WHO: Jam Kerja yang Panjang Bunuh Ratusan Ribu Orang dalam Setahun
Dalam sebuah analisis global keterkaitan antara kematian dan kesehatan dan jam kerja yang panjang, WHO dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan pada 2016, sebanyak 745.000 orang meninggal akibat bekerja sedikitnya 55 jam dalam sepekan.
Bekerja selama berjam-jam membunuh ratusan ribu orang dalam setahun karena stroke dan penyakit jantung, menurut WHO.
Dalam sebuah analisis global keterkaitan antara kematian dan kesehatan dan jam kerja yang panjang, WHO dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan pada 2016, sebanyak 745.000 orang meninggal akibat bekerja sedikitnya 55 jam dalam sepekan.
-
Apa saja jenis pekerjaan di bidang kesehatan yang dibutuhkan di Indonesia? Mengenal nama-nama pekerjaan dalam Bahasa Inggris memang perlu untuk diketahui. Seiring perkembangan zaman, penggunaan Bahasa Inggris pun kian meningkat pesat. Kini banyak orang-orang yang sudah menguasai Bahasa Inggris. Tidak bisa dipungkiri, semakin hari, kemampuan berbicara Bahasa Inggris kian diperlukan.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Apa yang disuarakan oleh Anggota BKSAP DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin di Forum Kerja Sama di Wilayah Asia-Pasifik di Bidang Kesehatan Universal? “Tidak mungkin kita bicara soal krisis kesehatan tanpa melihat situasi yang terjadi di Palestina. Kita tahu bahwa serangan militer telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina, termasuk perempuan, anak-anak, lansia, dan difabel. Bahkan, serangan ini juga menargetkan 4 (empat) rumah sakit besar di Gaza, tak terkecuali rumah sakit Indonesia. Hal ini kemudian memicu lebih dari 50.000 pasien yang tak bisa tertangani secara maksimal, ” tegas Puteri dalam Forum Kerja Sama di Wilayah Asia-Pasifik di Bidang Kesehatan Universal, Jumat (25/11).
-
Apa yang menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi Indonesia dan dunia terkait kusta? Penyakit kusta, meskipun termasuk penyakit tropis yang terabaikan, masih menjadi ancaman kesehatan yang signifikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
-
Apa saja bahaya kerja lembur bagi kesehatan? Bahaya Kerja Lembur Dampak kerja lembur bagi kesehatan dapat memberikan konsekuensi negatif yang serius. Berikut adalah beberapa dampaknya:1. Penyakit jantung: Orang yang sering bekerja lembur berisiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Jam kerja yang panjang, stres, dan kurang tidur dapat meningkatkan tekanan darah, memicu inflamasi, dan menyebabkan gangguan irama jantung. 2. Insomnia: Kerja lembur sering mengganggu pola tidur normal. Kurang tidur dapat menyebabkan insomnia. Kurang tidur secara teratur mengganggu kualitas hidup, meningkatkan risiko kecelakaan, dan mempengaruhi fungsi kognitif.3. Depresi: Jam kerja yang panjang dan rutinitas yang monoton dapat meningkatkan risiko mengalami depresi. Stres yang berkepanjangan dan kurangnya waktu untuk aktivitas sosial serta perawatan diri dapat mempengaruhi kesehatan mental. 4. Kecelakaan kerja: Tingkat kecelakaan dapat meningkat saat bekerja lembur. Kelelahan dapat mengurangi konsentrasi, waktu reaksi, dan keterampilan motorik, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja.5. Diabetes tipe 2: Risiko mengembangkan diabetes tipe 2 meningkat pada orang-orang yang bekerja lembur. Pola makan yang tidak teratur, kurangnya waktu untuk berolahraga, dan stres dapat memicu resistensi insulin dan peningkatan gula darah. 6. Kanker: Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kerja lembur yang berkepanjangan dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker payudara, kolorektal, dan prostat.
