8 Fakta Kampung Naga di Tasikmalaya, Selalu Menghormati Alam Sekitar
Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat Sunda yang cukup terkenal di Jawa Barat. Lokasi kampung adat naga sendiri berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tepatnya berada pinggiran Sungai Ciwulan dan di antara lembah yang subur di perbukitan Neglasari.
Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat Sunda yang cukup terkenal di Jawa Barat. Lokasi kampung adat naga sendiri berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tepatnya berada pinggiran Sungai Ciwulan dan di antara lembah yang subur di perbukitan Neglasari.
Kampung Naga sendiri merupakan salah satu kampung adat yang masih menerapkan prinsip ketradisionalan yang kuat serta tingkat pamali yang cukup tinggi.
-
Bagaimana tanggapan Titiek Puspa atas kabar hoaks kematiannya? Titiek Puspa, meski santai, mengakui kesal karena berita palsu yang menyebutkan dirinya telah meninggal dunia.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Di mana bukti penyebaran tungau ditemukan? Ini berdasarkan temuan baru para arkeolog di situs garnisun Romawi di Vindolanda di Northumberland, di selatan Tembok Hadrian.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan Titiek Puspa terakhir kali diterpa kabar hoaks kematiannya? “Ya sudah terima kasih dikabarkan apapun, yang penting aku masih disayang Tuhan. Sudah ada 4 kali, 10 malah,” tukasnya.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
Masyarakat Kampung Naga Patuh akan Pesan Leluhur
Menurut Endut Suganda selaku sesepuh kampung naga, masyarakat di sini merupakan keturunan suku Sunda asli.
Endut Suganda juga menjelaskan bahwa seluruh masyarakat Kampung Naga masih sangat patuh terhadap pesan leluhur mereka, mulai dari soal kesederhanaan, hidup rukun dengan memegang teguh adat tradisi dalam menjaga alam, termasuk soal hubungannya dengan lingkungan sekitar pemberi kehidupan.
"Istilahnya pamali (tabu) kalau dipantang," ujar Endut Suganda.Masyarakat Kampung Adat Naga
nativeindonesia.com 2020 Merdeka.com
Menghormati Alam Sekitar
Masyarakat Kampung Adat Naga pun masih tetap menjaga keaslian budaya mereka tanpa terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan informasi di era sekarang. Mereka masih setia terhadap tradisi nenek moyang. Mereka juga tetap menjaga dan menghormati hutan yang dianggap terlarang oleh masyarakat sekitar tersebut.
"Di kami itu ada yang namanya leuweung (hutan) larangan, dari dulu sampai sekarang dan seterusnya tidak boleh ada yang mengganggu, biarkan begitu saja," ujarnya.
Terdapat Tugu Kujang Sebagai Simbol Khas Sunda
Di Kampung Naga sendiri terdapat tugu Kujang raksasa (Senjata Tradisional khas Sunda) yang merupakan ikon baru di wilayah Kampung Naga. Menurut Endut, tugu tersebut memiliki nilai filosofis dengan masyarakat yaitu nilai kesundaan yang kuat dari bangunan setinggi 5,5 meter tersebut.
Menurut Endut, Tugu tersebut dibangun oleh mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan. Saat itu Anton yang memiliki hobi mengoleksi banyak benda pusaka, memiliki ide untuk mendirikan sebuah bangunan yang bisa dijadikan sebagai ciri khas dari Kampung Naga.
Struktur Kujang yang terdapat pada bangunan tersebut terdiri dari 999 keris. Benda pusaka dan benda logam bertuah lainnya, yang dileburkan menjadi satu benda kujang raksasa.
Memiliki Sejarah Kerajaan di Kampung Adat Naga
Diceritan oleh Endut, Kampung Naga memiliki sejarah panjang seputar kerajaan tanah sunda. Salah satunya adalah Raja Dipuntang yang merupakan sesepuh awal di kampung Naga dan menurunkan Pangeran Singaparana yang menjadi Panglima Kerajaan Timbang Anten dengan Rajanya pada saat itu adalah Wangsadikarya yang kelak menjadi pemimping di Kampung Naga yang arif dan bijaksana.
"Nah, Pangeran Singaparana inilah yang menjadi eyangnya warga adat Kampung Naga," ujarnya.
Selama menjadi pemimpin rakyat saat itu, sang pangeran dikenal arif dan bijaksana, hingga diberi amanat Piagam Tembaga Raja Wangsadikarya untuk melakukan tindakan yang tepat, saat keadaan menunjukkan sebuah ancaman.
Mempertahankan Kesenian Leluhur
Dilansir dari Antara, masyarakat Kampung Adat Naga hingga saat ini masih memiliki kesenian tradisional yang hingga saat ini masih dipertahankan sebagai identitas setempat, yakni Terbang Gembrung, Terbang Sejak, dan Angklung yang seringkali ditampilkan pada momentum khusus di kampung adat itu.
"Ada tiga kesenian yang sering tampil di Kampung Naga yaitu Terbang Gembrung, Terbang Sejak dan Angkluing," kata Juru Pelihara juga Sesepuh Kampung Naga, Ucu Suherlan di Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Tasikmalaya.
Bentuk Sinergisitas dengan Islam
Ucu Suherlan yang juga sebagai sesepuh Kampung Adat Naga menuturkan bahwa adat di kampung naga tersebut memiliki pengaruh yang cukup kuat dengan agama Islam, instrumentasi dalam kesenian musik seperti Terbang Gembrung dapat dimainkan oleh banyak orang yang selalu ditampilkan pada saat hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Ramadhan, maupun Maulud Nabi.
"Untuk Terbang Gembrung semua warga ikut, yang biasa ditampilkan saat maulud, idul fitri, semua warga bersalawat, yang bisa digelar semalaman, dari jam 8 malam sampai jam tiga (dini hari)," katanya.
Sedangkan permainan tradisi kesenian Terbang Sejak dapat dilaksanakan dalam momentum kapan saja, dengan melibatkan pemain sebanyak enam orang dengan alat musik seperti rebana.
Memiliki Makna Kesederhanaan Sebagai Pencegah Kerusakan
Ia menyampaikan, setiap kesenian yang digelar warga adat Kampung Naga memiliki pesan moral yang disampaikan kepada masyarakat, khususnya warga adat untuk saling menjaga, menghormati dan selalu hidup bersama alam.
Tujuannya adalah ketika manusia bisa hidup berdampingan dengan kesederhanaan manusia akan sadar bahwa dengan hidup secara beriringan bisa menghindarkan manusia dari berbuat kerusakan yang bisa merugikan. Makna kesederhanaan tersebut seakan sudah melekat dengan masyarakat kampung adat naga sebagai pedoman hidup.
"Tentunya kesenian di Kampung Naga ada petuah, isinya petuah dari alam, ada pesan moral," katanya.
Mimpi Masyarakat Kampung Adat Naga
Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Atas dasar banyaknya potensi Kampung Naga tersebut lah masyarakat Tasikmalaya memiliki harapan yang besar terhadap penetapan kampung adat tersebut agar menjadi sebuah desa adat bertaraf nasional, sehingga kedepannya bisa menjadi magnet baru sebagai destinasi wisata unggulan, di kawasan tatar sunda bagian selatan Jawa tersebut.
"Di Bali saja sudah ada desa adat, nah kenapa Kampung Naga tidak menjadi sebuah desa adat, ujar Anton Charliyan.
Menurutnya, pengusungan Kampung Naga sebagai desa adat tersendiri dianggap tepat. Eksotisme wilayah, dengan ragam kekayaan adat budaya, menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung yang datang.