Kenali dan Waspadai, Ada 5 Jenis Pelecehan Seksual di Ruang Publik
Mengenal dan mewaspadai 5 jenis pelecehan seksual di ruang publik.
Pelecehan bisa terjadi kepada siapa saja dan di mana saja, termasuk di tempat umum atau lingkungan kantor. Masalahnya tak sedikit orang yang tidak memahami batasan antara perlakuan tidak menyenangkan dan pelecehan. Pengalaman tidak menyenangkan seperti digoda dengan siulan dari seberang jalan oleh orang tak dikenal pun ternyata juga termasuk pelecehan.
Alima jenis yang dijabarkan oleh Anindya Restuviani, Co-Director Hollaback! Jakarta, ruang yang memfasilitasi ruang aman bagi para korban dan mengedukasi masyarakat soal kekerasan dan pelehan seksual di ruang publik. Berikut ini penjelasannya.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan seksual? Korban penyandang disabilitas tidak bisa berteriak atau menolak. Dia merasa takut dan ketergantungan," katanya.
-
Mengapa pelaku melakukan kekerasan seksual? Modusnya, memanfaatkan kondisi korban yang rentan.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan seksual? Video itu berisikan pengakuan dan permintaan maaf seorang pria atas pelecehan seksual yang dilakukannya.
-
Dimana kekerasan seksual itu terjadi? Tersangka melakukan kekerasan seksual di sekitar rumah dan di kebun.
-
Bagaimana rangsangan payudara memengaruhi gairah seksual wanita? Sebuah penelitian oleh Roy Levin dari University of Sheffield dan Cindy Meston dari University of Texas menemukan bahwa merangsang payudara atau puting payudara meningkatkan gairah seksual sekitar 82 persen dari wanita yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut.
-
Kapan perubahan dalam interaksi seksual menjadi tanda selingkuh? Perubahan dalam interaksi seksual, baik berupa penurunan maupun peningkatan yang tidak biasa, dapat menjadi indikasi adanya perselingkuhan dalam sebuah hubungan. Apabila pasangan tiba-tiba menunjukkan kurangnya minat atau sebaliknya, menunjukkan gairah yang berlebihan, ini bisa menjadi petunjuk adanya orang ketiga.
1. Pelecehan Fisik
"Pertama fisik, kita pasti tahu bentuknya seperti apa yaitu memegang, meraba," kata Anindya Restuviani saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Menyentuh seseorang di bagian tubuh manapun tanpa persetujuan, apalagi jika menyebabkan orang yang bersangkutan merasa tidak nyaman merupakan bentuk pelecehan yang sering tidak disadari.
Beberapa orang mungkin menganggap memegang pergelangan tangan, meremas pundak, atau mengelus lengan adalah hal yang wajar. Namun perlakuan seperti ini harus dilakukan dengan persetujuan si pemilik tangan, pundak, atau lengan.
2. Pelecehan Verbal
"Kedua seperti siul atau catcalling," lanjut Vivi, begitu dia biasa disapa.
Vivi memberi contoh situasi di kantor atau teman-teman yang suka bercanda berbau seksual, tetapi membuat seseorang tidak nyaman. Namun, terkadang seseorang tidak tahu jika itu termasuk pelecehan seksual.
3. Pelecehan Mental
"Ketiga mental, salah satunya eksibisionis, ada juga yang melihat dari atas sampai bawah kesannya 'menelanjangi'. Itu tidak verbal atau fisik tapi membuat mental seperti 'ditelanjangi'" tambahnya.
Walaupun tak ada sentuhan fisik atau kata-kata tak pantas yang terlontar, memandangi seseorang dengan cara yang membuatnya tidak nyaman juga termasuk pelecehan.
4. Pelecehan atau Kekerasan secara Ekonomi
Jenis keempat adalah kekerasan secara ekonomi. Jika di ruang publik, Vivi mencontohkan ada bos yang melakukan pelecehan seksual pada bawahnnya.
"Karena bawahan tidak berani melakukan sesuatu atau diancam, kalau tidak mau nanti dipecat," ungkap Vivi.
Adanya kekerasan seksual di ruang publik, dikatakan Vivi, akhirnya dapat membuat perempuan pergi bekerja dengan rasa was-was.
"Secara tidak langsung membatasi ekonomi dan mobilitas mereka bekerja," paparnya.
5. Pelecehan di Dunia Maya
Sementara yang terakhir adalah kekerasan seksual di ranah digital atau online. Kata kuncinya adalah unwanted atau tidak diinginkan.
"Saat kita tidak nyaman dengan perilaku orang lain, itu sebetulnya sudah masuk dalam melecehkan, meski tak harus secara seksual," jelas Vivi.
Langkah Suportif untuk Menyikapi: Jangan Salahkan Korban
Pelecehan dan kekerasan seksual di ruang publik memang dapat menimpa siapa saja dan di mana saja. Hal yang dapat dilakukan untuk membantu korban adalah mendengarkan cerita tanpa adanya penghakiman.
"Kalau misalnya teman-teman tidak berani untuk melawan, ya tidak usah dan tidak apa-apa karena bukan tanggung jawab dan kesalahan korban," jelas Vivi.
Bentuk self-care pun dikatakan Vivi dapat bermacam-macam. Adalah kembali meyakinkan jika itu bukan kesalahan korban. "Bisa di-assess dulu perasaan habis mengalami perasaan seperti apa, kaget, malu, sedih, marah, campur aduk," tambahnya.
Laki-Laki pun Bisa menjadi Korban Pelecehan
Kekerasan seksual dialami oleh 80 persen perempuan dan 20 persen laki-laki.
"Tapi kalau kita lihat dari angka, pelaku 90 persen tetap laki-laki. Jadi, 20 persen laki-laki bisa jadi korban pelecehan oleh laki-laki juga," jelasnya.
"Edukasinya adalah perlakuan melecehkan tidak boleh dilakukan, baik pada laki-laki dan perempuan," kata Vivi.
Reporter: Putu Elmira
Sumber: Liputan6.com