Kisah Tanah Alaska, Penghasil Sayur-Sayuran Raksasa Pencetak Rekor Dunia
Sejak beberapa dekade belakangan, wilayah ini menjadi penghasil bahan pangan berukuran jumbo yang berhasil mencetak rekor dunia. Misalnya kubis seberat 62 kilogram, melon kuning yang beratnya mencapai 29 kilogram, hingga brokoli seberat 15 kilogram.
Alaska merupakan sebuah negara bagian di Amerika Serikat. Wilayah ini terkenal berkat wilayahnya yang luas dan beriklim dingin. Namun ada satu hal lagi yang menjadi ciri khas Alaska, yaitu buah dan sayuran raksasa. Sejak beberapa dekade belakangan, wilayah ini menjadi penghasil bahan pangan berukuran jumbo yang berhasil mencetak rekor dunia. Misalnya kubis seberat 62 kilogram, melon kuning yang beratnya mencapai 29 kilogram, hingga brokoli seberat 15 kilogram.
Zucchini Raksasa hingga Labu Puluhan Kilo di Kontes Pertanian
Setiap tahun, Palmer, kawasan pertanian di Alaska mengadakan The Alaska State Fair. Ini adalah kontes buah dan sayuran yang konsepnya cukup unik. Pada event ini, para petani setempat secara rutin melombakan sayuran jumbo yang mereka tanam. Kubis, zucchini, apel, hingga asparagus dengan besar berkali-kali lipat ukuran normal tak lagi janggal. Begitu juga dengan labu seberat puluhan kilogram. Biasanya sayuran inilah yang paling menonjol di kontes pertanian tersebut
"Beberapa begitu besar, Anda bahkan tidak bisa mengenali lagi benda apa itu sebenarnya," kata salah satu juri kontes, Kathy Liska dalam wawancara dengan NPR.
Sayur-mayur dengan ukuran luar biasa merupakan ciri khas Alaska. Biasanya bahan-bahan pangan ini berasal dari Palmer dan Anchorage. Kedua wilayah itu meliputi lembah Matanuska-Susitna, daerah pertanian paling produktif di Alaska. Tak banyak lokasi dengan pemandangan menakjubkan di sini. Tetapi Matanuska-Susitna memiliki daya tarik tersendiri karena lembah ini merupakan tempat tumbuhnya buah dan sayur berukuran raksasa.
Lalu apa yang menjadi rahasia buah dan sayuran jumbo di sana? Padahal Alaska memiliki musim tanam yang pendek, kira-kira 105 hari saja dalam setahun. Namun seperti sudah diketahui, lokasinya yang sangat jauh dari garis khatulistiwa menyebabkan warga Alaska menikmati siang hari yang sangat panjang di musim panas. Matahari bersinar lebih dari 12 jam, memungkinkan tanaman Alaska terus tumbuh dan berkembang.
Walaupun begitu, labu yang sukses tumbuh dengan berat lebih dari 50 kilogram jelas bukan cuma pengaruh sinar matahari. Para petani spesialis kontes sayuran raksasa sudah melakukan eksperimen selama bertahun-tahun untuk memilih benih sayuran paling unggul dan metode tanam terbaik. Misalnya Scott Robb, petani sayuran berukuran monster yang dijuluki Einstein oleh Brown. Dia sudah melakukan uji coba dengan berbagai varietas tanaman untuk menghasilkan sayuran jumbo yang layak menjadi juara kontes.
20 Jam Curahan Sinar Matahari Bikin Sayuran Besar dan Manis
Menurut penjelasan Steve Brown, pakar pertanian di University of Alaska Fairbanks dan anggota dewan pengurus Alaska State Fair, matahari musim panas di Alaska bersinar selama 20 jam. Tumbuh-tumbuhan di sana jadi mendapatkan waktu yang lebih lama untuk fotosintesis. Berkat hal itu, buah dan sayuran bisa tumbuh lebih besar. Iklim seperti ini paling cocok untuk bertani sayuran dari genus brasika (kubis-kubisan). Tak heran kalau kubis dan sawi dari Alaska memang banyak yang tumbuh seperti raksasa.
Curahan sinar matahari ekstra ini juga membuat bahan pangan jadi lebih manis. "Orang-orang sering mencoba wortel kami, dan mereka pikir kami menambahkan gula," cerita Brown lagi.