-
Di mana kerja sama ini ditandatangani? Penandatangan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi dengan Direktur Utama PT Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, disaksikan oleh Nokia Asia Paific Enterprise Lead, Stuart Hendry di Mobile World Congress, Barcelona, hari ini.
Kematian paling banyak tercatat di antara orang berusia 60 tahun sampai 79 tahun, yang telah bekerja sedikitnya 55 jam antara usia 45 dan 74 tahun.
Pria adalah yang paling terkena dampak buruk, sebanyak 72 persen kematian, berdasarkan temuan analisis tersebut. Laporan menemukan, prang-orang yang tinggal di Pasifik Barat dan Asia Tenggara, dan pekerja baruh baya atau lebih tua paling signifikan terkena penyakit.
Penelitian tersebut, diterbitkan pada Senin dalam jurnal Environment International, menemukan kematian akibat penyakit jantung dikaitkan dengan jam kerja panjang meningkat sampai 42 persen antara tahun 2000 dan 2016, dan karena stroke naik sampai 19 persen.
Penelitian menemukan, orang-orang yang bekerja 55 jam atau lebih dalam sepekan dipekirakan 35 persen lebih berisiko terkena stroke dan 17 persen lebih berisiko meninggal karena penyakit jantung iskemik – penyakit jantung disebabkan penyempitan arteri – dibandingkan dengan mereka yang bekerja 35 sampai 40 jam dalam sepekan.
“Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius,” kata Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, Dr Maria Neira, dikutip dari CNN, Selasa (18/5).
“Waktunya kita semua, pemerintah, perusahaan, dan karyawan sadar dengan fakta bahwa jam kerja yang panjang bisa menyebabkan kematian dini,” lanjutnya dalam sebuah pernyataan.
WHO mengatakan ada dua cara jam kerja yang panjang bisa menyebabkan kematian. Pertama, tekanan psikologi bekerja dalam waktu yang panjang dapat menghasilkan respons fisiologis, memicu reaksi dalam sistem kardiovaskular dan lesi yang menyebabkan perubahan jaringan.
Yang kedua adalah melalui perilaku yang merusak kesehatan sebagai respons terhadap stres, termasuk merokok, minum alkohol, pola makan yang buruk, aktivitas fisik dan gangguan tidur serta pemulihan yang buruk - semuanya dianggap sebagai faktor risiko penyakit jantung dan stroke.
Analisis tersebut meneliti satu periode waktu sebelum 11 Maret 2020, ketika WHO mendeklarasikan wabah virus corona sebagai pandemi. Tapi WHO mengatakan virus corona bisa memberikan tekanan yang signifikan pada pekerja yang dipaksa bekerja dari rumah.
Karyawan yang bekerja dari rumah di Inggris, Austria, Kanada, dan AS bekerja lebih lama daripada sebelumnya, menurut penelitian yang dilakukan selama pandemi oleh NordVPN Teams, sebuah perusahaan yang berbasis di New York yang menyediakan layanan VPN perusahaan.
Bekerja di rumah telah menyebabkan peningkatan 2,5 jam dalam rata-rata hari kerja di negara-negara tersebut, kata Tim NordVPN dalam laporannya, yang diterbitkan pada bulan Februari.
“Pandemi Covid-19 telah mengubah cara kerja banyak orang secara signifikan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.
“Teleworking telah menjadi norma di banyak industri, sering mengaburkan batas antara rumah dan kantor. Selain itu, banyak perusahaan terpaksa mengurangi atau menghentikan operasi untuk menghemat uang, dan orang yang masih dalam daftar gaji akhirnya bekerja lebih lama.”
“Tidak ada pekerjaan yang sebanding dengan risiko stroke atau penyakit jantung. Pemerintah, pengusaha dan pekerja perlu bekerja sama untuk menyepakati batasan untuk melindungi kesehatan pekerja,” pungkasnya.
(mdk/pan)