Kisah di Balik Batalnya Indonesia Beli Jet Tempur Canggih F-20 Tigershark
F-20 Tigershark dinilai cocok digunakan untuk negara berkembang dengan budget pertahanan yang terbatas. Indonesia pun awalnya tertarik untuk membeli.
Di awal tahun 1980an, TNI AU menggunakan jet tempur F-5 Tiger buatan pabrikan Northrop Corp dari Amerika Serikat. Si harimau ini menggantikan F-86 Sabre dari Australia yang sudah usang.
Northrop saat itu tengah mengembangkan jet tempur baru yang lebih canggih yakni F-20 Tigershark. Sepintas bentuknya tak berbeda jauh dengan F-5 Tiger yang sudah familiar bagi para pilot TNI AU.
-
Kapan Sesko TNI AU resmi didirikan? Seskoau resmi didirikan pada tanggal 1 Agustus 1963.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Kenapa Sesko TNI AU dipindahkan ke Lembang, Bandung? Pada awal pendiriannya, Seskoau berlokasi di Jakarta, namun kemudian dipindahkan ke Lembang, Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana kemampuan TNI AU saat itu dibandingkan dengan negara tetangga? “Negara-negara tetangga pada tahun 1962, belum memiliki pesawat tempur supersonik seperti MiG-21,” tulis Marsekal Muda (Pur) Wisnu Djajengminardo.Hal itu dimuat dalam biografinya Kesaksian Kelana Angkasa yang diterbitkan Angkasa Bandung.
-
Apa tujuan utama didirikannya Sesko TNI AU? Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) didirikan dengan tujuan untuk mencetak perwira-perwira Angkatan Udara Indonesia yang memiliki kompetensi tinggi dalam bidang kepemimpinan, strategi militer, dan pengetahuan operasional.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
F-20 mempunyai keunggulan, biaya operasional murah dan perawatan yang mudah. Pesawat ini bisa disiapkan untuk lepas landas dengan waktu yang sangat singkat untuk kemudian memburu lawannya.
Si Hiu Macan dinilai cocok digunakan untuk negara berkembang dengan budget pertahanan yang terbatas. Indonesia pun awalnya tertarik untuk membeli.
Saingan F-16
Namun apesnya, kemunculan F-20 berbarengan dengan F-16 produksi General Dynamics. Keduanya bersaing agar bisa digunakan oleh Angkatan Udara AS.
“Di Amerika Serikat, pabrik pesawat tempur akan berhasil bila Angkatan Udaranya memilih pesawat buatan pabrik tersebut. Bagaimana pun bagus kinerjanya, kalau tidak masuk USAF maka pabriknya akan gulung tikar,” tulis Marsekal Muda (Pur) Wisnu Djajengminardo dalam biografinya Kesaksian Kelana Angkasa yang diterbitkan Angkasa Bandung.
Setelah pensiun dari TNI AU, Wisnu bekerja di PT Sunda Karya yang merupakan perwakilan Northrop. Pihaknya berusaha menjual F-20 Tiger pada militer Indonesia.
Tahun 1984, prototipe F-20 sempat melakukan demonstrasi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Para pejabat Departemen Pertahanan dan Keamanan (Hankam) yang melihat manuver jet tempur tersebut merasa puas dengan kemampuan si Hiu Macan.
Indonesia tertarik dengan F-20. Namun mereka menyatakan menunggu, siapa yang akan dipilih oleh USAF.
"Jika USAF memilih F-20, maka kami akan membelinya," ujar seorang pejabat militer saat itu.
Nasib Buruk F-20 Tigershark
Setelah menggelar demonstrasi di Jakarta, Northrop membawanya ke Korea Selatan. Negeri ginseng tersebut juga tertarik membelinya.
Namun nahas, Jet tempur tersebut mengalami kecelakaan di Korea Selatan. Penyebabnya diklaim bukan karena mesin pesawat, namun karena pilot yang kelelahan.
"Memang sebelum ke Indonesia, penerbangnya melakukan demonstrasi di beberapa negara Eropa dan Turki," kata Wisnu.
Tak lama setelah bencana itu, satu lagi prototipe pesawat F-20 jatuh di Kanada. Jet tempur tersebut sebelumnya baru saja tampil dalam Paris Airshow. Apakah kesalahan pilot atau mesin, tak disebutkan. Pupuslah harapan Northrop untuk dipilih AU AS.
"USAF akhirnya memilih F-16," kata Wisnu.
Berakhir sudah kisah si Hiu Macan. Pesawat ini tercatat hanya diproduksi tiga unit untuk prototipe. Pengembangannya disebut menghabiskan dana USD 1,2 miliar saat itu. Sayang, F-20 akhirnya gagal diproduksi massal.
Sementara lawannya, F-16 tercatat menjadi pesawat tempur paling laris di dunia. Rajawali Tempur ini diproduksi tak kurang dari 4.000 unit dan dipakai Angkatan Udara di 25 negara, di luar Amerika Serikat.
Indonesia pun tercatat menjadi pengguna jet tempur F-16 hingga hari ini.