Dulang Berkah saat Puasa, Penjual Cendol di Garut Ini Raup Untung Hingga Puluhan Juta
Diketahui keuntungan yang didapat dari bisnis cendol khas Bandung tersebut bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Es cendol menjadi salah satu minuman yang cukup fenomenal di Kota Garut, Jawa Barat setiap datangnya bulan suci Ramadan. Rasanya yang legit, serta kombinasi jelly dari tepung beras yang menyatu di antara santan dengan gula aren membuat kehadirannya kian dinantikan saat berbuka puasa.
Agus Tea (52), salah seorang penjual es cendol di kawasan Alun-alun Tarogong, Kabupaten Garut turut merasakan legitnya mendulang untung di bulan puasa ini.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Ia pun memanfaatkan momen berjualan takjil di tahun ini sebagai batu loncatan untuk bangkit di masa pandemi Covid-19.
“Lumayan kenaikannya luar biasa bisa beberapa kali lipat,” beber Agus, saat ditemui wartawan di lapak jualannya, Sabtu (17/4/2021) seperti mengutip dari sariagri.id
Diketahui keuntungan yang didapat dari bisnis cendol khas Bandung tersebut bisa mencapai puluhan juta rupiah. Simak kisahnya berikut ini.
Bisa Menghabiskan 30 Ember Besar Cendol
Dalam berjualan cendol, Agus mengakui jika bulan Ramadan selalu mengalami peningkatan penjualan bahkan di bulan puasa tersebut dirinya pernah menghabiskan hingga 30 ember besar berukuran 50 liter per harinya.
Hal tersebutlah yang kemudian ia tekuni untuk membuka cabang lain di kawasan Jalan Merdeka, tepatnya di depan salah satu warung modern, dan di kawasan Jalan Raya Bayongbong, Garut.
“Itu untuk tiga lokasi dagang lainnya yang kami suplai. Tapi itu juga tidak saya nikmati sendiri, sebab berbagi juga dengan pegawai yang jumlahnya puluhan,” kata pria yang sudah mulai berjualan sejak 2000 silam itu.
Meraup Rp700 Ribu Per Hari
Di saat momen Ramadan sendiri Agus bisa mengantongi Rp600 sampai Rp700 ribu per harinya. Hal ini didapat dari penjualan Rp5 ribu, Rp10 ribu hingga Rp20 ribu untuk ukuran pesanan jumlah besar.
Jika dikalkulasikan, selama 30 hari berjualan di bulan puasa keuntungannya bisa mencapai hingga Rp21 juta.
“Satu ember itu rata-rata bisa menjadi 30 plastik ukuran besar atau kurang lebih bisa menjadi Rp600 ribu–Rp700 ribu, tiap titik sendiri habisnya tidak sama, cuma paling banyak memang di sini (Tarogong) bisa sampai 15 ember,” katanya sambil merinci.
Berkah Ramadan Untung di Tengah Pandemi
Adapun momen Ramadan ini menjadi ajang untuknya berbagi kebahagiaan bersama pegawainya di beberapa cabang cendol miliknya.
Para pegawainya merupakan tetangga dekat, di sekitar kediamannya di kampung Mekarsari, Desa Haurpanggung, Garut.
Agus menganggap, pandemi Covid-19 yang melanda selama satu tahun belakangan merupakan setitik keberkahan yang ikut dirasakan 25 pegawainya itu.
“Kalau berkurang ada, tapi tidak terlalu besar, Alhamdulillah pembeli masih banyak. Saat Ramadan sendiri pegawai kami bisa menjadi 25 orang dari awalnya hanya lima pada hari-hari biasa,” kata dia melanjutkan.
Tak Menggunakan Bahan Pengawet
©Shutterstock
Adapun produk cendol buatannya tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga saat dirasakan akan terasa alami.
Cita rasa tersebut menyantu ciamik dengan santan kelapa yang kental, serta gula alami yang manis menggoda. Hal tersebutlah yang membuat para pelanggannya selalu kembali untuk memenuhi kebutuhan takjil selama Ramadan.
“Silakan cek mulai tepung kanji, terigu, gula merah, santan hingga pewarna menggunakan daun suji (pandan), InsayaAllah bebas bahan kimia,” pungkas Agus.