Menyibak tradisi kotoklema di Lamalera
Kotoklema, sebuah tradisi unik penuh petualangan dari Lamalera.
Indonesia memang kaya akan budaya dan petualangan eksotis yang akan membuat siapapun berdecak kagum. Jika Anda berpetualang ke Timur Indonesia tepatnya ke Lamalera di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Anda akan mendapati sebuah adat yang menguji keberanian, yakni kotoklema.
Kotoklema adalah kebiasaan berburu paus sperma yang dilakukan oleh suku Lamaholot di desa Lamalera. Kebiasaan ini sudah ada sejak kurang lebih abad ke-16 atau ke-17 dengan cara yang masih sangat tradisional. Perburuan dilakukan secara berkelompok yang dipimpin oleh seorang lamafa atau juru tikam yang memimpin sekawanan matros atau para pendayung pada bulan Mei dan Oktober.
Masyarakat yang masih melestarikan tradisi ini hidup dengan tradisional lengkap dengan rumah adat, rumah perahu atau najeng, dan tale leo atau tali penangkap paus. Setidaknya ada 15 klan keluarga yang masih menjalani tradisi ini di Lamalera. Secara tradisi, Ikan Paus memang dikonsumsi untuk masyarakat desa dan tidak melebihi dari kebutuhan hidup sehari-hari.
Ikan Paus Sperma adalah satu-satunya yang diburu oleh masyarakat Lamalera. Jadi meskipun Ikan Paus Biru lewat dihadapan mereka, mereka tidak akan pernah memburunya. Hal ini karena menurut tradisi Lamalera dan Lembata pernah diselamatkan oleh Paus Biru pada jaman dahulu kala.
Masyarakat Lamalera tidak sembarangan memburu Paus Sperma. Ada beberapa pantangan yang harus mereka patuhi, diantaranya adalah tidak membunuh paus biru, paus sperma betina yang sedang hamil, anak paus, dan paus yang sedang dalam masa kawin. Kepekaan ini diteruskan secara turun-temurun oleh keluarga klan Lamalera.
Perburuan kotoklema dapat memakan waktu hingga berjam-jam lamanya. Baru ketika paus nampak, matros akan mendayung menuju paus yang menjadi sasaran dan lamafa akan menghujamkan tempuling atau serupa harpoon tangan tradisional ke jantung paus antara tiga hingga empat kali. Serangan pertama bisa jadi sangat membahayakan karena paus akan menggeliat dan menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya.
Karena kekhawatiran akan hilangnya tradisi ini oleh modernisasi, tahun 2009 perburuan kotoklema diresmikan menjadi sebuah festival yang kemudian diberi nama Festival Baleo. Festival Baleo kemudian dikenal dari tahun ke tahun dan diadakan setiap bulan Mei.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Bagaimana Wisata Halal di Indonesia dipromosikan? Kemenparekraf mulai mengembangkan konsep wisata halal di sejumlah daerah di Indonesia.
-
Kenapa Desa Wisata Ketapanrame memiliki daya tarik wisatawan? Kekayaan alam dan budaya yang terjaga menjadi daya tarik wisatawan.
-
Bagaimana Sido Muncul mempromosikan pariwisata Indonesia melalui iklan video musik Tolak Angin? Dalam iklan video musik itu, Sido Muncul menampilkan sejumlah tempat wisata yang indah, seperti Pantai PAAL yang berada di Desa Marinsow, Batu Dinding Kilo Tiga di Amurang, Bukit Larata di Desa Kinunang, Taman Nasional Bunaken, Pulau Nain, serta Tarian khas Sulawesi Utara yaitu Tari Kabasaran.
-
Apa yang diresmikan oleh Kemenparekraf di Desa Wisata Jerowaru? Ekowisata Bale Mangrove adalah bukti nyata kolaboraksi yang kuat dari keberlanjutan program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 di Desa Wisata Jerowaru,” kata dia.