10 Hari yang Hilang dari Sejarah, Perubahan dari Kalender Julian ke Gregorian pada Penanggalan Masehi
Tanpa disadari, terdapat beberapa hari yang hilang di sejarah pada saat pergantian kalender Julian ke Gregorian.
Perubahan kalender Julian ke kalender Gregorian adalah salah satu reformasi kalender terbesar dalam sejarah manusia. Perubahan ini tidak hanya memperbaiki kesalahan dalam penentuan waktu tetapi juga menghasilkan fenomena yang sangat unik yaitu hilangnya beberapa hari dari kalender.
Dilansir dari Britannica, kalender Julian, yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM, didasarkan pada perhitungan bahwa satu tahun terdiri dari 365,25 hari. Untuk mengatasi kelebihan seperempat hari setiap tahun, kalender Julian menambahkan satu hari ekstra setiap empat tahun, menciptakan tahun kabisat.
-
Kapan bulan Juli dimulai? Tak terasa bulan Juli datang juga. Bukan waktu yang sebentar untuk mengarungi hari-hari yang lalu, kini tiba juga kita di pertengahan tahun 2024.
-
Bagaimana cara kalender Gregorian mengatasi perbedaan waktu Bumi mengelilingi Matahari dan siklus tahun? Untuk menjaga keakuratan kalender, satu hari tambahan ditambahkan ke Februari setiap empat tahun sekali. Tahun ini biasa disebut sebagai tahun kabisat, atau leap year.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata tentang bulan? "Petiklah bulan, jadikan ia cahaya sahaja di malam laknat para pendosa. Sepi ini tanpa nama, dingin namun bermakna." - Jerinx SID
-
Bagaimana cara mengetahui hari pasaran di kalender Jawa? Kalender Jawa menggunakan dua siklus hari, yaitu siklus minggu yang terdiri dari tujuh hari (Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu) dan siklus pekan yang terdiri dari lima pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
-
Siapa yang memperkenalkan kalender Jawa? Kalender ini diperkenalkan oleh Sultan Agung dari Kesultanan Mataram pada tahun 1633 sebagai upaya untuk menyatukan berbagai sistem penanggalan yang ada di Nusantara, terutama kalender Hindu-Saka dan kalender Islam.
-
Dimana kalender kuno tersebut ditemukan? Awal tahun ini, sejumlah artefak yang mencakup potongan kayu dan beragam item lainnya ditemukan di sebuah makam di distrik Wulong, yang terletak sekitar 870 mil (1.400 kilometer) barat daya Beijing.
Namun, meskipun sistem ini merupakan kemajuan signifikan pada masanya, perhitungan ini tidak sepenuhnya akurat. Sebenarnya, satu tahun astronomi—atau waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari—adalah sekitar 365,2425 hari, atau sekitar 11 menit lebih pendek dari perhitungan dalam kalender Julian.
Meski tampaknya kecil, perbedaan ini memiliki dampak besar dalam jangka panjang. Setiap tahun, perbedaan 11 menit tersebut menumpuk, dan setelah lebih dari 1.000 tahun, perbedaan antara kalender Julian dan tahun astronomi telah mencapai sekitar 10 hari. Ini menyebabkan pergeseran dalam penentuan peristiwa-peristiwa penting dalam kalender liturgi Kristen, seperti Paskah, yang ditetapkan berdasarkan siklus musim.
Reformasi Kalender Gregorian
Pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memutuskan untuk melakukan reformasi kalender guna mengatasi kesalahan dalam kalender Julian. Salah satu tujuan utama reformasi ini adalah untuk menyelaraskan kembali perayaan Paskah dengan titik balik musim semi (vernal equinox), yang telah bergeser dari tanggal yang sebenarnya akibat ketidakakuratan kalender Julian.
Untuk mencapai ini, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian melalui bulla kepausan Inter Gravissimas pada 24 Februari 1582. Kalender ini memperbaiki kesalahan perhitungan dengan menghapus 10 hari dari kalender pada bulan Oktober tahun itu.
Hari setelah Kamis, 4 Oktober 1582, langsung menjadi Jumat, 15 Oktober 1582. Artinya, tanggal 5 hingga 14 Oktober tahun 1582 tidak pernah ada dalam sejarah di negara-negara yang segera mengadopsi kalender Gregorian. Sepuluh hari ini secara efektif "hilang" untuk menyesuaikan kalender dengan siklus matahari yang sebenarnya.
Selain itu, kalender Gregorian juga memperbaiki aturan tahun kabisat. Jika dalam kalender Julian setiap tahun keempat adalah tahun kabisat tanpa pengecualian, kalender Gregorian menetapkan bahwa tahun-tahun yang habis dibagi 100 tidak akan menjadi tahun kabisat kecuali juga dapat dibagi dengan 400. Ini menjadikan kalender Gregorian lebih akurat dalam jangka panjang.
Hilangnya Hari dan Dampaknya
Perubahan ini menyebabkan hilangnya sepuluh hari secara administratif, tetapi implikasinya jauh lebih mendalam daripada sekadar penyesuaian kalender. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang kebingungan karena perubahan ini. Mereka tiba-tiba "kehilangan" sepuluh hari hidup mereka, yang bagi sebagian besar penduduk terasa seperti lompatan waktu yang tidak dapat dijelaskan.
Di Spanyol, Italia, Portugal, dan Polandia—negara-negara Katolik yang segera mengadopsi kalender baru, perubahan ini terjadi tanpa banyak protes. Namun, di beberapa negara lainnya, khususnya di Eropa Utara dan negara-negara yang mayoritas Protestan, reformasi kalender ini memicu ketidakpercayaan dan kontroversi.
Beberapa kelompok agama dan masyarakat menganggap perubahan ini sebagai upaya Gereja Katolik untuk campur tangan dalam kehidupan sehari-hari mereka, sementara yang lain merasa bahwa Paus mencoba "mencuri" hari-hari dari hidup mereka.
Di Inggris dan wilayah koloninya, kalender Julian tetap digunakan hingga tahun 1752, ketika kalender Gregorian akhirnya diadopsi. Pada waktu itu, perbedaan antara kedua kalender telah meningkat menjadi 11 hari. Akibatnya, ketika Inggris dan koloninya mengadopsi kalender Gregorian, mereka melompati tanggal 2 September 1752, langsung ke 14 September 1752. Perubahan ini menyebabkan banyak kebingungan, dan ada laporan bahwa orang-orang di beberapa daerah memprotes dengan tuntutan "Berikan kami kembali hari-hari kami yang hilang!".
Adopsi Bertahap di Seluruh Dunia
Meskipun Paus Gregorius XIII mengumumkan kalender Gregorian pada tahun 1582, butuh waktu berabad-abad sebelum kalender ini diterima di seluruh dunia. Negara-negara Protestan di Eropa Utara, termasuk Jerman dan Inggris, menunda adopsi kalender Gregorian selama bertahun-tahun karena resistensi terhadap kebijakan Gereja Katolik.
Rusia, yang kala itu berpegang teguh pada Ortodoks Timur, bahkan menolak perubahan hingga Revolusi Oktober pada tahun 1917. Oleh karena itu, perbedaan antara kalender Julian dan Gregorian menjadi isu besar dalam penanggalan sejarah internasional.
Bahkan hingga hari ini, beberapa gereja Ortodoks, seperti Gereja Ortodoks Rusia, masih menggunakan kalender Julian untuk penentuan perayaan keagamaan tertentu, seperti Natal. Akibatnya, ada perbedaan tanggal antara perayaan Natal di negara-negara yang mengikuti kalender Gregorian dan mereka yang masih menggunakan kalender Julian.