Akses Masuk SD Negeri Tugu 2 Tasikmalaya Dibenteng Pemilik Lahan, Ini 6 Faktanya
Berdasarkan pantauan di lokasi, terlihat bangunan SDN 2 Tugu di Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya dikelilingi tembok besar, sehingga menyulitkan para murid dan guru untuk melaksanakan sekolah tatap muka yang baru digelar. Mereka pun harus rela memutar melewati bukit untuk bisa memasuki sekolah
Sebuah bangunan sekolah di SD Negeri Tugu 2 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat sudah beberapa bulan terakhir dibenteng beton setinggi kurang lebih 2,5 meter oleh sang pemilik lahan.
Dilansir merdeka.com dari kanal Youtube Inilah Tasik TV Selasa (7/9), terlihat institusi pendidikan di Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung tersebut dikelilingi tembok besar yang menyulitkan para murid dan guru untuk melaksanakan sekolah tatap muka yang baru saja digelar.
-
Bagaimana tanggapan Titiek Puspa atas kabar hoaks kematiannya? Titiek Puspa, meski santai, mengakui kesal karena berita palsu yang menyebutkan dirinya telah meninggal dunia.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Di mana bukti penyebaran tungau ditemukan? Ini berdasarkan temuan baru para arkeolog di situs garnisun Romawi di Vindolanda di Northumberland, di selatan Tembok Hadrian.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan Titiek Puspa terakhir kali diterpa kabar hoaks kematiannya? “Ya sudah terima kasih dikabarkan apapun, yang penting aku masih disayang Tuhan. Sudah ada 4 kali, 10 malah,” tukasnya.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
Atas kejadian itu, pihak sekolah merasa bingung lantaran mereka tak memiliki akses masuk dari depan dan harus memutar via jalan belakang sekolah dengan akses masuk melewati bukit. Selain itu pihak pemilik lahan juga tidak mengkoordinasikan hal ini sebelumnya kepada pihak sekolah. Berikut 6 faktanya:
Diblokade Sejak Januari 2021
©2021 Youtube Inilah Tasik TV/editorial Merdeka.com
Saat dihubungi wartawan di sekolah, Kepala SD Negeri Tugu 2 Sri Mulyani mengatakan jika dirinya mendapat laporan dari para guru terkait akses masuk menuju sekolah yang diblokir oleh benteng beton.
Ia mengaku belum mengetahui hal tersebut lantaran baru menjabat sebagai Kepala Sekolah di SDN Tugu 2. Namun berdasarkan informasi yang diterimanya, pembentengan sudah dilakukan oleh pemilik lahan sejak Januari 2021 saat ditiadakan aktivitas pendidikan akibat pandemi.
"Kalo ini yang saya tahu dari rekan-rekan, karena saya baru di sini, katanya pemasangan benteng beton ini sejak bulan Januari. Dan kenapa ini jadi viral, karena saat ini kan sudah mulai masuk sekolah dan anak-anak cukup kesulitan untuk masuk ke dalam sekolah" kata Sri, Rabu (1/9) lalu.
Akses Jalan Harus Memutar Lewat Bukit
Sri menjelaskan, jika pihak sekolah bersama para orang tua di sana berharap agar akses jalan utama menuju sekolah tersebut bisa kembali dibuka oleh pemilik lahan mengingat para murid dan orang tua yang mengantar harus memutar melewati bukit dengan kondisi jalan yang tak layak.
Selain itu, akses pintu masuk depan merupakan salah satu fasilitas pendidikan agar para murid juga bisa tetap nyaman di tengah pemberlakuan kembali uji coba sekolah tahap muka di SD Negeri Tugu Dua, Kota Tasikmalaya ini.
"Di sini mereka (murid dan orang tua) berharap agar dapat menikmati fasilitas pendidikan di sini yang membuat mereka nyaman ya, sehingga kami berharap jalan depan ini bisa dibuka kembali" harap Sri.
Diduga Saling Klaim Lahan
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Budiaman Sanusi mengatakan penyebab dibentengnya akses menuju sekolah lantaran sang pemilik menganggap tanah pribadinya telah dipakai oleh pihak sekolah.
Sehingga ia melakukan aksi nekat dengan membentengi area sekolah dengan beton setinggi hampir tiga meter itu.
Namun ia turut mengatakan, jika tanah yang dipakai oleh sekolah tersebut justru bukan milik perseorangan yang membentengi akses ke sekolah tersebut.
"Jadi berdasarkan hasil rapat yang sudah dilakukan bersama pemilik lahan, diklaim jika sebagian lahan yang dipakai sekolah merupakan lahan pribadi miliknya. Namun ada informasi lain yang mengatakan, jika lahan yang dipakai pihak sekolah merupakan lahan yang bukan dimiliki oleh siempunya lahan, sehingga perlu klarifikasi kembali" terang Budiaman.
Pemilik Hanya Memberi Akses Jalan Setengah Meter
©2021 Youtube Inilah Tasik TV/editorial Merdeka.com
Budiaman menambahkan, setelah diadakan koordinasi dengan pemilik lahan akhirnya akses masuk menuju sekolah diberikan namun hanya seluas setengah meter.
Hal tersebut jelas masih dianggap menyulitkan para orang tua yang kebanyakan mengantar anaknya dengan menggunakan sepeda motor. Dalam hal ini, Pemda setempat akan mencoba mencari solusi lain dengan melobi pemilik rumah makan yang juga memiliki tanah di sekitar sekolah agar bisa dibebaskan setidaknya setengah meter lagi.
"Untuk tahun ajaran 2022 kami mencoba berkoordinasi dengan pemilik lahan lain (pengusaha restoran) agar bisa menghibahkan tanahnya minimal setengah atau satu meter sebagai akses jalan utama murid dan para guru di sana" kata dia.
Pemilik Tanah Khawatir Lahannya Diklaim Pihak Sekolah
Sementara itu, berdasarkan informasi dari perwakilan orangtua dan komite sekolah diketahui jika alasan utama pemilik membentengi area SDN Tugu Dua tersebut karena khawatir tanah miliknya diklaim oleh pihak sekolah.
Sebelumnya, ia tak mempermasalahkan hal tersebut. Namun sejak itu akses menuju lokasi hanya dibuka seluas setengah meter.
Pihak Pemda pun akan mencoba berkoordinasi kembali agar pemilik bisa membuka benteng di area depan, dengan status tanah pinjam pakai.
Pemprov Jabar Turun Tangan
©2021 Humas Jabar/editorial Merdeka.com
Terkait ramainya kisruh lahan antara pemilik dengan pihak sekolah, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum langsung mendatangi lokasi guna menyarankan Pemkot dan DPRD Kota Tasikmalaya untuk bermusyawarah lewat kearifan lokal.
"Kita kan hidup di Indonesia ada aturan, sosial kemasyarakatan, norma dan normatif yang harus dijadikan payung hukum," katanya, mengutip jabarprov.go.id.
Menurut Uu, permasalahan seperti ini hendaknya diselesaikan dengan jalur dan ketetapan sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Uu mengatakan, jika kasus tersebut masih terus berlarut larut di tingkat kota, Pemdaprov sebagai koordinator kabupaten/kota bisa saja turun tangan agar kasus tersebut bisa segera selesai.
"Di sini perlu ada tindakan minimal dengan musyawarah dulu. Kalau tidak selesai dengan musyawarah ya mungkin pemerintah juga memiliki kewenangan, maka pemerintah di situ mulai bersikap," tandasnya.