5 Mitos Skizofrenia yang Masih Banyak Dipercaya Orang, Penting Diketahui
Skizofrenia merupakan satu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinik yang amat luas variasinya, gejala dan perjalanan penyakit yang amat bervariasi.
![5 Mitos Skizofrenia yang Masih Banyak Dipercaya Orang, Penting Diketahui](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2021/12/03/1383026/540x270/5-mitos-skizofrenia-yang-masih-banyak-dipercaya-orang-penting-diketahui.jpg)
Skizofrenia merupakan satu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinik yang amat luas variasinya. Gejala dan perjalanan penyakit ini juga sangat bervariasi.
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
-
Apa yang dimaksud dengan sindrom skizofrenia? Sindrom skizofrenia adalah gangguan mental serius di mana penderitanya kesulitas menafsirkan realitas secara normal.
-
Apa yang dialami oleh orang dengan skizofrenia? Skizofrenia adalah gangguan mental yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia sering mengalami gejala positif, negatif, dan kognitif. Gejala positif mencakup halusinasi, delusi, dan pikiran atau bicara yang kacau. Gejala negatif mencakup kurangnya motivasi, emosi, atau minat. Gejala kognitif mencakup gangguan pada fungsi mental seperti memori, perhatian, atau penalaran.
-
Siapa saja yang bisa terkena sindrom skizofrenia? Gangguan skizofrenia ini dapat terjadi pada siapa saja baik anak-anak hingga orang dewasa.
-
Kapan Hari Skizofrenia Internasional diperingati? 24 Mei diperingati sebagai Hari Skizofrenia Internasional.
-
Siapa saja yang berisiko mengalami skizofrenia? Skizofrenia memiliki komponen genetik yang kuat dan sangat dapat diturunkan. Memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia meningkatkan risiko Anda terkena penyakit tersebut.
-
Bagaimana cara mengenali skizofrenia pada anak-anak? Anak-anak kecil: Keterlambatan perkembanganAnak-anak dan remaja yang lebih tua: Depresi, isolasi, masalah perilaku (misalnya mencuri) atau perubahan (misalnya pikiran atau tindakan aneh atau tidak biasa), dan kesulitan berkonsentrasi
Masuk dalam kelompok gangguan berat pada otak, umumnya penderita skizofrenia kerap kali menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya. Orang yang menderita skizofrenia sering merasakan beberapa hal seperti halusinasi, khayalan, gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari penderita mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia dewasa muda.
Karena merupakan kondisi yang kronis, setiap orang tak boleh menganggap remeh kondisi tersebut. Selain mengenali gejala, penyebab hingga cara mengatasinya, kamu juga perlu tahu mengenai mitos seputar skizofrenia yang berkembang di tengah masyarakat untuk mencegah kamu menerima informasi yang salah.
Berikut ini informasi mengenai 5 mitos skizofrenia yang masih banyak dipercaya orang, penting diketahui telah dirangkum merdeka.com melalui liputan6.com pada Jumat, (03/12/2021).
1. Skizofrenia Adalah Kepribadian Ganda
Mitos skizofrenia yang pertama adalah kepribadian ganda. Padahal keduanya sama sekali berbeda. Pada skizofrenia, orang menafsirkan realitas dengan cara yang tidak biasa melalui halusinasi, seperti melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada. Kondisi ini ditafsirkan sebagai memiliki kepribadian ganda yang diduga dapat menyebabkan kekerasan.
Tidak seperti skizofrenia, gangguan kepribadian ganda diinduksi oleh trauma yang terjadi selama masa kanak-kanak, seperti kekerasan fisik atau seksual. Pasien mengembangkan kepribadian tambahan ini sebagai cara untuk mengatasi peristiwa traumatis, menurut Cleveland Clinic.
2. Skizofrenia Hanya Melibatkan Delusi dan Halusinasi
Mitos skizofrenia berikutnya adalah penderita skizofrenia hanya melibatkan delusi dan halusinasi. Dalam hal ini delusi dan halusinasi adalah dua ciri utama yang kerap digunakan media pada umumnya untuk mendeskripsikan skizofrenia.
Karena itu adalah penyakit otak kronis, hal itu mempengaruhi beberapa fungsi otak, termasuk kemampuan untuk berpikir jernih, menangani emosi, membuat keputusan, dan berhubungan dengan orang lain. Orang dengan skizofrenia memiliki delusi yaitu, didasarkan pada keyakinan palsu, yang mana memicu perasaan tidak nyaman lantaran merasa ada orang lain yang membuntuti atau memantau setiap gerakan.
Namun, ada berbagai macam jenis skizofrenia yang diklasifikasikan oleh pakar sesuai dengan gejala yang dialami oleh penderita. Gejala pun bisa berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, sangat mungkin untuk si penderita mengembangkan lebih dari satu jenis skizofrenia.
3. Orang dengan Skizofrenia Tidak Cerdas
Pasien skizofrenia terbukti cerdas, atau lebih tepatnya ‘jenius gila’. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature menganalisis keterkaitan antara orang sukses dan potensi mereka sebagai penderita gangguan mental.
Studi tersebut membuktikan adanya 17% akurasi pada pemikiran tersebut. Keyakinan kian membulat setelah menyadari gen dari aktor, penari, musisi, seniman visual, dan penulis di Islandia, memiliki kemungkinan sebesar 17% untuk membawa varian terkait dengan gangguan mental, seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Ini membuktikan adanya kondisi tumpang tindih antara gangguan mental tertentu dan kreativitas seorang individu.
4. Skizofrenia adalah Murni Genetik
Gen memang kerap menjadi alasan umum untuk menjustifikasi keberadaan suatu penyakit di dalam tubuh atau pikiran manusia. Meski begitu, ini bukan berarti setiap individu ditakdirkan untuk menjadi sosok berpenyakit semasa hidupnya.
Seperti dimuat dalam jurnal PLoS ONE, sebuah studi yang dilakukan terhadap pasangan kembar identik menunjukan bahwa prevalensi pengembangan skizofrenia mencapai 48 persen.
Ini berarti, tanpa harus ada bawaan gen atau keturunan dari orang tua atau kakek dan nenek, dua individu pasangan kembar, baik identik maupun tidak, masing-masing memiliki potensi terserang penyakit mental jenis skizofrenia.
Faktor seperti stres dan tekanan dalam lingkungan berkeluarga bisa menjadi pemicu yang membuat seseorang rentan akan penyakit skizofrenia.
5. Skizofrenia Dapat Diobati
Hingga detik ini, belum ada obat atau teknik pengobatan khusus yang terbukti mampu menyembuhkan pasien sepenuhnya dari penyakit skizofrenia. Sejauh ini, penderita hanya bisa dibantu dengan obat antipsikotik dan juga praktik terapi bicara untuk mengurangi gejala.
Seperti yang telah disimpulkan dalam The American Journal of Psychiatry, penderita skizofrenia kemungkinan besar bisa pulih lebih cepat apabila dirinya mau aktif berpartisipasi dalam sesi terapi bicara selama proses penyembuhan diri.
Selain itu, alangkah baiknya apabila hal tersebut dikombinasikan dengan pengonsumsian obat antipsikotik sesuai dosis dan aturan pakai yang telah dianjurkan dokter. Proses pemulihan pun akan lebih singkat dan lebih efektif apabila dukungan keluarga juga tidak pernah berhenti.
Namun kembali lagi, pulih dalam konteks ini adalah gejala berkurang secara signifikan, bukan penyakit tersebut hilang sepenuhnya.