Gejala ADHD pada Anak dan Penyebabnya, Orang Tua Wajib Tahu
Anak-anak dengan ADHD mungkin akan sering merasa tidak percaya diri, sulit menjalin hubungan, dan memiliki prestasi yang buruk di sekolah.
Attention-deficit/hyperactivity disorder, atau biasa disebut ADHD, adalah kondisi yang mempengaruhi jutaan anak dan sering berlanjut hingga dewasa. ADHD mencakup kombinasi masalah yang terjadi terus-menerus, seperti kesulitan mempertahankan fokus, hiperaktif, dan perilaku impulsif.
Anak-anak dengan ADHD juga mungkin akan sering merasa tidak percaya diri, sulit menjalin hubungan, dan memiliki prestasi yang buruk di sekolah. Gejala ADHD pada anak terkadang berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, beberapa orang akan sulit mengatasi gejala ADHD mereka sepenuhnya. Namun, mereka dapat mempelajari strategi untuk mengatasinya.
-
Apa pengertian dari ADHD? ADHD Adalah gangguan perkembangan neurobiologis. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang umumnya muncul pada masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga masa dewasa.
-
Apa itu ADHD? Dilansir dari Healthline, ADHD adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dapat menyebabkan tingkat hiperaktif dan perilaku impulsif yang tidak biasa.
-
Bagaimana ciri-ciri ADHD pada bayi? Temperamen bayi yang lebih sulit diatur atau ditenangkan serta kemampuan bicara yang lebih lambat terutama antara usia 9 hingga 18 bulan Bayi mungkin menunjukkan tanda keterlambatan motorik antara usia 9 hingga 18 bulan
-
Apa ciri khas anak dengan ADHD? Anak ADHD mungkin terlihat seperti anak-anak pada umumnya dalam banyak aspek. Namun, ada beberapa ciri khas yang membedakan mereka. Mereka juga memiliki ketahanan yang pendek dalam mempertahankan perhatian, sehingga sulit untuk berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Anak ADHD juga cenderung kurang menyukai tugas-tugas yang memerlukan perhatian mental yang lebih lama, seperti membaca.
-
Siapa yang bisa mengalami ADHD? Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang umumnya muncul pada masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga masa dewasa.
-
Mengapa ADHD bisa terjadi? Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor seperti faktor genetik, lingkungan, serta gangguan pada neurotransmitter di otak diduga memainkan peran dalam perkembangannya.
Meskipun pengobatan tidak akan menyembuhkan ADHD, perawatan yang dilakukan dapat sangat membantu mengatasi gejala ADHD pada anak. Perawatan biasanya melibatkan obat-obatan dan intervensi perilaku.
Gejala ADHD pada Anak
Semua anak terkadang pernah kesulitan untuk fokus, mendengarkan dan mengikuti arahan, atau duduk diam. Tetapi untuk anak-anak dengan ADHD, perjuangannya jadi lebih sulit dan lebih sering terjadi.
Dilansir dari kidshealth.org, anak-anak dengan kondisi ini dapat menunjukkan gejala ADHD pada anak berikut ini:
- Lalai. Anak-anak yang lalai (mudah teralihkan) mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan tetap melakukan tugasnya. Mereka mungkin tidak mendengarkan arahan dengan baik, mungkin melewatkan detail penting, dan mungkin tidak menyelesaikan apa yang mereka mulai. Mereka mungkin sering melamun atau terlalu banyak berlama-lama. Mereka mungkin tampak linglung atau pelupa, dan lupa dengan letak barang-barang mereka.
- Hiperaktif. Anak yang hiperaktif cenderung gelisah dan mudah bosan. Mereka kesulitan untuk sekadar duduk diam, atau tetap diam saat dibutuhkan. Mereka mungkin terburu-buru melakukan sesuatu dan membuat kesalahan yang ceroboh. Mereka mungkin suka memanjat, melompat, atau bermain kasar padahal seharusnya tidak. Tanpa sengaja, mereka mungkin bertindak dengan cara yang mengganggu orang lain.
- Impulsif. Anak-anak yang impulsif bertindak terlalu cepat sebelum berpikir. Mereka sering menginterupsi, mungkin mendorong atau meraih, dan sulit untuk menunggu. Mereka mungkin melakukan sesuatu tanpa izin, mengambil barang yang bukan miliknya, atau bertindak dengan cara yang berisiko. Mereka mungkin memiliki reaksi emosional yang tampak terlalu kuat untuk situasi tersebut.
Terkadang orang tua dan guru memperhatikan gejala ADHD pada anak saat mereka masih kecil. Tetapi normal bagi anak kecil untuk terganggu, gelisah, tidak sabar, atau impulsif - hal-hal ini tidak selalu menjadi tanda bahwa seorang anak menderita ADHD.
Perhatian, aktivitas, dan pengendalian diri berkembang sedikit demi sedikit, seiring pertumbuhan anak. Anak-anak mempelajari keterampilan ini dengan bantuan dari orang tua dan guru. Tetapi beberapa anak mungkin tetap kesulitan untuk bisa memperhatikan, menenangkan diri, mendengarkan, atau menunggu. Ketika hal-hal ini berlanjut dan mulai menimbulkan masalah di sekolah, rumah, dan dengan teman-teman, mungkin anak itu menderita adalah ADHD.
Penyebab ADHD pada Anak
Selain memperhatikan apa gejala ADHD pada anak, penting juga untuk mengetahui penyebab ADHD. Penyebab pasti ADHD pada anak belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam perkembangan gangguan ini.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan seorang anak mengembangkan ADHD:
- Faktor Genetik: Penelitian menunjukkan bahwa ADHD cenderung memiliki komponen genetik yang signifikan. Jika ada anggota keluarga yang menderita ADHD, anak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan ini.
- Perubahan Otak: Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan struktur dan fungsi otak pada anak dengan ADHD. Terdapat kelainan dalam area otak yang terkait dengan perhatian, impulsivitas, dan kontrol diri, seperti korteks prefrontal dan ganglia basal.
- Gangguan Neurotransmiter: Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan norepinefrin, dapat berkontribusi pada perkembangan ADHD. Ketidakseimbangan ini dapat mempengaruhi fungsi komunikasi dan regulasi impuls pada otak.
- Faktor Lingkungan: Beberapa faktor lingkungan juga dapat memainkan peran dalam perkembangan ADHD. Paparan zat beracun selama kehamilan, seperti merokok, alkohol, atau obat-obatan terlarang, dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak. Faktor lain yang dapat berkontribusi meliputi kelahiran prematur, rendahnya berat badan lahir, dan keracunan logam berat.