Mengenal Gunung Kambuno di Sulawesi, Disebut Gunung dengan Pendakian Tersulit dan Menantang
Gunung Kambuno menjadi salah satu destinasi favorit bagi para pendaki, baik dari wilayah Sulawesi maupun luar pulau.
Gunung Kambuno memiliki ketinggian mencapai 2.985 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang terletak di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara. Gunung ini berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Sabbang, Sulawesi Selatan. Mengutip dari laman blog Ayyung, seorang pendaki yang pernah menjelajahi gunung ini menyatakan bahwa Gunung Kambuno salah satu destinasi favorit bagi para pendaki, baik dari Sulawesi maupun luar pulau. Selain itu, Kambuno juga dikenal sebagai gunung kedua tersulit di Sulawesi. Selain informasi mengenai lokasi dan ketinggiannya, terdapat banyak hal menarik tentang Gunung Kambuno. Berikut adalah enam fakta menarik tentang Gunung Kambuno yang telah dirangkum oleh Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Titik Awal Pendakian
Untuk memulai pendakian, pendaki dapat berangkat dari sekretariat KPA Garis Palopo. Anda bisa menuju Kecamatan Sabbang dengan menggunakan mobil truk pada pagi hari. Setelah sekitar satu jam perjalanan, Anda akan tiba di Sabbang dan melanjutkan perjalanan ke Dusun Ponggo, Desa Malimbu. Di tengah perjalanan, para pendaki disarankan untuk singgah di sekretariat KPA FALS untuk melapor terlebih dahulu. Setelah itu, perjalanan dapat dilanjutkan menuju Ponggo dengan berjalan kaki sejauh sekitar 5 km. Setibanya di Ponggo, pendaki perlu bertanya kepada warga lokal dan mencari pemandu gunung agar tidak tersesat. Setelah menemukan pemandu gunung atau porter untuk membantu membawa barang selama pendakian, Anda dapat melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Kambuno. Sebelum memulai pendakian, pastikan untuk memeriksa kembali kelengkapan barang bawaan Anda.
Salah Satu Gunung Paling Sulit di Sulawesi
Untuk mencapai puncak, dibutuhkan waktu perjalanan setidaknya tiga hari. Pendaki akan melewati jalur yang sangat menantang dan menguras tenaga, sehingga pendakian ke Gunung Kambuno tergolong sulit. Oleh karena itu, penting untuk melakukan latihan fisik agar dapat berhasil mencapai puncaknya. Selain itu, mempelajari jalur serta rute yang akan dilalui sebelum pendakian juga sangat membantu dalam mempersiapkan diri secara maksimal.
3. Menyebrangi Sungai dan Jembatan Gantung
Di Dusun Ponggo, pendaki harus menyebrangi jembatan gantung yang cukup besar. Setelah melewati jembatan tersebut, Anda perlu berbelok ke kiri atau bertanya kepada penduduk setempat atau ojek yang berada di sekitar jembatan. Setelah itu, pendaki akan melewati sebuah sungai kecil, kemudian melanjutkan perjalanan melalui perkebunan coklat dan menemukan sungai kecil lainnya. Selanjutnya, Anda akan menjumpai sungai kecil kedua dan kemudian harus menempuh jalan pengerasan sepanjang sekitar 7 kilometer untuk mendaki. Saat perjalanan menurun, pendaki akan menemukan sebuah masjid kecil di desa Malimmbu. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan sedikit mendaki sebelum menurun kembali, di mana Anda akan melihat kendaraan berat yang biasa disebut "doser".
Tanjakan Curam
Setelah melintasi sungai, para pendaki akan menjumpai rumah-rumah penduduk dan segera dihadapkan pada tanjakan yang sangat curam dengan kemiringan sekitar 70-80 derajat. Setelah melewati tanjakan tersebut, pendaki akan bertemu dengan jembatan gantung yang terbuat dari kayu dan rotan. Setelah berjalan selama dua jam, kami berhenti untuk beristirahat di kilometer 16, yang merupakan lokasi Camp 1 atau tempat berkemah. Area ini sangat bersih dan terdapat sungai yang cukup besar di sekitarnya. Di tempat ini juga banyak tersedia sayuran yang dapat dijadikan bahan makanan. Pada malam hari, para pendaki bisa menyalakan api unggun karena suhu udara yang cenderung dingin.
5. Terdapat Sumber Air Panas
Dalam perjalanan menuju puncak, saat memasuki Desa Mangkaluku di kilometer 27, kita akan menemukan sumber air panas yang belum dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat. Tempat ini sebenarnya memiliki potensi sebagai objek wisata, dan ada rencana untuk membangun PLTA mikro sebagai sumber listrik bagi penduduk, mengingat hingga kini belum ada aliran listrik yang masuk ke dusun Mangkaluku.
Jalur pendakian
Mengacu pada informasi yang diperoleh dari blog Latimojong, berikut adalah rincian rute pendakian beserta jarak tempuh di setiap perhentian. Dimulai dari Sabbang menuju Pongo, pendaki membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan berjalan kaki. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan dari Pongo ke Kurirang yang memakan waktu sekitar satu hingga dua hari. Dari Kurirang, pendaki akan menuju Mangkaluku dengan jarak 26 km dalam waktu sekitar 30 menit. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dari Mangkaluku ke Pos 1 camp 2 (km 45) yang memerlukan waktu satu hari. Dari Pos 1 ke Pos 2, jaraknya 1,5 km dan dapat ditempuh dalam waktu 2 jam 40 menit, melewati punggungan dan jalur longsoran yang melandai.
Setelah mencapai Pos 2, pendaki melanjutkan perjalanan ke Pos 3 sejauh 0,75 km yang memakan waktu 30 menit. Jalur ini sedikit menurun hingga menemukan sungai yang menjadi sumber air terakhir. Dari Pos 3 ke Pos 4, jaraknya juga 0,75 km dan membutuhkan waktu 40 menit dengan trekking yang cukup berat hingga mencapai area yang lebih datar. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dari Pos 4 ke Pos 5 sejauh 0,375 km dalam waktu 25 menit, di mana jalur ini sedikit mendaki. Dari Pos 5 ke Pos 6, jaraknya 0,75 km dan dapat ditempuh dalam waktu 20 menit, di mana pendaki akan terus mendaki. Selanjutnya, dari Pos 6 ke Pos 7, jaraknya 0,25 km dan memerlukan waktu 30 menit dengan trekking yang cukup berat.
Perjalanan berlanjut dari Pos 7 ke Pos 8 dengan jarak 0,75 km yang memakan waktu 45 menit, di mana trek ini cukup curam dan berat. Akhirnya, dari Pos 8 menuju puncak, jaraknya 1 km dan membutuhkan waktu 45 menit, di mana pendaki akan melewati jalur yang curam hingga menemukan area yang agak mendatar. Setelah melewati semua tantangan tersebut, pendaki akan tiba di puncak yang berupa tanah datar. Tidak jauh dari puncak, terdapat sebuah tranggulasi atau penanda ketinggian gunung yang terbuat dari batu.