Wajib pakai berkilo-kilo perak: Mengintip uniknya tradisi pernikahan etnis Miao
Wajib pakai puluhan kilogram perak: Mengintip uniknya tradisi pernikahan etnis Miao. Perak merupakan simbol kekayaan bagi etnis Miao. Karena itulah setiap orangtua Miao di Guizhou mendandani anak gadis mereka dengan berkilo-kilo perak untuk menyambut hari bahagia. Semakin banyak semakin menunjukkan tingginya status,
Seorang gadis belum sempurna tanpa perhiasan perak. Agaknya pendapat itulah yang diyakini oleh sejumlah warga dari etnis Miao di China. Dikenal sebagai pengrajin perak turun-temurun, para wanita dari suku ini dipastikan harus memakai sebanyak mungkin perak pada hari pernikahan mereka.
Dilansir BBC Travel, perak merupakan simbol kekayaan bagi etnis Miao. Karena itulah setiap orangtua Miao di Guizhou mendandani anak gadis mereka dengan berkilo-kilo perak untuk menyambut hari bahagia. "Setiap gadis harus mendapatkan seperangkat perak untuk menikah," tutur Guanghui Wu yang menikah dengan 10 kilogram perhiasan perak di tubuhnya.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa makna tradisi Unduh-unduh yang digelar di GKJW Mojowarno Jombang? Tujuan utama tradisi Unduh-unduh adalah sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Meskipun diinisiasi oleh umat kristiani, namun pelaksanaan Unduh-unduh melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional di Indonesia? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, sanggar tari, komunitas tari, atau media daring.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Di mana tradisi undangan berhadiah ini ditemukan di Majalengka? Tradisi undangan unik ini masih dilestarikan warga di hampir tiap wilayah Kabupaten Majalengka seperti Sukawana, Kadipaten, Leuwimunding, Cijati, Kertajati sampai Panyingkiran.
-
Bagaimana cara melakukan Tradisi Ujungan? Tradisi ini dilakukan dengan cara saling pukul satu sama lain menggunakan sebilah batang rotan.
Para wanita Miao dikenal karena pakaian mereka yang penuh warna dan hiasan. Umumnya mereka mengenakan pakaian tradisional berwarna biru yang penuh corak berkat bordiran aneka warna yang mereka pelajari pembuatannya sejak kecil. Selain itu, perhiasan perak berukuran besar nan rumit juga menjadi pelengkap yang tak boleh tertinggal dari busana adat Miao.
Untuk membuat gelang, kalung, dan tutup kepala dari perak yang pantas, sebuah keluarga Miao bisa 'menabung' perak selama bertahun-tahun. Kadang mereka sudah mencicil membuat perhiasan perak untuk putri mereka sepuluh tahun sebelum pernikahan dilangsungkan. Dengan begini, putri mereka bisa naik ke pelaminan dengan kebanggaan sebagai seorang wanita kaya raya.
Saat ini sudah banyak keturunan etnis Miao yang lahir dan tinggal di kota, sehingga tak lagi akrab dengan tradisi budaya mereka. Namun masih ada saja keluarga pengrajin di desa-desa Miao yang masih mempertahankan tradisi pernikahan dengan perak.
Baca juga:
Kebuasan Adu Bagong, tradisi pertarungan anjing vs babi hutan
Tradisi bedah sumber di Mojokerto, ribuan warga berebut tangkap ikan
Meriahnya kirab Grebeg Pasar dari Beringharjo hingga Ngasem
Warga di Mojokerto rela terinjak saat berebut gunungan haul Kakek Sunan Ampel
Melihat serunya tradisi Perang Tipat di Bali