WHO dan 50 Negara Peringatkan Ancaman Serangan Hacker terhadap Layanan Rumah Sakit, Korban Diminta Uang Tebusan
WHO dan 50 negara memperingatkan peningkatan serangan ransomware yang membahayakan layanan rumah sakit.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bersama sekitar 50 negara mengeluarkan peringatan serius mengenai meningkatnya serangan ransomware yang menargetkan layanan rumah sakit. Peringatan ini disampaikan dalam sebuah pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat (8/11) dan menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh serangan siber ini terhadap keselamatan publik.
Serangan ransomware merupakan bentuk pemerasan digital yang dilakukan oleh peretas dengan cara mengenkripsi data milik korban. Setelah data dienkripsi, para pelaku meminta uang tebusan sebagai syarat agar korban dapat mengakses kembali data yang telah terkunci. Hal ini menjadi perhatian khusus karena dapat mengganggu layanan kesehatan yang vital bagi masyarakat.
-
Kenapa ransomware berbahaya bagi negara? Mengutip data riset dari SEON.IO, Selasa (2/7), berikut adalah negara-negara yang paling banyak “merugi” dengan adanya ransomware.
-
Kenapa ransomware menjadi ancaman serius di seluruh dunia? Serangan ransomware telah menjadi ancaman serius di seluruh dunia.
-
Bagaimana serangan ransomware itu terjadi? Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan ransomware itu merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0.
-
Apa itu Ransomware? Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu, Ransomware pertama kali muncul pada awal tahun 1990-an dan dikenal sebagai "AIDS Trojan" atau "PC Cyborg".
-
Apa itu ransomware? Ransomware adalah varian malware yang secara khusus menargetkan file dan sistem dengan mengenkripsinya menggunakan protokol yang tidak dapat dibobol tanpa kunci dekripsi yang benar.
-
Apa dampak yang ditimbulkan dari serangan ransomware? Serangan ransomware dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, gangguan operasional, dan hilangnya data penting.
Pernyataan Sekretaris Jenderal WHO
Sekretaris Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa serangan ransomware terhadap layanan rumah sakit dapat berakibat fatal. Dalam pidatonya di hadapan Dewan Keamanan PBB, ia mengungkapkan, "Serangan ransomware terhadap layanan rumah sakit bisa menjadi masalah hidup dan mati." Pernyataan ini menegaskan pentingnya perhatian global terhadap isu ini.
Ghebreyesus menambahkan bahwa survei menunjukkan peningkatan frekuensi dan skala serangan terhadap sektor layanan kesehatan. Ia menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatasi ancaman ini, yang tidak hanya membahayakan individu, tetapi juga dapat mengganggu sistem kesehatan secara keseluruhan.
Ancaman terhadap Keamanan Internasional
Dalam pertemuan tersebut, Ghebreyesus menggarisbawahi bahwa kejahatan dunia maya, termasuk ransomware, menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan internasional. Ia menyerukan kepada Dewan Keamanan untuk mempertimbangkan isu ini dengan serius dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah serangan lebih lanjut.
Pernyataan bersama dari lebih dari 50 negara, termasuk Korea Selatan, Ukraina, Jepang, Argentina, Prancis, Jerman, dan Inggris, juga menyampaikan keprihatinan yang sama. Mereka menyatakan bahwa serangan-serangan ini tidak hanya mengancam keselamatan publik, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Tuduhan terhadap Rusia dan Korea Utara
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Anne Neuberger, menegaskan bahwa serangan ransomware ini membahayakan nyawa manusia dengan menunda layanan kesehatan yang penting. Ia juga mengutuk negara-negara yang membiarkan pelaku serangan ransomware beroperasi tanpa hukuman. Neuberger secara langsung menyebut Rusia sebagai negara yang membiarkan pelaku ransomware beroperasi dari wilayahnya.
- Pemerintah Pastikan Layanan Publik Sudah Normal Usai PDNS Diserang Ransomware, Sistem Keamanan Diperkuat
- Pelaku Jasa Konstruksi Kena Imbas Serangan Ransomware ke Pusat Data Nasional
- 3 Layanan Pemerintah ini sudah Pulih dari Serangan Ransomware LockBit
- Pusat Data Nasional Sementara Kominfo Kena Serangan Ransomware, Minta Tebusan Rp 131 Miliar
Prancis dan Korea Selatan juga menuding Korea Utara terlibat dalam serangan siber ini. Tuduhan ini menambah ketegangan dalam diskusi mengenai keamanan dunia maya dan tanggung jawab negara dalam mencegah kejahatan siber.
Tanggapan Rusia
Menanggapi tuduhan tersebut, Rusia membela diri dengan menyatakan bahwa Dewan Keamanan bukanlah forum yang tepat untuk membahas kejahatan dunia maya. Duta besar Rusia, Vassili Nebenzia, berpendapat bahwa jika negara-negara Barat ingin membahas keamanan fasilitas perawatan kesehatan, mereka harus terlebih dahulu menyetujui langkah-langkah untuk menghentikan serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap rumah sakit di Jalur Gaza.
Perdebatan ini menunjukkan kompleksitas isu keamanan siber di tingkat internasional, di mana berbagai negara memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret untuk mengatasi ancaman ransomware yang semakin meningkat.
Sumber: VOA Indonesia