Cantiknya Tas Daun Pandan Buatan Emak-emak di Pandeglang, Harganya Cuma Rp12 Ribu
Proses pembuatan tas dari daun pandan ini tidaklah mudah. Proses pengambilan daunnya harus berhati-hati karena terdapat duri yang cukup tajam. Belum lagi proses penganyaman yang memakan waktu lama hingga menjadi sebuah produk jadi.
Hari itu emak-emak di wilayah Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, Banten sudah sibuk memotong pohon pandan berukuran besar. Bukan untuk dijadikan masakan, melainkan disulap menjadi kerajinan berbentuk tas cantik. Harganya pun sangat murah, mulai dari Rp12 ribu.
Sejumlah ibu rumah tangga bersama warga di sana memang bahu membahu memproduksi produk-produk yang bernilai ekonomi dari daun tersebut. Dari proses produksi sampai penjualan barang bisa membantu penghidupan mereka.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Proses pembuatan tas dari daun pandan ini tidaklah mudah. Proses pengambilan daunnya harus berhati-hati karena terdapat duri yang cukup tajam. Belum lagi proses penganyaman yang memakan waktu lama hingga menjadi sebuah produk jadi.
Berikut ulasan selengkapnya.
Jadi Produk Tas Kepok Cantik
©2023 YouTube Liputan6 SCTV/ Merdeka.com
Salah satu perajin anyaman pandan, Lela Suhelawati mengatakan dirinya bisa menghasilkan hingga puluhan tas kepok khas setempat setiap bulannya.
Tersebut memiliki ukuran yang sedang, dengan bentuk yang lucu. Bentuknya mirip tas jinjing, dan dilengkapi dengan penutupnya. Tas kepok biasa dibuat dengan kombinasi kuning jerami dan sedikit motif merah.
“Untuk produk tas kapok khas sini itu harganya Rp12 ribu,” kata Lela Suhelawati mengutip YouTube Liputan6 SCTV, Selasa (21/3)
Hasilkan Produk Lain
©2023 YouTube Liputan6 SCTV/ Merdeka.com
Selain tas, terdapat produk lainnya yang turut diproduksi oleh warga setempat yakni tikar anyaman pandan. Tikar tersebut bertekstur halus, karena daun pandan yang dianyam sudah melalui sejumlah proses.
Dari tikar ini turut dibuat produk lainnya seperti peci, sandal, hingga tas. Harganya juga termasuk ramah di kantong, yakni Rp17 ribu per lembarnya. Produk-produk itu dihasilkan dari kreativitas warga setempat.
“Selain tas ada juga tikar dongdot (anyaman pandan), untuk satu lembarnya itu harganya Rp17 ribu. Ini kemudian bisa dijadikan macam-macam, seperti peci, tas, sandal dan lainnya ” kata dia lagi.
Proses Pembuatan Kerajinan dari Daun Pandan
Adapun daun pandan sepanjang 1 meter yang baru dipetik mula-mula dipisahkan dengan durinya menggunakan alat tradisional bernama suakan. Setelah terpisah dan dipotong sesuai ukuran, daun lantas direbus.
Setelah masak, daun pandan rebus kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran akan meningkatkan elastisitas dari daun tersebut dan mudah untuk dibentuk tanpa khawatir rusak atau sobek.
Setelahnya, daun pandan bisa langsung dianyam sesuai produk yang akan dijual, dan siap memenuhi permintaan pasar.
Dijual Via BUMDes
Produk-produk hasil ciptaan warga ini kemudian dijual melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Bandung. Pihak desa kemudian mendukung penuh kegiatan warga ini karena bisa menambah penghasilan di masa-masa sulit.
Kepala Desa Bandung, Wahyu Kusnadiharja mengatakan bahwa pihaknya mendukung setiap UMKM yang ada di wilayahnya. Bahkan dari pendampingan desa ini, produk tersebut berhasil terjual hingga ke luar daerah Banten seperti Sumatra dan Kalimantan.
Tak hanya itu, produk-produk cantik ini juga sudah dilirik hingga di pasar internasional seperti Timor Leste, Malaysia, dan Singapura.
“Peningkatan ekonomi kerakyatan ini kami lakukan dengan memfasilitasi seluruh UMKM yang ada di Desa Bandung, salah satunya melalui divisi handycraft atau kerajinan anyaman pandan,” kata Wahyu.