Cara Mencegah Difteri dan Gejalanya yang Wajib Diwaspadai, Bisa Timbulkan Komplikasi Serius
Cara mencegah penyakit difteri yang paling efektif dengan mendapatkan vaksinasi. Selain itu, menerapkan kebiasaan hidup bersih juga dapat mencegahnya.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
Cara Mencegah Difteri dan Gejalanya yang Wajib Diwaspadai, Bisa Timbulkan Komplikasi Serius
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit. Bakteri ini dapat berdampak buruk bagi organ-organ vital seperti jantung, ginjal, atau otak.
Gejala difteri biasanya muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi.
Gejala yang paling menonjol adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
-
Bagaimana cara mencegah difteri secara efektif? Cara mencegah difteri yang paling efektif adalah dengan melakukan vaksinasi.
-
Bagaimana cara mencegah demam berdarah? Salah satu cara yang paling terkenal dalam mencegah demam berdarah pada anak ialah dengan melakukan 3M atau menguras, menutup dan mengubur. Lantas, apa saja tanda-tanda demam berdarah pada anak dan bagaimana cara mencegahnya? Simak ulasannya yang merdeka.com lansir dari Healthline: Apa Itu Demam Berdarah pada Anak? Demam berdarah atau DBD adalah penyakit infeksi akibat virus Dengue yang menular melalui gigitan nyamuk. Biasanya, penyakit ini menimbulkan gejala demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot. Demam berdarah bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak.
-
Bagaimana cara seseorang tertular difteri? Seseorang dapat terinfeksi difteri dari kontak fisik langsung dengan:tetesan pernapasan dari batuk atau bersinsekresi dari hidung dan tenggorokan, seperti lendir dan air liurlesi kulit yang terinfeksiinfeksi dapat menularkan dari seseorang dengan infeksi ke membran lendir pada orang lain.
-
Siapa yang berpotensi terkena komplikasi Difteri? Komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa dapat terjadi jika toksin memasuki aliran darah dan merusak jaringan vital lainnya.
-
Bagaimana cara mengatasi mendengkur? Dikutip dari Healthshots, ini adalah lima metode yang bisa memperbaiki kebiasaan mendengkur, antara lain:1. Ubah posisi tidurJika Anda mendengkur secara teratur, kemungkinan besar Anda tidur telentang. Tidur telentang menyebabkan lidah diputar ke belakang yang sebagian menghalangi jalan napas dan menyebabkan mendengkur. Jadi, jika ini penyebab dengkuran maka tidur miring akan membantu Anda berhenti mendengkur. 2. Kurangi Berat BadanJika indeks massa tubuh Anda berada di sisi yang lebih tinggi dan Anda termasuk dalam kategori kelebihan berat badan atau obesitas, itu juga dapat menyebabkan dengkuran.Kelebihan berat badan berarti Anda memiliki lebih banyak jaringan di tenggorokan yang menyebabkan jalan napas sempit. Menurunkan berat badan akan membantumu mengurangi jaringan dan karenanya berhenti mendengkur secara bersamaan. 3. Hindari Alkohol Sebelum TidurAnda harus menghindari alkohol setidaknya 3-4 jam sebelum tidur, karena alkohol melemaskan otot tenggorokan lebih dari biasanya yang lagi-lagi menyebabkan jalan napas sempit dan karenanya menyebabkan mendengkur. Alkohol juga akan mengubah pola tidur. Jadi, sebaiknya hindari mengonsumsinya di malam hari. 4. Tidur yang CukupKurang tidur juga merupakan penyebab utama mendengkur, jadi pastikan Anda cukup tidur dengan istirahat setidaknya 6-8 jam. Tidur yang nyenyak tidak hanya diperlukan untuk menghentikan dengkuran, tetapi juga akan menjaga pikiran dan tubuh secara keseluruhan tetap sehat dan aktif. 5. Letakkan Bantal EkstraMenggunakan bantal tambahan di bawah kepala atau sedikit mengangkat kepala akan memastikan saluran udara Anda tidak terlalu rileks. Posisi ini akan memastikan bahwa tidak ada penyumbatan dan karenanya tidak mendengkur.Dengan demikian, ini adalah cara paling efektif untuk berhenti mendengkur. Beberapa teknik lain, seperti berhenti merokok atau menghindari obat penenang, hingga menggunakan strip hidung juga akan membantu menghentikan dengkuran. Jadi, cobalah beberapa metode yang sudah dibahas untuk tidur bebas dari mendengkur.
