Terusir dari Tanahnya, Ribuan Warga Gaza Jalan Kaki Menuju ke Selatan Sambil Bawa Bendera Putih
PBB kemarin melaporkan 15.000 warga Palestina melarikan diri dari Gaza utara sehari sebelumnya. Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan sebelumnya pada Senin.
Mereka berjalan kaki, mengibarkan bendera putih, dan bergegas ke selatan melalui Jalan Salah al-Din, jalan utama di Gaza yang biasanya ramai di saat bukan waktu perang.
Terusir dari Tanahnya, Ribuan Warga Gaza Jalan Kaki Menuju ke Selatan Sambil Bawa Bendera Putih
Ribuan warga Palestina meninggalkan wilayah utara Gaza dalam keputusasaan untuk mencari perlindungan dari serangan terus-menerus militer Israel.
PBB kemarin melaporkan 15.000 warga Palestina melarikan diri dari Gaza utara sehari sebelumnya. Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan sebelumnya pada Senin.
- Palestina Ternyata Kaya Minyak dan Gas Alam, Jadi Alasan di Balik Israel Perangi Gaza?
- Jasad Korban Tewas di RS Gaza yang Dibom Israel Kondisinya Hancur Lebur Tak Bisa Dikenali
- Turki Beberkan Bukti Israel Pelaku Bom Rumah Sakit di Gaza, Bukan Militan Palestina
- "Ini Pertama Kalinya Saya Merasakan Kebebasan di Tanah Palestina yang Telah Lama Dirampas Israel"
Sementara Israel terus menggempur seluruh daerah kantong dengan serangan udara, militer Israel memberikan warga waktu empat jam untuk meninggalkan Gaza utara pada Rabu. Alan Fisher dari Aljazeera melaporkan pasukan Israel mendirikan posisi dan pos di gedung-gedung sekitar Gaza.
Sumber: Aljazeera
“Sulit untuk mendapatkan informasi terkait operasi militer yang sedang berlangsung, tetapi orang-orang yang kami ajak bicara di Gaza mengatakan mereka melihat pasukan Israel mendirikan posisi dan pos di gedung-gedung terdekat,” lapor Fisher.
“Pada saat yang sama, kami melihat ribuan orang bergerak ke selatan. Tapi bukan konvoi mobil. Mereka sedang berjalan. Mereka mengibarkan bendera putih, takut diserang.
Mereka bergerak bersama dalam kelompok besar, dengan percaya mungkin ada beberapa keamanan dalam jumlah, dalam perjalanan putus asa ke selatan menuju masa depan yang tidak mereka ketahui apa yang menanti," kata Fisher.
Mayoritas, termasuk anak-anak, lansia, dan orang dengan disabilitas, melarikan diri dengan barang-barang yang minim. Beberapa melaporkan harus menyeberangi pos pemeriksaan Israel untuk mencapai daerah selatan dan menyaksikan penangkapan oleh pasukan Israel.
"Sebagian besar orang meninggalkan tanah mereka karena pengepungan [Israel] menjadi hal mutlak di Gaza. Kami tidak punya air, listrik, dan tepung," kata Ameer Ghalban, yang terlihat sedang mendorong seorang kerabat tua menggunakan kursi roda di jalan utama Gaza, kepada Associated Press.
"Kami duduk dengan tenang ketika tiba-tiba serangan udara F-16 mendarat di sebuah rumah dan meledakkannya, seluruh blok, tiga rumah bersebelahan satu sama lain," kata Mohammed Abu Daqa, saksi serangan udara Israel di Khan Younis di Gaza selatan, kepada AP.
"Warga sipil, semuanya warga sipil. Seorang wanita tua, seorang pria tua, dan ada yang lain masih hilang di bawah reruntuhan."
Pengungsi di Gaza, yang sebagian besar populasinya adalah pengungsi dengan orangtua atau kakek nenek yang diusir paksa dari rumah mereka dan dilarang kembali selama pendirian Israel pada tahun 1948, merasakan deja vu yang menyakitkan.