Pertempuran Sengit Pasukan Elite TNI Serbu Markas Provokator Ambon
Situasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai.
Penulis: Arsya Muhammad
Tahun 2001, konflik bernuansa SARA membakar Ambon. Kota yang ratusan tahun dikenal karena kerukunan beragama, tiba-tiba berlumuran darah akibat ulah para provokator. Teror dan pembunuhan terjadi di mana-mana. Suasana Ambon seperti Sarajevo di Bosnia.
Saat kerusuhan, para perusuh menjarah gudang senjata milik aparat di Tantui. Sebanyak 900 senapan, pistol dan granat hilang. Tak heran konflik di Ambon sangat berdarah. Senjata dari luar daerah dan luar negeri terus mengalir ke Ambon.
Situasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka ditakuti karena kemampuannya sebagai sniper atau penembak jitu.
Dari gedung-gedung yang ditinggalkan karena kerusuhan, para sniper beraksi menghabisi warga yang tidak berdosa dari dua kelompok. Para sniper ini tidak pandang bulu. Orang-orang tidak bersalah dari kedua kelompok menjadi korbannya.
Pos TNI yang terletak di tengah-tengah kedua kelompok pun terus menerus diserang.
Kapten I Nyoman Cantiasa (kelak Danjen Kopassus), saat itu bertugas di Ambon. Dia menggambarkan dahsyatnya gempuran bertubi-tubi.
-
Mengapa Pakubuwono VI diasingkan ke Ambon? Karena ditakutkan akan melakukan pemberontakan, Pakubuwono VI diasingkan ke Ambon pada 8 Juli 1830.
-
Bagaimana cara mencapai Kepulauan Banda dari Ambon? Terletak sekitar 80 kilometer dari Pulau Ambon, Kepulauan Banda merupakan surga wisata bahari yang menawarkan keanekaragaman hayati laut yang luar biasa.
-
Apa yang menjadi ciri khas kain tenun di Ambon? Dalam menghasilkan kain tenun, mereka tak hanya menenun motif yang telah diwariskan secara turun-temurun dari leluhur, melainkan juga berkreasi dengan motif dan corak baru.
-
Kapan Museum Kereta Api Ambarawa diresmikan? Museum Ambarawa pada awalnya merupakan sebuah stasiun kereta api bernama Willem I. Stasiun ini terletak di jalur kereta api Kedungjati-Magelang-Yogyakarta. Stasiun itu diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873.
-
Di mana SDN Ambon berada? Sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Serang, Banten, tampak memprihatinkan.
-
Di mana ekspedisi jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo dilakukan? Ekspedisi itu diprakarsai oleh Abdul Kholik sendiri, dengan menyusuri sejumlah bekas jalur baik yang relnya masih tersisa maupun telah berubah jadi pemukiman penduduk.
“Kami terkejut karena mendengar jenis letusan senjata yang digunakan sangat bervariasi. Peluru ukuran 9 mm, 5.56 mm, rentetan senapan mesin 7,62 mm dan mortir terdengar bersahutan,”
beber Kapten Nyoman Cantiasa dalam buku Kopassus Untuk Indonesia.
Mereka juga menggunakan aneka senjata tajam dan alat pelontar bom yang bisa menjangkau jarak 250 meter.
Perwira Tim Kosektor 1 tersebut memerintahkan 10 orang prajurit naik ke atas gedung-gedung dan memantau arah kilatan senjata api. Berhasil, lokasi salah satu kelompok perusuh diketahui.
Lokasi itu pun segera dihujani tembakan. Untuk beberapa hari teror berhenti. Namun rupanya para perusuh menyusun kekuatan selama itu.
Menyerbu Markas Komando Perusuh
Kosektor I akhirnya mengetahui para provokator di Ambon menjadikan Hotel Wijaya II sebagai markas komando mereka. Bangunan itu dipertahankan dengan aneka senjata dan para penembak jitu.
Aksi para perusuh makin brutal. Tanggal 22 Januari 2001, Kosektor 1 dibantu satu kompi pasukan Batalyon Gabungan dikerahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh yang bertahan di Hotel Wijaya II. Pasukan Gabungan itu merupakan pasukan elite TNI Kopassus, Kopasgat dan Marinir.
Sekitar pukul 05.00 WIT, tim melakukan serangan mendadak. Suara ledakan dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Para pasukan elite ini bergerak cepat melakukan serangan dari satu ruangan ke ruangan. Mereka berusaha menangkap semua provokator hidup-hidup.
Pertempuran sengit di gedung terjadi. Sementara TNI AL dari Lanal Ambon memblokade lautan agar tidak ada perusuh yang lari sekaligus mencegah datangnya bala bantuan. Pusat kegiatan para perusuh berada di lantai empat hotel yang dijadikan pusat komando pengendalian kerusuhan Ambon. Di sana pasukan TNI melihat berbagai peta dan rencana operasi para perusuh.
Di hotel yang luluh lantak penuh tembakan itu, aparat Yongab menemukan sisa-sisa pesta. Sebagian besar para perusuh itu pun ditangkap dalam keadaan mabuk.
Ironis, di tengah warga Ambon yang ketakutan, para perusuh dan provokator ini malah berpesta di hotel yang sudah setahun terakhir mereka jadikan markas rahasia.
Dari puluhan orang yang ditangkap, terdapat beberapa pecatan TNI/Polri maupun mereka yang desersi, atau lari meninggalkan tugas. Semuanya digiring untuk ditahan. Seorang perwira Yongab yang bertugas saat itu menuturkan di lokasi penggerebekan juga ditemukan narkoba, sabu dan wanita.
- Sugiono, Eks Prajurit Kopassus Orang Kepercayaan Prabowo Kini Jadi Menteri Luar Negeri
- TNI Polri Susuri Jalan Ekstrem ke Desa Terpencil di Pelalawan Demi Pilkada Damai
- Ada Tamu Penting dari Sejumlah Negara, 24 Sniper Kopasgat TNI AU Disebar di Bali
- Anggota TNI Bersenjata Disiram Air saat Melintas, Ternyata Punya Makna Mendalam
"Melihat apa yang ada di hotel itu, jelas akar konflik Ambon bukan SARA. Ada narkotika dan wanita di dalam hotel. Rupanya saat mereka menciptakan teror dan orang-orang ketakutan, mereka malah pesta-pesta di hotel ini,"
kata seorang mantan perwira YonGab menceritakan soal penggerebekan itu pada merdeka.com.
Setelah Hotel Wijaya II dikuasai, perlahan kekuatan perusuh di Ambon mulai menurun. Situasi pun mulai bisa dikendalikan aparat keamanan.