Tentara Indonesia dan Rusia Gelar Latihan Militer Gabungan Untuk Pertama Kali, Ini Tujuannya
Duta Besar Rusia untuk Indonesia mengungkap tujuan latihan militer gabungan ini.
Indonesia dan Rusia melaksanakan latihan militer gabungan untuk pertama kalinya. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergey Tolchenov, menegaskan latihan gabungan angkatan laut yang diberi nama Orruda, yang berlangsung pada November 2024 di pelabuhan Surabaya, merupakan langkah penting dalam kerja sama militer antara kedua negara.
"Latihan gabungan Orruda adalah simbol kerja sama militer Rusia dan Indonesia," ungkap Dubes Tolchenov dalam konferensi pers bersama awak media di kediamannya di Jakarta Selatan pada Senin (28/10).
- Bantu Rusia, Tentara Korea Utara Akhirnya Baku Tembak dengan Prajurit Ukraina
- Megawati Undang Ilmuwan Rusia Teliti Gunung Api Bawah Laut: Mereka Punya Ilmu Hitung Kapan Meletus
- FOTO: Penampakan Rudal 'Maut' Rusia Turun Gunung dalam Latihan Taktis Senjata Nuklir
- Tangguh, Kekuatan Militer Indonesia Kalahkan Israel dan Jerman
Nama "Orruda" sendiri merupakan akronim yang menggabungkan simbol kedua negara, yaitu elang Rusia (Oryol dalam bahasa Rusia) dan garuda Indonesia, yang dianggap sebagai raja burung dalam mitologi.
"Elang menjadi lambang Rusia, sedangkan garuda menjadi lambang Indonesia. Ini akan terlihat jelas oleh semua orang," tambah Tolchenov.
Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Kremlin pada Juli. Dalam pertemuan tersebut, ia mengumumkan latihan angkatan laut bersama yang dinilai oleh para pakar sebagai indikasi pentingnya Moskow dalam kebijakan luar negeri yang lebih luas. Latihan yang berlangsung selama lima hari tersebut dimulai pada Senin (4/11) di Jawa Timur, di mana Rusia mengirimkan tiga kapal perang kelas korvet, sebuah kapal tanker, helikopter militer, dan kapal tunda.
Menurut pengamat, ini merupakan langkah untuk mengingkatkan peran Indonesia di panggung dunia.
"Latihan militer gabungan pertama Indonesia dengan Rusia pekan ini menunjukkan bahwa Presiden baru Prabowo Subianto berupaya untuk meningkatkan peran Jakarta di kancah internasional sebagai bagian dari perubahan kebijakan luar negeri yang signifikan," ungkap para analis yang dikutip dari AFP, Senin (4/11).
Agenda Lebih Luas
Selama ini, Indonesia dikenal menjaga kebijakan luar negeri yang netral dan menghindari pengambilan posisi dalam konflik Rusia-Ukraina maupun persaingan antara AS dan China. Namun, Prabowo menyerukan peningkatan hubungan dengan Moskow meskipun ada tekanan dari Barat terhadap Jakarta.
"Ini adalah bagian dari agenda yang lebih luas untuk memperkuat hubungan dengan semua pihak, tanpa memandang blok geopolitik mereka, selama itu memberikan keuntungan bagi Indonesia," jelas Pieter Pandie, peneliti di Center for Strategic and International Studies (Pusat Studi Strategis dan Internasional).
Blok ASEAN di Asia Tenggara, di mana Indonesia merupakan salah satu anggotanya, pernah mengadakan latihan gabungan dengan Rusia pada tahun 2021. Namun, latihan gabungan antara masing-masing negara anggota dengan Moskow belum pernah dilakukan sebelumnya.
Jakarta diketahui memiliki hubungan perdagangan yang bernilai miliaran dolar dengan Moskow. Namun, impor senjata utama telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir, seperti yang dilaporkan pengawas senjata SIPRI. Hal ini terjadi setelah sanksi Barat diberlakukan terhadap Rusia usai negara tersebut merebut Krimea pada tahun 2014 dan menginvasi Ukraina pada tahun 2022.
Meski demikian, Prabowo tetap mempertahankan kesepakatan pengadaan jet tempur Rusia senilai USD1,1 miliar yang disetujui pada tahun 2018 saat ia menjabat sebagai menteri pertahanan, meskipun dilaporkan ada ancaman sanksi dari AS.
Fase Pengantar
Jakarta juga menunjukkan keteguhan sikapnya dengan menolak tekanan dari negara-negara Barat yang meminta Indonesia untuk mencabut undangan bagi Rusia dalam KTT G20 yang diselenggarakan pada tahun 2022. Menurut Pieter Pandie dari Center for Strategic and International Studies, latihan yang dilakukan tidak akan sekomprehensif latihan tahunan Super Garuda Shield yang biasa diselenggarakan oleh Indonesia bersama Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya.
"Saya pikir ini adalah fase pengantar hubungan militer antara keduanya, terutama di sisi angkatan laut," ungkap Pieter.
Meskipun demikian, latihan ini bisa jadi mengejutkan bagi Washington, yang berupaya mengisolasi Rusia secara diplomatis. Menanggapi hal ini, Kedutaan Besar AS di Jakarta memilih untuk tidak memberikan komentar.
Latihan ini bagi Prabowo dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan mengenai kebijakan barunya di awal masa kepresidenannya, menurut Pieter.
"Secara historis, AS telah menjadi mitra pilihan untuk latihan militer. Namun Indonesia telah mencoba untuk mendiversifikasi mitranya," tambahnya.
"Dan saya pikir ada tren yang lebih besar secara keseluruhan."
Hal ini menunjukkan Indonesia berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih luas dalam hal kerjasama militer, yang mungkin akan berdampak pada dinamika geopolitik di kawasan.