Kisah Jenderal TNI Kerjai Agen KGB di Kamar Hotel Moskow
Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.
Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti atau KGB terdengar sangat menakutkan di era Uni Soviet. Dinas intelijen ini menjadi andalan negeri tirai besi untuk mengorek informasi hingga menahan orang yang dianggap membahayakan negara.
Ada kisah menarik saat Mayor Jenderal TNI Sayidiman Suryohadiprojo berkunjung ke Moskow, Uni Soviet, sekitar tahun 1972. Ini adalah kunjungan tugas pertama pejabat Departemen Pertahanan Keamanan RI ini ke negara komunis tersebut.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Kapan TNI dibentuk secara resmi? Sehingga pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Apa yang berhasil diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia. Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
Begitu tiba di bandara, walau sudah dijemput oleh protokol kedutaan besar, Sayidiman harus melalui pemeriksaan yang lama dan ketat. Semua uang harus dikeluarkan dan ditunjukan pada petugas. Koper miliknya pun diperiksa dengan teliti.
Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.
Demikian ditulis dalam biografi Sayidiman, Mengabdi Negara Sebagai Prajurit TNI yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 1997.
Pura-Pura Tidur di Hotel
Atase Pertahanan (Athan) RI di Moskow, Laksamana Pertama Suhardjo yang menjemput Sayidiman mengatur rencana. Perwira tinggi Angkatan Laut ini memesankan kamar di sebuah hotel. Namun Sayidiman tidak akan tidur di sana.
Jenderal bintang dua ini menginap di rumah seorang anggota KBRI bernama Sidik. Sementara di hotel, yang tidur adalah anak buah Laksma Suhardjo, berpura-pura sebagai Sayidiman.
"Suhardjo berpikir bahwa saya akan menjadi sasaran penyelidikan KGB dan alat keamanan lainnya," kata Sayidiman.
Agar pihak Soviet tak curiga, sengaja orang yang ditugaskan menginap di hotel juga membawa koper. Benar saja, rupanya KGB memang sudah merencanakan untuk menggeledah kamar Sayidiman.
"Koper yang dibawa anggota staf Athan itu dibuka dan digeledah lagi oleh pihak Soviet saat anggota itu keluar kamar," bebernya.
KGB Dongkol
KGB gagal mendapatkan informasi dari operasi di kamar hotel. Rupanya mereka kesal juga. Saat hendak meninggalkan Moskow dan terbang ke Polandia, Sayidiman dipersulit.
"Saya dibalas oleh KGB. Mungkin ini karena mereka mendongkol ketika mendapatkan koper saya tidak ada di kamar hotel yang dipesan," kenangnya.
Dia disuruh menunggu lama di bandara. Tak peduli saat itu Sayidiman pemegang paspor diplomatik dan diantar oleh pejabat Kedubes serta atase militer RI di Moskow. Kopernya dibongkar kembali.
"Sampai pasta gigi pun diplenat-plenet," katanya.
Untung di saat-saat terakhir akhirnya koper tersebut dikembalikan. Sayidiman bisa terbang menuju tugas selanjutnya di Warsawa, Polandia. Walau Polandia saat itu masih negara komunis, namun terasa bedanya dengan Rusia.
Pengalaman menginap di Moskow benar-benar berkesan untuknya. Dia bersyukur bisa meninggalkan Rusia tepat waktu.
"Waktu tiba di Warsawa, saya merasa seperti keluar dari setengah neraka," akunya.