Tradisi Unik Anak-Anak di Tasikmalaya yang Akan Disunat, Wajib Dimandikan dan Diarak Keliling Kampung
Secara tersirat, makna tradisi Turun Mandi adalah menyucikan jiwa dan raga anak laki-laki yang akan disunat.
Secara tersirat, makna tradisi Turun Mandi adalah menyucikan jiwa dan raga anak laki-laki yang akan disunat.
Tradisi Unik Anak-Anak di Tasikmalaya yang Akan Disunat, Wajib Dimandikan dan Diarak Keliling Kampung
Lantunan musik gamelan dan rampak kendang terdengar riuh di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Puluhan warga menari, mengiringi seorang anak laki-laki yang menaiki permainan tradisional sisingaan atau boneka singa yang ditandu.
Sang anak laki-laki didandani memakai konstum khas zaman kerajaan, serupa dengan empat orang penandu yang menggotong boneka singa tersebut. Raut senyum dan tertawa selalu terlihat di anak yang tengah menduduki singa. Ini merupakan bagian dari tradisi sunat unik setempat bernama turun mandi.
-
Kenapa budaya Turun Mandi masih ada di Solok? Budaya asli Minangkabau ini sampai sekarang masih ada dan dipertahankan di beberapa tempat. Solok, menjadi salah satu daerah yang masih menjaga tradisi turun-temurun tersebut.
-
Apa itu mandi wajib? Mandi wajib dalam Islam, juga dikenal sebagai mandi junub, adalah proses pembersihan diri yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar, yaitu kondisi ketidakmurnian yang mencegah seseorang dari melakukan ibadah tertentu seperti shalat dan membaca Al-Qur’an.
-
Apa tradisi unik di Majalengka? Tradisi unik ini hanya bisa ditemui di Majalengka. Undangan menjadi unsur terpenting dalam prosesi hajatan. Biasanya si empunya hajat akan membuat desain yang menarik, agar tamu undangan terkesan.
-
Dimana tradisi Gusaran di Tasikmalaya dilakukan? Suara angklung dan kendang gendong mengalun nyaring siang itu. Beberapa warga tampak berkeliling Kampung Cikiray, Desa Salawu, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, sembari membunyikan alat musik tradisional.
Budaya ini memang masih dilestarikan sebagai salah satu warisan nenek moyang di zaman dulu. Acara ini diselenggarakan satu hari sebelum anak laki-laki yang menaiki boneka singa itu disunat.
Tak sekedar nguri-uri kebudayaan, karena di balik kemeriahannya terdapat makna baik yang akan diterima sang anak maupun keluarga yang melestarikannya.
Yuk, kenalan dengan tradisi Turun Mandi yang khas dari Kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat ini.
Tradisi Sunatan Anak Khas Kecamatan Manojaya
Merujuk situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tradisi ini menjadi hal yang sangat erat dengan Kecamatan Manonjaya.
Foto: YouTube Kades Margaluyu)
Sebab, masih banyak warganya yang melestarikan dan meramaikan khitanan puteranya dengan acara Turun Mandi.
Secara umum, tradisi ini merupakan bentuk kegembiraan orang tua yang anaknya akan disunat, sehingga diramaikan dengan berbagai kegiatan budaya seperti arak-arakan singa, rampak kendang Sunda dan iringan musik tradisioanl lainnya.
Karena banyak hiburan yang digelar, ini menjadi kebahagiaan juga bagi warga sekitar yang kemudian terbawa suasana dan turut mendoakan sang anak agar proses khitan berjalan lancar.
Menghibur Anak yang Hendak Disunat
Tradisi ini kemudian juga berfungsi sebagai penghiburan terhadap anak laki-laki yang akan dikhitan. Seperti diketahui, proses sunat akan berkaitan dengan medis dan proses operasi kecil.
Agar sang anak tidak ketakutan, diadakan lah tradisi Turun Mandi yang digelar secara meriah dengan iringan musik tradisional sehingga sang anak tidak merasa takut.
Beberapa jenis musik buhun (nenek moyang) yang turut ditampilkan di antaranya, angklung buncis, dog-dog, gembyung dan rampak kuda lumping dengan ketukan kendang yang kompak.
Anak Wajib Dimandikan dan Diarak Keliling Kampung
Sebelum diangkat untuk duduk di punggung boneka singa, sang anak harus dimandikan, didandani hingga dikenakan baju tradisional.
Anak juga dibersihkan giginya menggunakan uang receh maupun ringgit yang kemudian didoakan oleh sesepuh adat.
Air yang digunakan juga tidak boleh sembarangan, karena harus melalui proses doa dan persetujuan dari tetua adat setempat. Sumbernya berasal dari 7 mata air Sukapura yang ditambahkan bunga tujuh rupa, daun hanjuan dan mayang pare.
Dahulu sumber 7 mata air yang tak jauh dari Masjid Agung Manonjaya digunakan sebagai tempat mandi Ratu Sukapura di zaman kepemimpinan Wiradadaha VIII. Kemudian setelah siap, anak lantas diarak keliling kecamatan dengan iringan musik khas tradisional Sunda.
Membersihkan Raga Sang Anak
Secara tersirat, makna tradisi Turun Mandi adalah menyucikan jiwa dan raga anak laki-laki yang akan disunat. Tujuannya agar sang anak diberi kekuatan oleh Allah untuk melalui proses khitan.
Maksud dari membersihkan jiwa anak adalah dengan doa-doa yang dilakukan tetua kampung maupun kedua orang tuanya. Ini juga akan membawa kebaikan serta keberkahan bagi kedua orang tua serta keluarganya.
Karena masih lestari, tradisi ini menjadi salah satu ikon budaya khas Kabupaten Tasikmalaya yang masih ada hingga sekarang.