Dikepung Massa Masyumi di Malang, DN Aidit Akhirnya Minta Maaf
Kata-kata Aidit sontak mendapat respons keras dari para aktivis Masyumi setempat yang langsung mengepung podium tempat Aidit berpidato.
Menjelang Pemilu 1955, dua musuh bebuyutan saling menyerang dengan kata-kata yang pedas. Tak jarang menimbulkan potensi amuk massa.
Penulis: Hendi Jo
-
Bagaimana Suparna Sastra Diredja tergabung dalam PKI? Pergerakannya yang masif bersama rakyat membuatnya banyak terlibat di Partai Komunis Indonesia terutama setelah pemilihan 1955. Di sana ia menjadi anggota dewan yang mengurusi konstitusi baru pengganti undang-undang dasar semetara.
-
Bagaimana TNI AU mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten. Misi itu sukses.
-
Siapa yang memimpin sidang PPKI? Sidang bersejarah itu dipimpin oleh Soekarno.
-
Siapa yang menjadi tokoh penting dalam pergerakan nasional Indonesia, yang juga terlibat dalam berdirinya PKI? Alimin bin Prawirodirjo, Tokoh PKI yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia Seorang tokoh pergerakan nasional asal Surakarta ini terlibat aktif dalam pergerakan nasional Indonesia, organisasi politik maupun ikut serta dalam berdirinya PKI. Namanya mungkin tidak begitu dikenal masyarakat Indonesia, bahkan jarang sekali muncul di buku-buku sejarah. Namun, peran selama hidupnya cukup memberikan pengaruh besar terhadap bangsa dan negara ini.
-
Bagaimana Gedung Pancasila bisa menjadi markas PKI? Paska kemerdekaan, terjadi perpecahan antara nasionalis dan pihak komunis di Indonesia. Warga komunis kemudian membuat kelompok-kelompok kecil, yang kemudian dianggap sebagai pemberontakan terhadap negara.Gedung Pancasila di Losari ini kemudian dijadikan tempat pergerakan dari aktivis ideologi komunis hingga pemerintah menyita gedung tersebut.
-
Apa tugas dari Biro Chusus PKI? Tugas Biro Chusus adalah menyusup ke kalangan militer. Mereka merekrut pendukung PKI dalam tubuh angkatan bersenjata.
Suasana panas sangat terasa menjelang dilaksanakannya Pemilu 1955. Beberapa partai politik besar terlibat saling serang lewat juru kampanyenya masing-masing. 'Peperangan politik' yang paling menonjol terjadi antara dua musuh bebuyutan: Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di tengah situasi panas tersebut, bertiuplah isu yang menyebut Masyumi bermain mata dengan AS (Amerika Serikat). Soal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Masyumi. Sebaliknya bagi PKI, isu tersebut menjadi amunisi yang andal untuk menghajar Masyumi sebagai partai politik yang didukung oleh kaum imperialis.
Masyumi Serang PKI
Para pemimpin Masyumi sangat sadar bahwa isu yang ditiupkan PKI cukup mengganggu. Dalam sebuah pertemuan Masyumi di Jember pada 21 Juli 1954, Ketua Pengurus Masyumi Cabang Sukabumi Muchtar Chazaly bertanya kepada hadirin.
"Apakah di sini ada yang memiliki potret (Dwight D.) Eisenhower (Presiden AS saat itu)?"
Pertanyaan itu dijawab secara serempak oleh sekira 10.000 massa Masyumi.
"Tidak!"
Sang politisi Masyumi itu lantas menyimpulkan, itulah buktinya bahwa Masyumi bukan agen AS, seperti yang dituduhkan oleh orang-orang komunis. Muchtar justru menyebut PKI merupakan agen-agen Uni Sovyet dan Tiongkok. Karena mereka kerap memajang foto para pemimpin komunis seperti Malenkov, Mao Tse Tung dan lain-lain.
Masyumi juga kerap menyerang PKI partai anti-agama. Dalam surat kabar Abadi, 30 Maret 1954, tokoh Masyumi Jusuf Wibisono menyatakan, adalah suatu kemustahilan bagi pihak-pihak yang akan menyatukan kalangan agama dengan kalangan komunis. Terlebih kaum komunis tidak mengenal Tuhan dan agama.
Itu pula yang diyakini para pemimpin Masyumi yang melihat 'niat jelek' PKI kala mengusulkan mengganti sila 'Ketuhanan yang Maha Esa' dalam Pancasila dengan prinsip kebebasan beragama.
"Suatu langkah pertama menuju peresmian 'kebebasan propaganda antiagama'," demikian pernyataan sikap yang dikeluarkan BKOI (Badan Koordinasi Organisasi Islam) dalam Abadi, 18 Januari 1955.
Dicap Membenci Agama
Isu yang menempatkan PKI sebagai lawan kaum beragama, disantap habis oleh masyarakat kebanyakan. Terutama di daerah-daerah. Di Cianjur, Atikah masih ingat, saat remaja dirinya berkawan akrab dengan seorang putri dari tokoh PKI setempat. Namun menjelang Pemilu 1955 berlangsung tiba-tiba orangtuanya yang merupakan pengikut Masyumi fanatik melarang Atikah untuk berkawan lagi dengan karibnya itu.
"Alasannya dia orang kafir yang membenci agama," kenang perempuan kelahiran Cianjur 78 tahun lalu tersebut.
Menghadapi serangan politik itu, tentu saja PKI tak tinggal diam. Remy Madinier dalam bukunya Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral menyatakan, sebagai upaya untuk menampik isu tersebut, PKI berupaya keras menampilkan wajah yang lebih toleran terhadap agama.
"D.N. Aidit mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia harus menjadi 'taman di mana semua agama dan keyakinan politik hidup secara harmonis dan sama-sama berjuang bahu membahu untuk menghancurkan imperialisme'," ujar peneliti sejarah Maysumi dari Prancis itu.
Pidato Aidit Picu Kemarahan
Aidit juga pernah 'menyiratkan' bahwa Nabi Muhammad bukan hanya milik golongan tertentu dan PKI tidak anti-agama. Pada 28 April 1954 saat sebagai Sekretaris I PKI ia berpidato di depan kader PKI Malang:
"Nabi Muhammad Saw bukanlah milik Masyumi sendiri, iman Islamnya jauh lebih baik daripada Masyumi. Memilih Masyumi sama dengan mendoakan agar seluruh dunia masuk neraka. Masuk Masyumi itu haram dan masuk PKI itu halal!" ujarnya.
Menurut Remy, kata-kata Aidit sontak mendapat respons keras dari para aktivis Masyumi setempat yang langsung mengepung podium tempat Aidit berpidato. Setelah dipaksa oleh Hasan Aidid (Ketua Masyumi Cabang Surabaya), untuk menarik perkataannya, Aidit pun meminta maaf.
"Apabila diantara saudara ada yang tersinggung oleh ucapan-ucapan saya, maka saya meminta maaf. Saya hanya ingin mengatakan bahwa PKI tidak anti-agama," ungkapnya.