Sejarah Chuseok, Merayakan Panen dan Bersyukur kepada Leluhur
Chuseok merupakan hari saat merayakan hasil panen melimpah dan kebersamaan keluarga. Banyak tradisi yang dilakukan seperti berbagi makanan dan festival lainnya.
Sejarah Chuseok: Merayakan Panen dan Bersyukur kepada Leluhur
Dengan asal usulnya sebagai perayaan panen di masyarakat agraris, Chuseok merayakan hasil panen melimpah dan kebersamaan keluarga. Sebagai hari raya yang diperingati pada tanggal 15 Agustus menurut kalender lunar, Chuseok memiliki tradisi yang kaya dan bermakna.
Chuseok, atau dikenal sebagai Thanksgiving Korea, merupakan perayaan yang mendalamak akar sejarah Korea.
Charye: Mengenang Leluhur dengan Penuh Penghargaan
Salah satu tradisi penting dalam perayaan Chuseok adalah Charye, upacara peringatan leluhur. Wanita dalam keluarga mengisi meja dengan makanan, termasuk beras dan buah-buahan baru dipanen.
- Festival Lom Plai dan Cara Kutai Timur Pertahankan Budaya dengan Memperkuat Kearifan Lokal
- Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan
- Hadirkan Kecerian di Bulan Muharram, Banyuwangi Gelar Festival Anak Yatim
- Mengenal Budaya Cirebon di Festival Kedawung Ngesti Luhung, Ada Tari Topeng sampai Puisi Lokal
Sebuah bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur yang telah memberikan kelimpahan hasil panen.
"Charye adalah saat di mana kita mengingat dan menghormati leluhur kita, bersyukur atas rezeki yang melimpah dari hasil panen," ungkap seorang warga Korea.
Hadiah Chuseok: Ungkapan Terima Kasih dan Penghargaan
Di era modern, tradisi memberikan hadiah juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Chuseok. Orang Korea tidak hanya memberikan hadiah kepada keluarga, tetapi juga kepada teman dan kenalan bisnis sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan.
"Chuseok adalah waktu untuk berbagi kebahagiaan dan terima kasih. Hadiah-hadiah ini tidak hanya simbolis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dalam budaya Korea," kata seorang ahli budaya.
Potongan daging sapi berkualitas tinggi, buah segar, hingga makanan ringan tradisional Korea menjadi pilihan hadiah yang umum.
Di hari Chuseok, masyarakat Korea menyambutnya dengan mengenakan Chuseokbim, pakaian dan sepatu baru yang disiapkan khusus untuk perayaan ini. Ini menjadi momen di mana orang Korea merayakan keberhasilan dan kebahagiaan dengan tampilan yang segar dan baru.
Chuseokbim: Menyambut Hari Raya dengan Pakaian Baru
"Chuseokbim adalah cara kita merayakan keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup kita. Mengenakan pakaian baru adalah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan orang yang kita cintai," jelas seorang desainer pakaian Korea.
Ganggangsullae: Ritual Menari di Bawah Bulan Purnama
Chuseok tidak hanya dirayakan dengan makanan dan hadiah, tetapi juga dengan ritual kuno bernama Ganggangsullae. Ini adalah ritual panen dan kesuburan musiman yang dilakukan oleh wanita muda desa.
Mereka membentuk lingkaran, bergandengan tangan, bernyanyi, dan menari dengan permainan pantomim yang mencerminkan kehidupan di desa nelayan atau pertanian.
"Ganggangsullae adalah cara kami merayakan kehidupan dan kesuburan. Ini adalah warisan budaya kami yang kami jaga dengan bangga," ujar seorang peserta ritual.
Tidak ada perayaan Chuseok yang lengkap tanpa kehadiran Songpyeon, kue khas yang menjadi simbol keindahan dan harapan. Terbuat dari nasi baru yang digiling halus, Songpyeon dibentuk bulat kecil dan diisi dengan biji wijen, kastanya, atau bahan lainnya.
Songpyeon: Kue Khas Chuseok yang Tak Tertandingi
"Songpyeon bukan hanya makanan, tapi simbol keinginan dan harapan. Saat kita membuat dan memakan Songpyeon, kita mengucapkan harapan agar kehidupan kita selalu indah dan berwarna," ungkap seorang ibu rumah tangga Korea.