-
Bagaimana cara mencegah keringat dingin? Untuk mencegah munculnya keringat dingin, Anda perlu menjaga kesehatan tubuh dan menghindari faktor-faktor yang dapat memicu kondisi tersebut.
Gejala difteri muncul akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria pada hidung, tenggorokan, atau kulit. Gejala difteri dapat bervariasi, tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa gejala difteri yang umum terjadi:
Jika difteri menyerang hidung dan tenggorokan, gejala yang muncul antara lain:
• Sakit tenggorokan dan suara serak
• Batuk dan pilek
• Demam dan menggigil
• Lemas dan lelah
• Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan (pseudomembran)
• Pembengkakan kelenjar getah bening di leher (benjolan di leher)
• Gangguan penglihatan
• Sesak napas
• Jantung berdebar-debar
• Kulit pucat atau membiru
• Syok (kondisi darurat yang ditandai dengan tekanan darah rendah, detak jantung cepat, dan keringat dingin)
Jika difteri menyerang kulit, gejala yang muncul antara lain:
• Luka atau lecet pada kulit yang berisi nanah
• Kulit merah dan nyeri di sekitar luka
• Luka berukuran besar dengan tepi yang keras
Gejala difteri biasanya muncul 2-5 hari setelah terpapar bakteri penyebabnya. Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Cara Penularan Difteri
Difteri menyebar melalui bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menginfeksi hidung, tenggorokan, atau kulit. Bakteri ini dapat ditularkan melalui beberapa cara, yaitu:
• Kontak langsung dengan penderita difteri atau benda-benda yang terkontaminasi oleh bakteri, seperti gelas, tisu, atau luka.
• Menghirup percikan ludah atau ingus dari penderita difteri saat mereka batuk, bersin, atau berbicara.
• Menghirup partikel udara yang mengandung bakteri dari debu atau muntahan penderita difteri.
Bagaimana Mencegahnya?
Cara mencegah difteri yang paling efektif adalah dengan mendapatkan vaksinasi difteri. Vaksinasi ini dapat melindungi tubuh dari bakteri penyebab difteri dan racunnya. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis), atau disebut juga dengan imunisasi DPT. Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali sejak bayi berusia 2 bulan.
Selain vaksinasi, ada beberapa cara lain yang dapat membantu mencegah penularan difteri, yaitu:
• Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin, terutama sebelum dan sesudah makan, setelah buang air kecil atau besar, dan setelah bersentuhan dengan orang atau benda yang terinfeksi.
• Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, termasuk membersihkan luka atau lecet pada kulit.
• Menghindari kontak langsung dengan orang yang menderita difteri, seperti berbagi gelas, sendok, atau alat makan lainnya.
• Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku bagian dalam.
• Menggunakan masker jika berada di tempat umum atau padat penduduk.
• Memperkuat daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, cukup minum air, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur.
Komplikasi Difteri
Komplikasi dari difteri adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria pada hidung, tenggorokan, atau kulit. Bakteri ini dapat mengeluarkan racun yang merusak organ-organ vital, seperti jantung, ginjal, atau otak. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat difteri adalah:
• Kerusakan saraf. Racun bakteri difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada saraf-saraf tubuh, terutama saraf kaki dan tangan. Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan, kesulitan menelan, masalah saluran kemih, atau paralisis diafragma yang mengganggu pernapasan.
• Kerusakan jantung. Racun bakteri difteri juga dapat menyerang otot jantung (miokard) dan menyebabkan peradangan (miokarditis). Hal ini dapat menimbulkan gejala seperti jantung berdebar-debar, sesak napas, keringat dingin, kulit pucat atau membiru, atau syok.
• Kerusakan ginjal. Racun bakteri difteri dapat merusak fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. Hal ini dapat ditandai dengan penurunan jumlah urine, bengkak pada kaki atau wajah, mual, muntah, atau kelelahan.