Tolak aturan muslim, kota di Denmark sediakan menu daging babi
Pada 2013 lalu mantan perdana menteri Denmark mengeluhkan hilangnya menu daging babi di sejumlah kantin.
Dewan Kota Randers, Denmark, memutuskan setiap kantin di kota itu boleh menyediakan menu hidangan terbuat dari daging babi sebagai bentuk penentangan terhadap pengungsi muslim.
Keputusan itu muncul setelah pada 2013 mantan perdana menteri Denmark mengkritik hilangnya menu daging babi di sejumlah tempat penitipan anak.
Meski sebetulnya hanya sebagian kecil tempat saja yang tidak menyediakan menu daging babi, namun kelompok anti-imigran memakai isu ini untuk kembali mengangkat tradisi kuliner dan budaya Denmark, seperti dilansir koran the Daily Mail, Rabu (20/1).
Isu soal pengungsi ini sepekan sebelumnya kembali mencuat setelah para politisi berdebat tentang apakah para pengungsi layak dimintai pungutan untuk membayar tempat penampungan mereka.
"Kami akan pastikan anak-anak Denmark dan kaum muda bisa makan babi di masa mendatang," ujar anggota Dewan Kota Frank Dogaard kepada Randers Amtsavis.
"Kami hanya ingin memastikan tersedia daging babi di setiap institusi yang menginginkannya. Ini bukan soal tidak percaya kepada para pemimpin institusi," kata Norgaard.
Dewan Kota menuturkan tujuan mereka bukan memaksa orang makan babi dan menentang keyakinan atau agama seseorang. Namun Partai Rakyat Denmark (DPP) yang dikenal anti-imigran mengatakan larangan makan babi di Denmark itu tidak bisa diterima.
"DPP bekerja untuk budaya dan identitas nasional Denmar, termasuk budaya makanan, dan dengan demikian kami menentang nilai-nilai Islam yang mendikte apa yang boleh dimakan oleh anak-anak," ujar juru bicara DPP Martin Henriksen dalam akun Facebooknya.
Dalam survei dilakukan tabloid Ekstra Bladet, hanya ada 30 dari 1.719 tempat penitipan anak yang tidak menyediakan menu daging babi dan hanya tersedia menu halal bagi muslim.
Nilai penjualan babi hidup dan produk dari daging babi selama ini mencapai lima persen dari total ekspor Denmark.