Honor Tak Menentu, Pemilik PAUD di Rangkasbitung Jualan Bakso Goreng Demi Menggaji Tenaga Pengajar
Usai mengajar, pemilik lembaga bernama Ida Susanti itu bergegas pulang untuk membuat basreng secara rumahan.
Menurut pengajar, hasil penjualan bakso goreng ini bisa menambah penghasilan.
Honor Tak Menentu, Pemilik PAUD di Rangkasbitung Jualan Bakso Goreng Demi Menggaji Tenaga Pengajar
Seorang guru sekaligus pemilik lembaga PAUD Wibana di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak mencoba membantu gaji pengajarnya. Dia kemudian berjualan bakso goreng sebagai penghasilan tambahan.
-
Apa yang dijual oleh Ibu Gobatil di Banyuwangi? Gobatil akhirnya memantapkan diri menjual menu ayam ingkung dan betutu.
-
Apa yang dijual di warung Lotek Brukmenceng? Dikutip dari Wonosobokab.go.id, lotek ini milik Mbah Jami. Ia sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965.
-
Kapan Curug Leuwi Batok ramai pengunjung? Para wisatawan yang menginap di tenda juga menantikan waktu terbaik berenang di sana, yakni pada pagi hari ataupun sore hari.
-
Apa yang dijual oleh mantan tukang cuci piring tersebut di gerobak bajaj? Sesuai namanya, menu yang dijual adalah beberapa jenis pasta, spageti dan varian pizza.
-
Siapa yang menyerahkan SK Jabatan Fungsional kepada guru dan nakes di Banyuwangi? Bupati Ipuk Fiestiandani menyerahkan SK penetapan Jabatan Fungsional kepada 460 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
-
Siapa yang melestarikan santet di Banyuwangi? Santet merupakan warisan leluhur terus dilestarikan di Banyuwangi, khususnya oleh masyarakat adat Osing di Desa Kemiren.
Usai mengajar, pemilik lembaga bernama Ida Susanti itu bergegas pulang untuk membuat camilan tersebut secara rumahan. Dia dibantu oleh pengajar lain untuk memproduksi sekaligus menjualnya. Ida pun mengaku sedih, lantaran tenaga pengajar di tempatnya mendapatkan honor yang tak menentu, sehingga dirinya bersama guru di sana berinisiatif membuka usaha penganan basreng tersebut. Walau harus meluangkan waktu dan tenaga lebih, pelan-pelan hasil penjualan basreng bisa menutupi kekurangan honor dari para tenaga pengajar di sekolahnya. Berikut informasi selengkapnya.
Membuka usaha basreng bersama
Ida pun biasanya sudah menyiapkan bahan sejak sebelum mengajar. Setelah selesai, dia bersama tenaga pengajar di PAUD langsung membuat penganan tersebut mulai dari adonan, mengirisnya, menggoreng sampai menjualnya. Setelah matang, basreng mereka kemas ke wadah plastik, dan menunggu pembeli langganan datang. “Sehari-hari saya di PAUD, ngajar dan ini sedang usaha basreng untuk sampingan,” terang Ida, mengutip YouTube SCTV Banten.
Berawal dari tidak adanya insentif
Membuat usaha basreng berawal dari ide bersama untuk membantu menutupi penghasilan mengajar yang kecil. Sebelumnya Ida sudah mencoba membuka usaha makanan lainnya, namun basreng yang dianggap berhasil. Usaha ini mulanya juga untuk mengisi waktu luang saat libur mengajar. “Jadi ini ide awalnya karena semua guru PAUD itu gak ada insentif ya, akhirnya kami sama semua guru PAUD gimana caranya untuk dapat uang sampingan,” kata dia.
Berjuang bersama
Menurut Ida, untuk saat ini cukup sulit mendapat insentif sebagai tenaga pengajar PAUD. Namun berangkat dari semangat perjuangan yang kuat, akhirnya ia bersama tenaga pengajar lainnya membuka usaha sampingan berjualan basreng.
Adapun insentif bisa cair ketika bangunan PAUD tersebut diserahkan ke pihak desa, sesuai aturan negara. “Dan aturan dari negara kan sekarang kalau mau dapat insentif harus menghibahkan PAUD-nya ke desa, dan kami tidak menghibahkan itu,” kata dia.
- Terlibat Kasus Sabu-Sabu, Dua Pegawai Honorer di Lumajang Langsung Dipecat dan Masuk Penjara
- DPD Terima Aduan Soal Dugaan Rangkap Jabatan Jimly Asshiddiqie
- Namanya Jadi Sorotan KPK, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi Ternyata Punya Segudang Prestasi
- Kisah Guru Lulusan S3 di Pekanbaru 17 Tahun jadi Honorer, Kini Diangkat Setingkat PNS
Tetap utamakan mengajar
Tak disangka usaha basreng tersebut cukup laris manis di pasaran sehingga menambah penghasilan yang lumayan bagi dirinya serta tenaga pengajar lain. Walau demikian, mereka tidak ingin berhenti mengajar dan akan tetap menjadi guru PAUD karena panggilan hati. “Ini untuk tambahan saja, nggak ada gajinya kan guru PAUD. Kalau PAUD juga gedean ini penghasilannya, tapi karena tidak mengganggu jadi ingin tetap ngajar,” kata salah satu pengajar, Dewi Anggraeni.
Mereka memastikan jika kegiatan mengajar akan tetap dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak di kampung tersebut.