Profil Lafran Pane, Pahlawan Nasional Pendiri HMI
Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, dikenal sebagai seorang jurnalis dan sastrawan yang mendirikan serta memimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan.
Lafran Pane merupakan seorang pahlawan nasional dan juga pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).Lafran Pane lahir dari keluarga Muhammadiyah.
Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, dikenal sebagai seorang jurnalis dan sastrawan yang mendirikan serta memimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan.
-
Mengapa Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam? HMI ini lahir menjadi sebuah reaksi terhadap situasi tersebut. Dengan adanya HMI, Islam mendapat peran yang lebih tinggi di antara mahasiswa, hal ini menjadi pembuktian bahwa Islam bukanlah kaum yang mempertahankan tradisi dan pengetahuan tradisional saja.
-
Apa yang Lafran Pane pelajari di Universitas Gadjah Mada? Ia melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi jurusan Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1948.
-
Kapan Lafran Pane ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional? Berkat pemikirannya dan memberikan kontribusi besar pada dunia pendidikan tinggi di Tanah Air, nama Lafran Pane telah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia pada 6 November 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
-
Dimana Lafran Pane lahir? Lafran Pane dikenal sebagai pendiri Himpunan Mahasiswa Indonesia dan telah menyandang gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Biografi Singkat Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan pada 5 Februari 1922.
-
Kapan Hasjim Ning lahir? Lahir pada 22 Agustus 1916, Hasjim memang dikenal sebagai pengusaha dengan julukan Raja Mobil Indonesia.
Selain itu, Sutan Pangurabaan juga merupakan seorang pendidik dan tokoh yang mendirikan Muhammadiyah di Sipirok pada tahun 1921.Kehidupan Lafran semasa remaja sangatlah menarik.
Pasalnya, ia dikenal sebagai anak yang mandiri dan pemberontak. Di sekolah, Lafran sering disebut sebagai murid yang nakal namun berotak cerdas.
Mengutip buku Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975, Agussalim Sitompul menyebutkan, sebagai pribadi mandiri, Lafran terbiasa mencari nafkah untuk menyambung hidup, baik dengan menjajakan karcis bioskop hingga menjual es lilin.
Lahirnya HMI
Lafran Pane merupakan sosok yang tidak dapat dilepaskan jika membahas soal HMI. Mengutip laman uici.ac.id, awal mula berdirinya HMI dimulai pada 5 Februari 1947 di Gedung Sekolah Tinggi Islam (STI), yang kini menjadi Universitas Islam Indonesia (UII), di Jl. Pangeran Senopati 30, Yogyakarta.
Saat itu, Lafran Pane, seorang mahasiswa STI, meminta izin kepada dosen Tafsir, Husein Yahya, untuk menggunakan waktu perkuliahannya sebagai rapat mahasiswa.
- Pujian Menag Yaqut untuk Anggota Pansus Haji: Marwan Ja'far Sahabat Dekat, Saya Timses Beliau
- Prajurit Lain Pamer Anaknya Juara Bergengsi di Depan Panglima TNI, Ayah Ini Tetap Bangga Buah Hatinya Menang Lomba Gambar dan Mewarnai
- Babak Baru Kasus Ayah Bunuh Empat Anak Kandung di Jagakarsa, Tersangka Segera Diseret ke Persidangan
- 40 Pantun Bahasa Sunda Lucu Dijamin Mengocok Perut dan Bisa Cairkan Suasana
Dalam rapat tersebut, diputuskan berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).Selain Lafran Pane, terdapat 14 mahasiswa lain yang turut serta dalam rapat tersebut.
Menurut Agussalim Sitompul dalam bukunya Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (1947-1975), mereka termasuk dalam barisan pendiri HMI. Mengutip dari esi.kemdikbud.go.id, di STI, Lafran terpapar pada gagasan-gagasan Islam modern melalui dosen-dosen seperti Prof. KH. Abdul Kahar Muzakar, Husein Yahya, Fathurrahman Kafrawi, Kasman Singodimedjo, Prawoto Mangkusasmito, dan H.M. Rasjidi.
Pemikiran Lafran Pane sangat berperan dalam pendirian HMI. Tujuan yang disepakati pada 5 Februari 1947, yakni ‘Mempertahankan Negara Republik Indonesia, mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam,’ merupakan hasil gagasannya.
Lafran Pane menjabat sebagai Ketua HMI pertama pada Februari 1947, sebelum posisinya digantikan oleh M.S. Mintaredja dan wakil ketua, Achmad Tirto Sudiro pada 22 Agustus 1947. Ketua dan wakilnya berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pergantian kepemimpinan ini bertujuan agar HMI dapat menarik lebih banyak anggota dari kalangan mahasiswa non-STI.
Tak Terjun ke Politik
Setelah berhasil memperkuat prinsip dasar organisasi HMI dan meningkatkan popularitasnya di kalangan publik, Lafran memilih untuk kembali ke dunia pendidikan sebagai pengajar.
Alih-alih terjun ke dunia politik, Lafran lebih memilih untuk tetap fokus mengembangkan pendidikan bagi generasi muda, dengan tetap berpegang pada semangat perjuangan nasional.
Lafran diangkat sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara di IKIP Yogyakarta melalui Keputusan Presiden pada 1 Desember 1966. Meskipun usul pengangkatannya diajukan pada 1 September 1964, pidato pengukuhannya baru dilaksanakan di hadapan Sidang Senat Terbuka IKIP Yogyakarta pada 16 Juli 1976.
Kesehatan Lafran Pane mulai terganggu sejak awal Januari 1991, di mana ia harus dirawat di rumah sakit Sarjito Yogyakarta.
Lafran Pane Meninggal
Sayangnya, ia tidak berhasil mengalahkan penyakitnya tersebut dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 25 Januari 1991. Setelah Lafran meninggal, terkuak fakta bahwa tanggal lahir ia yang sebenarnya adalah 5 Februari 1922.
Namun, selama ini ia mengatakan bahkan mengubah secara administratif tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Hal ini dikarenakan Lafran tidak mau HMI diidentikan dengan dirinya.Sebagai penghargaan atas jasanya dalam menyatukan kelompok mahasiswa dan masyarakat secara umum, Lafran dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, pada tanggal 6 November 2017.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti