Kisah Awal TNI: Bebas Pakai Seragam Apa Saja, Syukur Kalau Mirip Tentara
Mantan Perwira dan anggota Pembela Tanah Air (PETA), akan tampil dengan seragam lamanya. Biasanya lengkap dengan pedang gunto eks Jepang. Sisanya menggunakan pakaian apa saja yang ada. Syukur bisa mirip tentara.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk 5 Oktober 1945. TKR menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hari terbentuknya TKR diperingati sebagai hari TNI hingga kini.
Banyak kisah menarik di awal pembentukan TKR. Saat itu, Republik Indonesia baru saja lahir. Jangan harap ada uang untuk membeli senjata dan seragam bagi tentara yang baru lahir itu.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Kapan TNI dibentuk secara resmi? Sehingga pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
-
Kapan Sesko TNI AU resmi didirikan? Seskoau resmi didirikan pada tanggal 1 Agustus 1963.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
Untuk senjata diserahkan kepada komandan pasukan. Bisa merapas dari Jepang, Belanda, atau Inggris.
Komandan Cari Sendiri
Soal uniform atau seragam pun unik. Tidak ada standar baku seragam TKR saat itu. Semua dikembalikan pada masing-masing pasukan atau personel. Apa saja bisa dipakai, tergantung ketersediaan pakaian.
Hal ini tertuang dalam Maklumat Markas Besar TKR tanggal 5 November 1945. Disebutkan bahwa agar kepala-kepala TKR di Jawa dan Madura berusaha sendiri untuk melengkapi seragam para prajuritnya.
"Dengan kata lain, pemerintah belum mampu memberikan dan membagikan pakaian seragam pada TKR," demikian ditulis Mayjen Purn RHA Saleh dalam buku "Mari Bung Rebut Kembali" yang diterbitkan Sinar Harapan.
Perwira senior Divisi Siliwangi tersebut mengisahkan, seragam bukan hal yang penting bagi para pejuang saat itu. Bukan karena sudah punya, tetapi karena memang tidak terlalu dipikirkan.
Mantan Perwira dan anggota Pembela Tanah Air (PETA), akan tampil dengan seragam lamanya. Biasanya lengkap dengan pedang gunto eks Jepang. Sisanya menggunakan pakaian apa saja yang ada.
"Syukur kalau ada yang mirip tentara," tulis pensiunan jenderal bintang dua ini.
Beda Divisi Beda Gaya: Dari Western sampai Jepang
RHA Saleh melukiskan bagaimana uniknya pasukan saat upacara. Seragamnya terdiri dari aneka warna dan model. Ada juga yang compang-camping kekurangan bahan. Benar-benar seadanya saja.
"Ada yang menggunakan baret, pet polisi, topi baja Jepang atau KNIL. Ada yang memakai sepatu, sandal, atau telanjang kaki saja," katanya.
Yang unik juga, beda daerah dan divisi juga mempengaruhi selera berpakaian para perwiranya. Di kalangan TKR Jawa Barat, pakaian seragam ala Jepang dengan celana lebar, sepatu boot tinggi dan pedang, tidak begitu populer.
Banyak TKR di Jawa Barat lebih bergaya ala western. Sementara di Jawa Tengah dan Jawa Timur, lebih terpengaruh model Jepang.
Kisah soal baju seragam TKR yang berbeda-beda ini ditulis juga oleh presiden Sukarno dalam biografinya Penyambung Lidah Rakyat.
"Sebagian tentara memakai uniform rampasan dari Belanda. Sebagian rampasan Australia dan ada juga yang melucuti tentara Jepang lengkap dengan sepatu boot dan pedang panjang," kata Soekarno.
Namun salutnya segala kekurangan ini tidak mengurangi semangat para prajurit TKR mempertahankan kemerdekaan Indonesia.