Cerita Agum Gumelar Ribut dengan Sopir Voorijder Militer Ugal-ugalan di Jalan
Dikawal seorang petugas voorijder militer yang ugal-ugalan hingga membuat takut rakyat, Agum Gumelar marah besar dan nyaris melakukan penamparan.
Dikawal seorang petugas voorijder militer yang ugal-ugalan hingga membuat takut rakyat, Agum Gumelar marah besar dan nyaris melakukan penamparan.
Penulis: Hendi Jo
-
Apa yang terjadi saat Atang Sendjaja gugur? Atang yang berada di dalam kabin besi pun terperangkap dan meninggal seketika karena terkena tegangan listrik.
-
Kapan Williem Gerard Herman van Blommestein meninggal? Ia lahir pada tanggal 18 Januari 1842, sementara meninggalnya adalah tanggal 22 November 1908.
-
Apa yang ditulis di leher guci tersebut? Tulisan dalam leher guci itu berbunyi "ladanum 5", mengacu pada labdanum (Cistus ladanifer), sebuah tanaman aromatik yang digunakan untuk membuat dupa, menurut pernyataan Universitas Ibrani Yerusalem.
-
Kapan Agum Gumelar menjadi Komandan Kopassus? Agum menjadi Komandan Kopassus ke-13 menggantikan Brigjen Tarub. Dia dilantik oleh Kasad Jenderal Wismoyo Arismunandar tanggal 6 Juli 1993. Selama satu tahun Agum memimpin pasukan elite Angkatan darat tersebut.
-
Apa yang digambarkan oleh Kesenian Sapi Gumarang? Kesenian Sasapian atau Sapi Gumarang ini memiliki makna yang kuat tentang penggambaran suburnya pertanian di Bandung Barat.
-
Kapan Halim Perdanakusuma gugur saat bertugas? Halim bersama pilot Iswahjudi menerbangkan pesawat Avro Anson RI-003 dari Thailand menuju Bukittinggi. Nahas, pesawat tersebut diterjang badai hingga mengalami kecelakaan tanggal 14 Desember 1947."Pesawat tersebut jatuh di Pantai Lumut, Tanjung Hantu, Semenanjung Malaka," tulis TNI AU.
Salah satu perwira yang disenangi Panglima ABRI Jenderal Edi Sudradjat adalah Agum Gumelar. Bukan karena sama-sama orang Sunda, namun Edi melihat keberpihakan Agum terhadap rakyat sangat kental. Demikian menurut Lulu Lulu Lugiyat, istri almarhum Edi Sudradjat.
"Sama Agum, Bapak itu termasuk akrab. Malah sering main gaple bareng," kenang eks perwira pertama Wanita Udara TNI AU tersebut.
Keakraban Agum dengan Edi bisa jadi dimulai pada 1977. Saat itu, Kolonel Edi yang merupakan komandan Pusat Pelatihan Infanteri, mendapat laporan jika seorang kapten peserta Kursus Lanjutan Perwira (Suslapa) bernama Agum Gumelar terlibat keributan dengan seorang petugas voorijder dari CPM (Corps Polisi Militer).
Insiden itu sempat diceritakan agak panjang oleh Agum dalam biografinya, Agum Gumelar: Jenderal Bersenjatakan Nurani (disusun Retno Kustiati dan Fenty Effendi).
Sopir Ugal-ugalan, Agum Marah
Kisah itu berawal dari keikutsertaan Agum dan siswa-siswa Suslapa lainnya dalam sebuah konvoi mobil yang akan menuju tempat latihan di Sumedang.
Ketika konvoi sampai di jalur Cadas Pangeran yang jalurnya sempit, menanjak dan banyak kelokan, sopir voorijder yang mengawal konvoi berlaku arogan dan ugal-ugalan.
Tanpa menghiraukan pengguna jalan lainnya, sang sopir voorijder merajai jalan dan menakut-nakuti kendaraan dari arah berlawanan. Akibat ulahnya itu, sebuah mobil angkutan umum yang memuat banyak orang nyaris masuk jurang.
"Saya dengar penumpangnya menjerit," kenang Agum.
Tak tahan melihat situasi tersebut, Agum turun dari mobil. Melihat gelagat itu, sang sopir kendaraan yang ditumpangi Agum langsung berusaha mencegahnya turun. Namun Agum bersikeras.
"Tiga kali saya dilarang sopir karena dia takut dimarahi. Saya jawab: saya yang ambil alih!" ujar Agum.
Ancam Tampar
Karena mobil Agum berada paling depan, otomatis konvoi pun terhenti. Tanpa banyak bicara didekatinya sopir voorijder itu dan langsung disemprotnya.
"Kamu tahu enggak! Rakyat bisa benci kepada kita akibat perbuatanmu tadi!" sergahnya.
Orang yang dimarahi Agum tergagap. Namun dia dibela oleh seorang letnan kolonel yang mendampinginya. Alih-alih berterimakasih kepada Agum, dia malah membentak sang kapten untuk balik ke mobil. Namun Agum tidak kalah gertak.
"Saya sebutkan nama dan nomor siswa saya. Tetapi sebelum balik lagi ke mobil saya bentak lagi sopir voorijder itu: kamu sekali lagi main pepet, saya tempeleng kamu!" kata Agum galak.
Insiden itu ternyata menjadi panjang. Sang letkol melaporkan Agum kepada Kolonel Edi. Agum pun dipanggil, namun dia hanya diperingatkan saja oleh Edi. Namun jauh di hati Edi, dia bisa membenarkan apa yang dilakukan oleh sang kapten.
"Sejak dulu, sejak jadi tentara, saya paling benci melihat tentara yang tidak simpatik terhadap rakyat," ungkap jenderal yang pernah mencalonkan diri sebagai wakil presiden itu.