Sejarah Kemacetan Jakarta Sejak 1960
Jakarta dan macet dua hal yang sulit dipisahkan. Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini masih belum membuahkan hasil yang signifikan.
Jakarta dan macet dua hal yang sulit dipisahkan. Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini masih belum membuahkan hasil yang signifikan.
Padahal pemerintah sudah melakukan berbagai upaya seperti, sistem ganjil genap, rekayasa lalu lintas, penambahan rambu-rambu, dan peningkatan penggunaan transportasi umum.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Sayangnya, kemacetan masih menjadi salah satu masalah utama di Jakarta. Masalah ini semakin diperparah oleh pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan penggunaan kendaraan pribadi.
Menengok jauh ke belakang, kemacetan di Jakarta ternyata sudah terjadi sejak 1960-an. Penyebab kemacetan dari tahun 1960-1980-an berbeda dengan periode 1990-an hingga sekarang.
Pada periode 1960-1980, kemacetan disebabkan oleh infrastruktur jalan yang kurang memadai, meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, kekurangan tempat parkir, dan ketidakaturan pengguna jalan.
Selain itu, kemacetan juga diperburuk oleh lalu lintas becak dan sepeda yang tidak teratur dan kacau. Becak mulai memasuki Jakarta pada 1930-an.
Awal Mula Becak
Awalnya, digunakan untuk mengangkut barang oleh pedagang Tionghoa, fungsi becak kemudian beralih menjadi transportasi manusia. Pada 1967, Gubernur Ali Sadikin mengusulkan penghapusan becak.
“Soal becak sebenarnya sudah menjadi perhatian sejak lama, bahwa perlu adanya penertiban yang berkelanjutan. Tidak bisa dibiarkan begitu saja, terutama dengan terus meningkatnya jumlah kendaraan. Pemerintah DKI harus segera mengambil tindakan,” ujar Ali dalam otobiografinya Ali Sadikin: Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi karya Ramadhan K.H.
Dan pada tahun 1970, Gubernur Ali Sadikin, memulai operasi pembersihan jalanan dari orang-orang, mulai dari tukang becak dan pedagang keliling.Ali Sadikin menetapkan ketentuan becak yang boleh beroperasi harus memiliki izin melalui prosedur pendaftaran.
Kemudian, Pemda Jakarta menetapkan sejumlah jalan utama dan jalan lintas yang tidak boleh dilalui oleh becak. Pada 1985, Soeprapto, Gubernur Jakarta saat itu membuang sekitar 5 ribu becak ke Teluk Jakarta untuk digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan (rumpon).
Selama masa Orde Baru, pemerintah lebih fokus pada pembangunan jalan layang dan jalan tol ketimbang sistem transportasi massal. Kekurangan sistem transportasi massal yang memadai membuat penduduk Jakarta dan sekitarnya lebih memilih kendaraan pribadi.
Kemacetan Semakin Kompleks
Sedangkan sejak 1990 hingga saat ini, kemacetan semakin kompleks akibat meningkatnya jumlah kendaraan, ketidakdisiplinan pengemudi, dan tingginya kendaraan pribadi.
Tak hanya itu, hujan juga mempengaruhi kemacetan karena genangan yang muncul setelah hujan seringkali menyebabkan kemacetan. Padahal, saat ini sudah banyak transportasi umum yang memadai, mulai dari KRL, Transjakarta, MRT, hingga LRT.
Memang beberapa transportasi umum jangkauannya belum merata, contohnya MRT dan LRT. Selain karena jangkauannya belum merata, beberapa orang juga memilih tidak memakai transportasi umum karena penuh dan harus berdesak-desakan.
Oleh karena itu, kemacetan masih menjadi PR pemerintah dan warga Jakarta itu sendiri. Diperlukan langkah khusus untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi serta menarik minat masyarakat menggunakan transportasi umum yang memadai.
Reporter: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti