Di bar ini, orang datang hanya untuk memintal benang
Aneh, banyak orang datang ke bar ini hanya untuk meminta benang. Kenapa ya?
Jika dilihat dari namanya, Tokyo Cotton Village bisa diartikan sebagai desa petani kapas. Namun, bertentangan dengan nama tempat ini, Tokyo Cotton Village rupanya adalah nama dari sebuah bar yang terletak di jantung ibukota Jepang, di daerah Setagaya.
Di bar ini, pengunjung diberi kesempatan untuk memutar-mutar kapas, yang diklaim sebagai sebuah kegiatan relaksasi. Layanan tersebut tersedia secara gratis untuk siapa saja yang memesan minuman di bar ini.
-
Di mana biasanya kafe outdoor dengan desain atap payung memberikan pengalaman unik? Desain atap payung ini memungkinkan angin sepoi-sepoi dari pantai menyusup masuk, menambah kesejukan dan kenyamanan suasana. Dengan pemandangan laut yang terbentang luas di depan mata, para tamu dapat menikmati minuman dan makanan mereka dalam suasana yang santai dan menyegarkan.
-
Di mana Warung Kopi Ake dulunya berlokasi? Warung Kopi Ake dulunya hanya bangunan sederhana, berdinding papan dan beratapkan seng.
-
Apa yang membuat Kafe Kokobo Dander Forest unik? Berkunjung ke kafe ini akan membuat Anda merasa berada di tengah hutan. Suasana sejuk dan pepohonan yang rindang bikin betah lama-lama berada di sini.
-
Apa tujuan dari keberadaan UMKM Corner di Pinarak Chotea & Eatery? Keberadaan UMKM Corner di Pinarak dapat memberi harapan bagi UMKM binaan BRI agar bisa lebih menggeliat dan naik kelas.
-
Di mana Kafe Nostalgia berada? Jika Anda bosan dengan kafe modern nan kekinian, mampirlah ke Kafe Nostalgia yang ada di Jalan Saleh Baimin, Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Serang.
-
Apa visi UNU Yogyakarta untuk masa depan? Dilansir dari unu-jogja.ac.id, UNU Yogyakarta mempunyai visi untuk menjadi perguruan tinggi yang mandiri, inovatif, dan berdaya saing dalam mewujudkan Indonesia yang berkeadilan dan demokratis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat atas dasar Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyin pada tahun 2050.
Pengunjung pun kemudian diberi kesempatan untuk memutar benang wamen, jenis katun yang dibudidayakan di Jepang. Tekstur wamen sendiri diyakini dapat menenangkan pikiran dan tubuh.
Konsep unik ini rupanya sukses menarik banyak pengunjung yang merasa tertarik untuk mencobanya. Banyak dari mereka akhirnya menyempatkan diri untuk mengunjungi bar ini beberapa kali dalam seminggu.
"Memutar benar membuat saya melupakan hal-hal buruk yang terjadi di tempat kerja," kata Yoshiko Jimura, 32, yang mengunjungi bar ini setidaknya dua kali dalam seminggu.
Photo: Yomiuri Shimbun
Sebagaimana dilansir The Japan News, Takuya Tomizawa adalah otak di balik konsep bar yang unik tersebut. Dia mengaku memiliki ikatan yang cukup kuat dengan pohon kapas. Dia bahkan telah bekerja dengan tanaman tersebut selama tujuh tahun terakhir.
Pria berusia 46 tahun itu memutuskan berpartisipasi dalam kampanye perlindungan lingkungan di mana dia kemudian belajar bahwa industri katun Jepang sedang menghadapi krisis yang dipicu impor kain katun murah. Jadi, beberapa tahun kemudian dia dan teman-temannya memutuskan untuk menanam pohon kapas di Prefektur Tochigi.
Karena memutar kapas membuat mereka merasa lapar dan haus, saat itulah Tomizawa mendapatkan ide untuk membangun sebuah bar pemintalan kapas. Jadi, dia pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di biro iklan dan lantas membuka bar pada bulan November 2012.
Baca juga:
Bistronomy, nuansa romantis bistro Paris di selatan Jakarta
Mereguk kehangatan vodka di The Cloud Vodka Room 0
Gerai baru Domino's Pizza tawarkan konsep teater pizza
Pertama kali, Hello Kitty Cafe hadir di California!
Ketahui 10 restoran hotel terbaik di dunia!