Menjelajahi sejarah gunung Tambora
Gunung Tambora pernah menjadi gunung yang begitu menakutkan dengan letusannya yang dahsyat.
Indonesia memiliki beberapa gunung api yang masih aktif, salah satunya adalah gunung api Tambora. Tidak hanya panorama alamnya yang spektakuler, sejarah letusannya yang mendunia juga pernah membuat gunung ini menjadi gunung yang menakutkan.
Gunung dengan tinggi 2.851 meter di atas permukaan laut ini pernah menjadi gunung tertinggi kedua setelah Puncak Jaya sebelum meletus di tahun 1815. Sebelum meletus, gunung ini memiliki ketinggian sampai 4.300 meter di atas permukaan laut. Letusan gunung ini begitu dahsyat yang membuat separuh puncak gunungnya ambruk dan menyisakan ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut, dengan kaldera seluas 7 km, leiling 16 km, dan jarak puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800 meter.
Ketika gunung yang terletak di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat ini meletus, diyakini tiga kerajaan kecil di Pulau Sumbawa punah tak bersisa ketika. Penggalian arkeologi di tahun 2004 kemudian menemukan sisa kebudayaan yang terkubur di kedalaman 3 meter. Karena posisinya sama dengan letusan Pompeii, temuan ini sering disebut sebagai Pompeii dari Timur.
Letusan gunung Tambora yang mendominasi semenanjung utara Pulau Sumbawa ini bahkan mengguncangkan bumi hingga jarak ratusan mil. Tidak hanya itu saja, ketika meletus, Tambora memuntahkan lelehan lava panas, batu-batu besar dan gas mematikan yang menewaskan hingga 17.000 orang. 400 juta ton gas sulfur memenuhi langit hingga 27 mil tegak lurus ke stratosfer. Kondisi ini membuat siang hari menjadi gelap gulita. Debu tebal yang dikeluarkannya menyelimuti Pulau Bali dan mematikan berbagai tanaman yang hidup di dalamnya.
Abu dan debu yang dikeluarkan Tambora karena letusan ini menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon dan menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun dan turun melalui angin dan hujan ke bumi. Hujan tanpa henti selama delapan minggu kemudian memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris serta memicu gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia.
Kini kawasan Gunung Tambora telah menjadi dua lokasi konservasi yaitu Tambora Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Hunting Park dengan luas 30.000 hektar. Kawasan Tambora tampak kontras dengan puncak berwarna cokelat yang dikelilingi oleh hutan lindung yang lebat.
Anda tertarik mengunjungi Gunung Tambora dan melihat secara langsung wajahnya sekarang? Klik di sini dulu.