Spanyol pada hari yang sama juga mengecam penargetan misi penjaga perdamaian PBB, menekankan bahwa serangan semacam itu "tidak dapat dibenarkan" dan harus "segera dihentikan."
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa "serangan ini merupakan pelanggaran serius terhadap kewajiban Israel berdasarkan UNSCR (Resolusi Dewan Keamanan PBB) 1701 dan hukum internasional humaniter." Qatar juga mengutuk "dalam istilah yang paling keras" serangan Israel terhadap misi penjaga perdamaian PBB dan menyerukan diadakannya penyelidikan independen.